Paduan Suara Mars DBKS

Paduan Suara Mars DBKS Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok sedang menyayikan Mars DBKS dalam acara evaluasi lomba DBKS Tingkat Kabupaten Sleman.

Tamu Undangan Muspika Depok

Tamu undangan dari unsur Muspika kecamatan Depok sedang menghadiri acara evaluasi loma DBKS Desa Maguwoharjo tingkat kabupaten Sleman

Bimbingan Manasik Haji

H. Muhammad Chaeruddin sedang memberikan penjelasan dan materi dalam rangka manasik haji kecamatan Depok kabupaten Sleman

Praktik Manasik Haji

Para jamaah calon haji kecamatan Depok sedang melaksanakan praktik manasik haji untuk menyempurnakan materi yang diterima secara teoretis

Administrasi Manasik Haji

Untuk mewujudkan pelaksanaan bimbingan manasik haji di Tingkat Kecamatan Depok, harus ditunjang dengan administrasi yang efektif dan efiesien

Rabu, 13 April 2011

MERINTIS JALAN MENUJU HIDUP ISTIQAMAH


MERINTIS JALAN MENUJU HIDUP ISTIQAMAH
Oleh: H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud.

Agama Islam mengajarkan kepada para pemeluknya agar selalu memohon kepada Allah SWT. Setiap do’a yang terbit dari hati yang tulus dan ikhlas pasti diperkenankan oleh Allah Yang Maha Pengabul do’a, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“. ( QS. Al-Baqarah: 186 )
Bahkan Allah mengecam orang yang tidak mau berdo’a kepada-Nya dengan ancaman kehinaan sebagaimana tercantum dalam firman-Nya
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “ Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang – orang yang menyombongkan diri ( dari berdo’a ) kepada-Ku, akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina“. ( QS. Al-Mu’min: 60 )
Banyak orang mengeluh dan bingung mencari do’a yang tepat untuk dipanjatkan kepada Allah, karena begitu banyaknya variasi do’a disamping belum tahu cara berdo’a yang benar. Berikut ini disajikan suatu do’a yang sangat baik untuk dijadikan pustaka do’a dalam kehidupan sehari – hari, dalam rangka merintis jalan menuju hidup istiqamah
Do’a tersebut sebagai berikut :
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham agar tetap mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Kau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku; dan supaya aku mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai serta masukkanlah aku ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih“. ( QS. An-Naml: 19 )
قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar tetap mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Kau anugerahkan kepadaku dan kedua ibu bapakku; dan supaya aku mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai serta berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan kepada) anak keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau; dan sesungguhnya aku termasuk (diantara) orang-orang yang berserah diri“. ( QS. Al-Ahqaf: 15 )
Kedua do’a di atas sepintas lalu mempunyai makna dan kandungan yang sama bagi pembacanya, tetapi kalau kita cermati yang melatarbelakangi kedua do’a tersebut, maka sesungguhnya terdapat perbedaan sebagai berikut :
• Do’a yang pertama lebih bersifat umum dan tertuju kepada semua umur
• Do’a yang kedua lebih bersifat khusus bagi orang yang telah mencapai usia 40 tahun
Adapun kandungan dari kedua do’a di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. PANDAI BERSYUKUR
Allah swt. telah memberikan kepada umatnya kenikmatan yang luar biasa besar dan banyaknya, sehingga manusia tidak akan mampu menghitungnya. Maka sebuah keharusan bagi seseorang untuk senantiasa bersyukur atas segala kenikmatan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.
Allah swt. berfirman:
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nahl: 18)
Ayat tersebut memberikan gambaran bahwa Allah ta’ala telah memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa dari semanjak bangun tidur hingga tidur kembali, dari ujung kaki hingga ujung rambut, serta dari sesuatu yang abstrak sampai dengan yang konkrit telah Allah berikan kepada umat-Nya. Namun alangkah naifnya jika selama ini banyak manusia yang melupakan kenikmatan tersebut dan berlaku sombong atasnya.
Kesombongan manusia sering menjadikan dirinya takabur dan tidak merasakan kenikmatan yang telah diterimanya selama ini. Manusia harus senantiasa mensyukuri apa yang telah Tuhan anugerahkan kepadanya dengan cara pengabdian dan penghambaan kepada-Nya dengan penuh keikhlasan. Dari sinilah kemudian akan muncul rasa syukur yang benar-benar mendalam, yang selanjutnya dapat merefleksi kepada tingkat kematangan ritual dan perilaku sosial.
Hakikat bersyukur dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Bersyukur melalui pengenalan dan pemahaman tentang arti syukur
2. Bersyukur melalui pemanfaatan karunia Allah secara tepat guna dan tidak israf
3. Bersyukur melalui pelaksanaan amal shaleh baik qalbiyah, lisaniyah maupun badaniyah
Rasa syukur yang senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah hendaknya tidak hanya menjadi bahasa lisan saja, namun benar-benar mampu terealisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana kita harus selalu menggunakan umur kuta untuk tujuan yang baik adalah juga merupakan salah satu manifestasi kita dalam mewujudkan rasa syukur yang benar, maka Allah akan menjamin memberikan tambahan anugrah dan kenikmatan yang lebih banyak, serta kelak kita akan memperoleh kebahagiaan di akhirat.
Allah swt. berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)
Sedangkan dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُواْ نِعْمَةَ اللّهِ كُفْراً وَأَحَلُّواْ قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ. جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (Q.S. Ibrahim: 28-29)
Adalah sebuah kebodohan besar jika selama manusia tidak mau bersyukur kepada Allah atas limpahan kenikmatan yang telah Allah berikan kepada kita. Apalagi jika kamumketahui bahwa manfaat dari bersyukur adalah akan dikembalikan lagi kepada kita orang yang bersyukur tersebut. Allah ta’ala tidak akan mengambil keuntungan sedikit pun dari perbuatan syukur kita kepada-Nya dan tidak pula Allah akan mendapat kerugian dari orang-orang yang tidak mau mensyukuri kenikmatan yang telah Allah limpahkan kepada kita. Tuhan tidak akan mengambil keuntungan apalagi kerugian, apakah ia bersyukur atau pun tidak. Semoga Allah swt. selalu memberikan kepada kita petunjuk dan hidayah, sehingga kita selalu diterangi-Nya untuk senantiasa mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita umat-Nya.

2. RAJIN MALAKSANAKAN AMAL SHALIH
Manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan ditemani oleh beberapa teman.
1. Ada teman yang menemani sampai batas akhir kehidupannya alias sampai sakaratul maut. Teman ini boleh jadi memperlancar perjalanan ruh keluar dari jasadnya, tatapi bias juga menghambat jalan keluarnya ruh. Hal ini tergantung bagaimana ia bersikap ketika akrab dengan teman-temannya ini. Teman yang dimaksud dalam hal ini adalah: HARTA, PANGKAT, JABATAN, KEDUDUKAN dan sejenisnya.
2. Ada teman yang menemaninya sampai ia masuk ke liang lahadnya. Teman yang ini sudah tidak ia kenal lagi karena ia telah tidak mampu melihat siapa yang ada di sekitarnya. Dan teman inipun tidak akan berlama-lama menemani ia di liang lahadnya dan itupun hanya menunggu di luar, kalaupun ada yang masuk hanya 2 atau 3 orang saja. Teman yang dimaksud adalah: ISTRI, ANAK, TETANGGA, TEMAN SEJAWAT dan sejenisnya.
3. Ada pula teman yang memiliki nilai keabadian. Dikatakan memiliki nilai keabadiaan karena teman ini akan menemani terus sampai hari akhir nanti. Teman yang semacan ini ada yang bias menyebabkannya celaka dan hidup dalam kehinaan di akhirat dan ada pula teman yang menyebakan dirinya mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan yang tiada taranya karena ia mendapatkan keridhaan Allah SWT. Adapun teman yang menyebabkan celaka dan hidup dalam kehinaan adalah kemaksiatan, kemungkaran dan kebathilan yang dilakukan semasa hidupnya, sedangkan teman yang mendatangkan keridhaan Allah yang memberinya kemuliaan dan kebahgiaan di akhirat adalah amal shalih yang dilandasi oleh iman kepada Allah.
Firman Allah SWT.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً . خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلاً
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya”. (QS. Al-Kahfi: 107-108)
Dua ayat tersebut memberikan gambaran bahwa: orang-orang yang beriman dan beramal shaleh disediakan surge Firdaus sebagai tempat tinggal, yang mereka enggan pindah dari tempat itu karena merasakan kenikmatan yang terhingga.

3. PEDULI PADA TUMBUH KEMBANG KEPRIBADIAN ANAK
Anak merupakan amanat dari Allah SWT. Para orang tua wajib melaksanakan amanah Allah dengan baik dan benar dengan selalu membimbing, mendidik dan mengarahkan anak untuk bisa menjadi tabungan akhirat bagi kedua orang tuanya. Dalam menjalankan amanah Allah yang berhubungan dengan pendidikan anak harus dilandasi dengan ketakwaan kepada Allah.
Para orang harus bias menfungsikan dirinya sebagai guru bagi anak-anaknya dengan semboyan “ING NGARSA ASUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI HANDAYANI yang artinya orang tua bagi anak-anaknya memiliki fungsi SEBAGAI PEMBERI CONTOH/TELADAN, SEBAGAI PEMBIMBING DAN PENDIDIK SERTA SEBAGAI PENGAWAS, PENGARAH agar jalan hidup anak sesuai dengan yang diinginkan oleh kedua orang tuanya yakni sebagai anak yang taat kepada kepada Allah, cinta kepada Rasulullah dan berbakti kepada kedua orang tuanya yang akhirnya anak itu akan berguna bagi diri, agama dan masyarakat lingkungannya.
Firman Allah SWT.
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa: 9).
Bentuk kekhawatiran terhadap perkembangan anak diwujudkan dengan kesungguhan dalam membimbing anak-anaknya dengan memberikan contoh teladan yang tepat dan baik serta para orang selalu jeli dalam mengawasi perilaku anak dalam keseharian, baik ketika berada di lingkungan rumah maupun ketika bersosialisasi dengan masyarakat lingkungannya.

4. SENANTIASA BERTAUBAT DARI SEGALA DOSA
Manusia diciptakan oleh Allah dengan beberapa kelemahan, diantaranya kecendrungan melakukan pelanggaran baik terhadap hukum Allah maupun tatanan yang berlaku di tengah masyarakat yang harus ditaati bersama. Pelanggaran yang dilakukan itu akan membuahkan yang namanya dosa. Jika manusia bergelimang dengan dosa akan menyebabkan hatinya tertutup dan kelam, akibatnya orang itu akan sulit menerima hidayah dari Allah.
Rasulullah SAW. telah memberikan contoh kepada ummatnya agar selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dan tidak menyombongkan dirinya dengan menganggap bahwa dirinya orang yang terbebas dari dosa dan kesalahan. Sebagai gambaran bahwa Rasulullah yang jelas-jelas makshum (terpelihara dari dosa) masih tetap rajin beristighfar dan bertaubat kepada Allah, walaupun untuk menghapus dosa tapi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah karena banyaknya nikmat yang telah diterima dari Allah. (untuk Istighfar dan Taubat di muat dalam tulisan tersendiri)

5. HIDUP ISTIQAMAH DALAM BERIBADAH
Istiqamah artinya jalan yang lurus yang tidak berkelok-kelok, bisa juga diartikan teguh pendirian. Allah menjelaskan bahwa orang yang akan berbahagia di akhirat adalah orang yang berikrar dengan keimanannya dan terus berusaha sekuat tenaga agar keimanannya berdiri tegak, terus menerus dan konsisten, serta tidak tergoyahkan oleh cobaan hidup. Keistiqamahan dapat dipelihara dengan adanya kesadaran melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya dan bersamaan itu diimbangi dengan kesanggupan dan kemampuan menajuhi semua yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah SWT.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ . نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ . نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ .
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". ”Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta”. ” Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Fushshilat: 30-32)
Ayat di atas memberikan gambaran tentang:
• Orang-orang yang mengakui keesaan Allah dan kekuasaan Allah serta teguh pendirian akan selalu didampingi malaikat yang diutus Allah untuk menjaga dan memelihara jalan hidupnya serta selalu menyampaikan petunjuk Allah kepada jalan yang benar.
• Seorang hamba yang beriman akan memperoleh jaminan kehidupan di dalam surge dengan terpenuhi semua yang diinginkannya dan yang segala yang diminta.
• Allah senantiasa melimpahkan karunia kepada orang-orang yang beriman, menunjukkan kemuliaan mereka serta mengampuni semua dosa-dosanya.
Demikian sekedar buah pemikiran sederhana yang tertuang dalam dua buah doa yang Insya Allah akan mengantarkan orang yang mau menjadikan wiridan dalam perjalanan hidupnya menjadi orang yang memiliki ketenangan dan ketenteraman serta keistiqamahan sebagai hamba Allah SWT.
Selamat mengamalkan doa ini.
Wallaahu a’lam bishshawab.

NASKAH KHUTBAH JUM'AT MINGGU INI


ISLAM AGAMA RAHMAT
Oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

Nabi Muhammad adalah rasul Allah yang terakhir, yang diutus membawa Islam untuk mengatur kehidupan manusia hingga akhir zaman. Kesempurnaan Islam yang menjadi patokan hidup manusia itu merupakan kanikmatan yang paling besar bagi umat manusia, sebab dengan melaksanakan ajaran Islam berarti telah menempuh jalan yang lurus, jalan yang penuh rahmat dan ridha Allah swt.
Nabi Muhammad saw, agama Islam dan kitab suci Alqur-an merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, karena dengan ketiganya itulah Allah swt mencurahkan rahmatNya kepada seluruh umat manusia dan membimbingnya ke jalan yang diridhai-Nya, jauh dari perilaku maksiat dan segala perbuatan yang dilarang, sehingga wajar kalau dikatakan bahwa ISLAM adalah AGAMA RAHMAT. Allah swt. berfirman :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kami agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah 3)
Dan firman Allah yang lain :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus engkau, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Ambiya’ : 107)
Karena itulah maka sepantasnyalah kalau kita senantiasa mengucap syukur kepada Allah karena telah dibimbing oleh Allah menjadi umat Muhammad dan dapat mengikuti ajarannya yakni Islam, Ungkapan rasa syukur yang sempurna adalah dengan jalan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya sekaligus sebagai upaya kita meningkatkan iman dan taqwa kepadaNya.

Sebagai agama rahmat, Islam telah mengangkat harkat dan martabat manusia pada ketinggian dan kemuliaan dan selalu konsisten dalam mempertahankan kemuliaannya. Dan untuk mempertahankan eksistensi kemuliaan manusia itu, Islam telah memberikan batasan tentang makanan dan minuman yang diharamkan.
Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar, baik terhadap pertumbuhan jasmani manusia maupun perkembangan rohaninya. Adanya tanda-tanda halal dan haram menunjukkan bahwa Allah amat sayang kepada hambaNya, tetapi sayangnya banyak yang beranggapan bahwa Islam merupakan agama yang terlalu picik dan sangat membatasi. Kelompok yang berfaham demikian itu menunjukkan bahwa mereka belum mengetahui tentang apa sebenarnya Islam itu.
Bila makanan dan minuman yang dikonsumsi itu halal maka energi yang diserap oleh tubuh akan baik dan cenderung menghasilkan perilaku yang shaleh, namun sebaliknya bila energi itu diperoleh dari yang haram maka kecendrungannya pun pada prilaku makskiat dan sangat sulit untuk diseru pada kebaikan, karena sudah terpengaruh oleh perilaku setan yang masuk bersama makanan dan minuman haram yanfg dikonsumsinya tersebut.
Firman Allah swt.
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, karena itu adalah perbuatan fasik.” (QS. Al-Maidah : 3)
Dan firman Allah swt pada ayat yang lain :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنصَابُ وَالأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ . إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللّهِ وَعَنِ الصَّلاَةِ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ .
“Hai orang–orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghal;angi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah : 90-91)
Ayat-ayat di atas memberikan gambaran bahwa makan makanan dan minum minuman yang haram akan sangat berpengaruh terhadap prilaku seseorang, oleh karena itu kita sebagai orang yang beriman harus betul-betul berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan dan minuman agar kita selamat dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Bagi orang yang beriman apapun yang terjadi, jika sesuatu itu merupakan larangan Allah, maka harus ditinggalkan dan berusaha untuk bisa menjauhinya, dengan suatu keyakinan bahwa apa yang dilarang oleh Allah itu pasti mengandung kemudharatan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Sebaliknya apa yang diperintahkan oleh Allah pasti mengandung kemashlahatan bagi diri dan orang lain, karena itu harus dilaksanakan
Makanan dan minuman juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan jasmani dan kebersihan rohani, karena itu di dalam Islam ada anjuran jika seseorang sakit agar memperbanyak istighfar selama masa sakitnya, karena boleh jadi sakitnya itu merupakan bagian dari peringatan Allah yang diakibatkan oleh endapan makanan dan minuman yang haram yang dikonsumsi baik secara sadar maupun tidak. Bahkan Islam melarang orang berobat dengan sesuatu yang haram, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
اِنَّ الله َاَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لَكُمْ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan untuk kamu bahwa setiap penyakit ada obatnya, oleh karena itu berobatlah, tetapi jangan berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud)
Keharaman makanan dan minuman itu tidak hanya sebatas pada mereka yang mengkonsumsi saja, tetapi lebih jauh dari pada itu, sampai pada sumber akar-akarnya, yaitu pada pengusahanya, penjual dan siapapun yang ikut berperan serta pada makanan dan manuman yang haram itu, sebab senua itu merupakan mata rantai yang tak bisa dipisahkan. Seseorang yang ikut berperan dalam lingkungan tersebut meskipun tidak ikut menikmati, tetap terkena keharamannya dan terlaknat. Sebagai analog perhatikan sabda Rasulullah saw. berikut ini:
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى الْخَمْرِ عَشَرَةً : عَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَشَارِبَهَا وَحَامِلَهَا وَالْجُمُوْلَةَ اِلَيْهِ وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَأَكْلَ ثَمَنِهَا وَالْمُشْتَرِى لَهَا وَالْمُشْتَرَاهُ لهَاَ
“Nabi SAW. melaksanat tentang khamar terhadap sepuluh golongan: 1. Pembuatnya, 2. Pengusaha, 3. Peminum, 4. Biro jasa, 5. Pelaku (agen/Penjual), 6.Pelayan, 7. Pengecer (toko), 8. Yang makan hasil penjualannya, 9. Yang membelinya (pentraktir) dan 10. Yang minta dibelikan.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)
NAU’DZU BILLAHI MIN DZALIK , betapa dahsyatnya akibat dari makanan dan minuman yang haram bagi keselamatan hidup manusia. Adalah tugas dan kewajiban kita untuk menjauhkan diri dari makanan dan minuman yang diharamkan oleh Allah, dan selanjutnya kewajiban kita pula untuk menyelamatkan keluarga dan lingkungan kita dari perbuatan yang dilaknat itu agar kita dan keluarga terselamatkan dari api neraka serta betul-betul merasakan betapa kedatangan Islam itu membawa rahmat bagi tata kehidupan di alam yang fana ini.
Sebagai penutup dari khutbah ini , kita perhatikan firman Allah berikut ini :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari (siksa) api nereka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)
Selanjutnya, marilah kita senantiasa memohon bimbingan dan petunjukNya agar kita diberi kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan dapat pula menjauhi segala yang dilarang dan diharamkan olehNya, dan semoga pula kita dapat menjalani hidup dan kehidupan sebagai orang yang istiqamah serta mengakhiri hidup sebagai orang yang husnul khotimah. Amien

SUCIKAN DIRI GAPAI KESEMPURNAAN HIDUP


SUCIKAN DIRI GAPAI KESEMPURNAAN HIDUP
Oleh : H. Muh Chaeruddin, Ibnu Mas’ud.

Seorang muslim harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. dan berorientasi kepada kehidupan yang hakiki yakni kehidupan akhirat. Perilaku dan tindakannya harus selektif dan berpegang teguh kepada norma-norma Ilahi. Yang tergambar dalam kehidupannya hanyalah kebahagiaan hidup di alam baqa, sehingga benar-benar menjadi dambaan dan idamannya dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Kehidupan orang-orang seperti itu pernah dipesankan oleh Allah SWT. kepada Nabi Daud as. Pesan tersebut sebagai berikut
حَقٌّ عَلَى الْعَاقِلِ اَنْ لاَيَشْتَغِلَّ اِلاَّ بِثَلاَثٍ تَزَوُّدٌ لِمَعَادٍ وَمُؤْنَةٌ لِمَعَاشٍ وَطَلَبُ لَذَّتٍ بِحَلاَلٍ
"Sudah menjadi ketetapan yang hak bagi orang yang berakal supaya mereka tidak disibuki (dalam perjalanan hidupnya) kecuali oleh tiga hal: pertama, mempersiapkan bekal untuk kebahagiaan hari akhir; kedua, mengusahakan kemashlahatan untuk kehidupan di dunia; dan yang ketiga, harus mencari kenikmatan hidup dari rezeki yang halal." (Hadits Qudsi Riwayat Abu Dawud)
Pesan yang terkandung dalam hadits qudsi tersebut adalah bahwa seorang hamba tidak boleh menyibukkan diri dalam menjalani hidup dan kahidupan kecuali untuk tiga perkara yakni:
1. Mempersiapkan bekal sebaik-baiknya untuk menyongsong kebahagiaan hidup dan kemuliaan di akhirat.
2. Mengupayakan tercapainya kesejateraan dan kebahgiaan hidup di dunia yang fana.
3. Dalam menunjang sarana hidup di dunia sebagai landasan untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat, harus dengan cara yang halal dan dibenarkan oleh Allah dan tidak menyimpang dari ketentuan syari’at yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.

Agar seseorang mampu mendekatkan diri kepada Allah dalam menjalani hidup dan kahidupan, dan apa yang dilakukannya selalu berorientasi kepada kehidupan akhirat sebagaimana digambarkan di atas, maka seseorang harus selalu membersihkan dan menyucikan diri lahir batin dengan jalan :
1. TAQWALLAH: Allah telah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara, mengolah dan mengatur alam semesta beserta isinya agar dapat diambil manfaatnya untuk kesejahteraan umat manusia. Perlu disadari bahwa segala persoalan yang dihadapi manusia belum tentu dapat dipecahkan hanya dengan mengandalkan akal pikiran saja. Oleh karena itu, Allah swt. telah memberikan tuntunan hidup yang sempurna kepada manusia di dalam melaksanakan amanah-Nya, yaitu agama Islam. Dengan agama Islam Allah membimbing manusia agar taat kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Orang yang taqwa senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadanya, mereka tidak akan lepas kendali apabila ditimpa kesusahan atau musibah dan mereka tetap yakin kepada janji Allah, bahwa Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi dan akan memberikan rezeki dari arah yang tidak diduga-duga (lihat surah Ath-Thalaq: 2-3)
2. TAWAKKAL: Senantiasa berserah diri kepada kuasa Allah dalam segala hal setelah berikhtiar terlebih dahulu dan menyerahkan hasil akhir dari segala yang diupayakannya kepada Allah serta dia akan menerima ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Allah sangat menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya dan Dia akan memberikan kecukupan kepadanya
3. BERILMU: Ilmu merupakan syarat untuk mencapai tujuan hidup dan juga sebagai bukti kebesaran Allah yang akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Harta yang berlimpah tidak akan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia kalau tidak disetai ilmu, sebab harta akan habis terkuras oleh tipu muslihat orang lain karena kebodohannya. Demikian pula dengan ibadah, orang yang berilmu akan dapat beribadah lebih sempurna bila dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu, sebab orang berilmu akan lebih memahami arti, tujuan dan dasar ibadah yang sesungguhnya. Sementara orang beribadah tanpa ilmu, ibadahnya hanya ikut-ikutan, maka ibadahnya tidak akan sempurna. Atas dasar itulah, maka orang yang berilmu mendapatkan tempat yang terhormat di sisi Allah swt. bahkan ditinggikan derajatnya sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Mujadalah ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Mujadilah: 11)
4. KHUSYU': Ka'ab Al-Akhbar dalam Tafsir Shawi surah Al-Mukminun ayat 2 memberikan penjelasan bahwa khusyu’ dalam sholat harus memenuhi 3 hal, yakni :
a. Itmamul-arkan wasysyuruth : sempurnanya rukun-rukun dan syarat-syarat shalat
b. Al-istiqamah wat-tuma'ninah fiihaa: istiqomah dan tuma'ninah menjalankannya
c. Muhasabah wa dzikrullah ba'dahaa : melakukan perenungan dan penilaian terhadap ibadah yang baru saja dilaksanakannya kemudian berdzikir dan berdo'a kepada Allah swt.
Dan hanya orang yang khusyu’ hatinyalah yang akan dapat berkumunikasi secara baik dengan Penciptanya, dan dapat menyelami hakikat ibadah yang dilaksanakannya. Dengan demikian, maka ia akan dapat memperoleh ketenangan dan ketenteraman karenanya.
5. QANA'AH: Menyikapi semua anugerah Allah bukan pada bentuk lahiriyahnya, tetapi lebih ditekankan kepada hakikat dari anugerah Allah tersebut. Penilaian terhadap bentuk lahiriyah akan menimbulkan sikap tidak puas dan cenderung memunculkan sikap kecewa, pada akhirnya ia akan melakukan berbagai macam cara untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginnya, tidak peduli apakah cara yang dipakai itu benar atau salah, halal atau haram. Berbeda bagi orang yang menyikapi anugerah Allah dari segi hakikatnya. Penilaian semacam itu akan mendorong seseorang untuk menyadari bahwa Allah menyayanginya sehingga Dia masih berkenan memberikan anugerah-Nya. Pada akhirnya orang tersebut akan selalu bersyukur kepada Allah kemudian berdoa agar selalu mendapat tambahan karunia dan meridhainya.
6. DO'A: Setiap orang mukmin disamping berusaha juga dituntut untuk berdoa, memohon berbagai hal kepada Allah swt. Doa ini dilaksanakan dengan sabar dan shalat baik sebelum maupun sesudah shalat. Allah swt. sangat menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya agar selalu berdoa kepada-Nya, bahkan Allah mencela orang-orang yang tidak mau berdoa dan menyebutnya sebagai orang yang sombong. Agar doa seseorang dikabulkan oleh Allah swt. disamping ia harus berdoa dengan penuh keyakinan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya juga harus memenuhi beberapa persyaratan.
Untuk membantu para pembaca mendapatkan 6 (enam) hal di atas, berikut ini disajikan sebuah doa yang diambilkan dari hadits shahih riwayat Muslim dari Zaid bin Arqam (Jami'ush shaghir hal : 56). Doa tersebut sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ اَتِ نَفْسِى تَقْوَهَا وَزَكَّاهَا, اَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا اَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا, اَللَّهُمُّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ, وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ, وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
"Ya Allah, anugerahilah ketaqwaan dalam hatiku dan bersihkanlah, Engkau adalah sebaik-baik pelindung dan menguasainya. Ya Allah aku berlindung kepada Engkau daripada ilmu pengetahuan yang tidak bermanfaat, dan hati yang tidak khusyu' (dalam beribadah), dan nafsu yang tidak (pernah) puas (terhadap anugerah-Mu) dan daripada do'a yang tidak dikabulkan." (H.R. Muslim)
Maksud dari do’a di atas adalah sebagai berikut:
1. Memohon kepada Allah agar dirinya dijadikan orang yang taqwa dan Dia berkenan pula memberikan kemampuan kepadanya untuk memelihara dan mempertahankan ketaqwaannya itu.
2. Mohon kepada Allah agar dijadikan orang yang senantiasa bertawakkal kepada-Nya.
3. Mohon perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat baik bagi diri dan orang lain
4. Mohon perlindungan kepada Allah dari hati yang tidak pernah khusyu’ dalam beribadah
5. Mohon perlindungan kepada Allah dari diri yang tidak pernah merasa puas atas karunia yang telah diterimanya sehingga tidak dapat bersyukur kepada-Nya
6. Mohon perlindungan kepada Allah dari do’a yang tidak dokabulkan oleh-Nya.
Wallaahu a’lam bish-shawaab, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semuanya.

Selasa, 12 April 2011

MELEPASKAN DIRI DARI DELAPAN PENYAKIT RUHANI


MELEPASKAN DIRI DARI DELAPAN PENYAKIT RUHANI
Oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud.

Suatu hari Rasulullah SAW. masuk ke dalam masjid dan dijumpainya seorang Anshar bernama Abu Amamah sedang duduk tafakkur, padahal di saat-saat seperti itu tidak biasanya orang berada di masjid, karena masih jauh waktu shalat. Didekatinya Abu Amamah itu sambil bersabda :
“Wahai Abu Amamah, apa yang mendorongmu duduk-duduk di sini di saat begini, padahal belum tiba waktu shalat ?”. Abu Amamah menjawab: “Kebimbangan hati dan hutang yang melilit leher telah menghantui diriku, ya Rasulullah, sehingga memaksa aku duduk di sini”. Rasulullah SAW. bersabda: “Maukah engkau kuajari sesuatu sekiranya engkau ucapkan, Allah akan menghilangkan kebimbangan, dan hutangmu terlunasi ?,”. “Tentu saja ya Rasulullah”, Rasulullah SAW. bersabda: “Ucapkanlah do’a dan bermohonlah setiap pagi dan petang,
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ اَلْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِوَالْكَسَلِ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ غَلَبَتِ الدَّيْنِ وَقَهْرِالرِّجَالِ
(ALLAAHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MINAL HAMMI WAL HAZANI, WA A’UUDZU BIKA MINAL ‘AJZI WAL KASALI, WA A’UUDZU BIKA MINAL JUBNI WAL BUKHLI, WA A’UUDZU BIKA MIN GHALABATID DAINI WA QAHRIR RIJAAL) = Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari sikap bimbang dan bermuram durja, aku berlindung kepada Engkau dari sifat lemah dan malas, aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan intimidasi orang lain”.
Begitu diajarkan do’a itu oleh RASULULLAH, segera dilaksanakan oleh Abu Amamah. Tak putus-putusnya beliau berdo’a setiap pagi dan sore, sehingga terasa benar pengaruh do’a itu pada dirinya. Rasa bimbangnya hilang dan hutangnyapun terlunasi.

Dari kisah nyata tersebut di atas dapatlah diambil pemahaman bahwa hati bimbang dan lilitan hutang adalah termasuk bagian dari aneka ragam penyakit ruhani.
Ada 8 (delapan) penyakit rohani yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia, karena dapat mengganggu ketenangan hidupnya bahkan dapat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup umat manusia baik sebagai individu maupun kelompok.
Kedelapan penyakit rohani yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW. yaitu:

اَلْهَمُّ وَالْحَزَنُ وَالْعَجْزُوَالْكَسَلُ وَالْجُبْنُ وَالْبُخْلُ وَغَلَبَتُ الدَّيْنِ وَقَهْرُالرِّجَالِ
“Sikap bimbang ) ragu ), bermuram durja, lemah tak berdaya, malas, pengecut, kikir, terlilit hutang dan di bawah intimidasi orang lain“
a. Sikap bimbang dan ragu. Suatu sikap yang selalu merasa cemas dan tidak berani berbuat karena takut kalau-kalau tindakannya akan merugikan atau membahayakan dirinya, tingkah lakunya tidak menentu, berbuat tidak , tidak berbuatpun serba salah, labil dan selalu dihantui kekhawatiran usahanya gagal. Kondisi semacam ini sangat merugikan karena orang yang memiliki sikap ini akan sering kehilangan momentum yang sangat berharga bagi kehidupannya.
b. Bermuram durja. Keadaan ini akibat terkena musibah yang beraneka ragam atau menghadapi kesulitan hidup yang tidak dapat dihindari, sulit melepaskan rasa sedihnya bahkan dipertontonkan kepada orang lain untuk menarik perhatian dan simpati orang lain. Kondisi semacam ini dapat mencekam kehidupannya sehingga tidak banyak yang dapat dilakukan, hidupnya hanya bergumul dengan kesedihan.
Dalam hal ini Allah SWT.telah mengingatkan :
وَلاَ تَهِنُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ اْلاَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
“Janganlah kalian bersikap lemah ataupun bersedih hati, padahal kalian justru umat yang tinggi (martabatnya) sekiranya kalian benar-benar orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).
c. Lemah tiada berdaya. Tiada mempunyai gairah hidup, inisiatif dan tidak kreatif serta tidak mampu menembus hambatan yang kecil sekalipun. Keadaan seperti ini akan menjadi beban bagi orang lain karena hidupnya akan sangat bergantung pada orang lain.
d. Malas. Istilah lainnya adalah penyakit lemah, menunjukkan sikap lesu dan tiada berkemauan, waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat serta cenderung bermalas-malasan.
e. Pengecut. Tidak berani mengambil tindakan karena takut resiko, tidak ada semangat untuk membela diri sekalipun diperlakukan tidak wajar bahkan tidak adil oleh orang lain. Tidak memiliki sikap ‘iffah, harga diri dan naluri membela diri.
f. Kikir. Kikir berarti menahan sesuatu secara berlebihan untuk dirinya sendiri yang seharusnya diberikan kepada yang lebih perlu. Kekikiran bisa dalam bentuk harta, tenaga maupun pengetahuan. Tidak tergerak hatinya untuk memberi bantuan kepada orang lain walaupun dana dan daya tersedia pada dirinya.
g. Terbenam dalam lilitan hutang. Kehidupan yang tidak seimbang bisa menyebabkan seseorang terlilit hutang. Hidupnya tergadai sehinggga tidak merasa aman dan bebas, tidak enak makan dan nyenyak tidur karena memikirkan jalan keluar dari gangguan hutang.
h. Di bawah intimidasi atau paksaan orang lain, baik yang terang-terangan maupun tersembunyi. Dirinya dikuasai orang lain, tidak mempunyai kemampuan untuk menunjukkan hasrat dan minat dirinya, hidupnya selalu bergantung pada keinginan orang yang menguasai dirinya bahkan merasa khawatir jika yang berkuasa itu pergi meninggalkan dirinya.
Dengan memahami arti dan maksud dari do’a di atas; maka penting kiranya bagi setiap orang yang ingin melepaskan diri dari kemungkinan terjangkit 8 jenis penyakit rokhani yang dimaksud, selalu membaca do’a tersebut setiap pagi dan petang (setelah shalat shubuh dan maghrib) sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw.
Namun perlu diingat bahwa do’a saja tidak cukup, usaha dan upaya untuk berlepas diri dari 8 kondisi di atas harus diwujudkan dengan perbuatan nyata. Sehingga terjadi keseimbangan antara usaha / upaya dan do’a, karena antara keduanya ibarat dua sisi dari satu mata uang yang saling menentukan. Dalam masyarakat jawa ada pameo yang menyebutkan “sing sapa nggremet nglamet, sing sapa obah mamah, klinthing – klinthing oleh biting, klinthong – klinthong oleh genthong“, maksudnya kalau ingin mendapatkan sesuatu maka haruslah berusaha dengan sungguh-sungguh dan disertai do’a kepada sang Pencipta.
Kalau setiap muslim mau mengamalkan amalan Rasulullah tersebut, Insya Allah hidupnya akan penuh dengan barakah-Nya. Ketenangan, ketentraman, semangat dan rasa percaya diri akan menyertainya sehingga apa yang diinginkan dalam hidup ini dapat terwujud, termasuk diantara akan dibebaskan dari kesempitan hidup dan lilitan hutang yang membelenggu hidupnya.
Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi sesama. Amien

Selasa, 05 April 2011

PENGHALANG TERKABULNYA DO’A


PENGHALANG TERKABULNYA DO’A
Oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud.
Do’a merupakan bagian tak terpisahkan dari usaha dan ikhtiyar manusia untuk mencapai tujuan dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Permasalahan do’a tidak bisa dianggap remeh karena ikut menentukan kesuksesan seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Agar do’a seseorang bisa terkabul dan berhasil guna maka ketika seseorang berdo’a hendaknya memperhatikan beberapa hal yang dapat menentukan apakah do’anya itu terkabul atau tidak. Allah SWT. telah memberikan pedoman bagaimana cara berdo’a yang benar
Allah SWT berfirman dalam Alqur-an :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu telah berfrman : “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesunguhnya orang-orang yang (angkuh lagi) menyombongkan diri dari menyembah ( berdo’a ) kepada-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hinadina”. (QS. Al-Mukmin 60)

Pada ayat yang lain Allah juga berfirman
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka ( jawablah) bahwasanya Aku dekat. (Karena itu) Aku senantiasa mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon )kepada-Ku(, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala) perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqarah 186)
Sementara itu Rasulullah SAW telah bersabda :
أُدْعُواالله َوَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ, وَاعْلَمُوْا أَنَّ الله َلاَ يَسْتَجِيْبُوْا دُعَاءَ مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ وَلاَهٍ ( رواه الترمذى واالحاكم عن أبى هريرة )
“Berdo’alah kepada Allah, dan (hendaklah) kamu senantiasa yakin bahwa do’a itu dikabulkan (Allah), dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do’a orang yang hatinya sepi dari pengharapan lagi mengabaikan (kemurahan) Allah”.
Seorang Ulama besar dari Bashrah Syeikh Ibrahim bin Adham telah mengelompokkan penghalang terkabulnya do’a sebagai berikut :
1. Mengetahui dan meyakini adanya Allah SWT. tetapi tidak memenuhi hak-hak Allah ( malas beribadah kepada-Nya ).
2. Sering mempelajari dan membaca Alqur-an, tetapi tidak mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya
3. Senantiasa mengajak orang lain agar cinta kepada Rasulullah SAW. tetapi enggan menghidup-hidupkan sunnahnya
4. Menyatakan diri sebagai musuh syetan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali melakukan perbuatan syetan
5. Selalu berdo’a agar terhindar dari siksa api neraka, kenyataan-nya sering melakukan perbuatan yang dapat menjerumuskan dirinya ke jurang neraka
6. Selalu berdo’a agar Allah berkenan memasukkannya ke dalam surga tetapi tidak mau melaksanakan amal shaleh
7. Mengetahui dan meyakini bahwa kematian itu pasti datang tetapi tidak mau mempersiapkan diri untuk menyongsong kematian tersebut
8. Selalu sibuk mengurusi aib dan kekurangan orang lain tetapi tidak mau menengok dan menilai aib dan kekurangan diri
9. Selalu menerima dan menikmati anugerah kenikmatan dari Allah tetapi tidak bersyukur kepada-Nya
10. Sering ikut serta mengantar dan menguburkan janazah tetapi tidak mau mengambil i’tibar dari peristiwa tersebut
Dengan demikian, jika berdo’a kepada Allah hendaknya selalu mengingat dan mempersiapkan diri mengisi hidup ini dengan amal shalih. Mengingat segala dosa yang telah dilakukannya kemudian bertaubat kepada Allah dan tidak mengulangi lagi, karena menyadari bahwa kehidupan dunia ini kelak akan berakhir. Mempersiapkan diri menyongsong kematian dengan memohon ampunan dari segala dosa agar selamat dan mendapat kebahagian baik di dunia maupun di akhirat kelak, melaksanakan perintah - perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sehingga sepuluh perkara yang menjadi penghalang terkabulnya do’a dapat dihindari. Berdo’a dengan khusyuk sambil merendahkan diri di hadapan Allah SWT. serta penuh harapan dan keyakinan bahwa Allah senantiasa mengabulkan permohonan hamba-Nya yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
Selanjutnya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali telah memberikan gambaran bagaimana cara berdo’a yang benar, sehingga memungkinkan do’anya dikabulkan Allah SWT sebagai berikut :
1. Dalam keadaan berwudhu’
2. Menutup aurat ( zhahiran wa bathinan )
3. Menghadap ke arah kiblat sambil menengadahkan tangan ke langit
4. Berdo’a setelah selesai shalat fardhu
5. Berdo’a setelah shalat tahajjud
6. Pada saat sedang berpuasa selagi belum berbuka puasa
7. Didahului dengan melaksanakan amal shaleh
8. Tidak memakai pakaian yang diperoleh dengan cara yang haram
9. Tidak makan makanan yang subhat apalagi haram baik secara hakiki maupun sababiyah
10. Menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berbau ma’siyat dan munkarat.
Wallaahu a’lam bishshawab.

Jumat, 01 April 2011

LIMA KIAT SUKSES MENJALANI HIDUP DAN KEHIDUPAN


LIMA KIAT SUKSES MENJALANI HIDUP DAN KEHIDUPAN
Oleh: H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud.
Secara normal dan menurut pemikiran yang realistis, semua manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan seharusnya berkeinginan mencapai KESUKSESAN GANDA, sukses di dunia dengan tercapai KESEHTERAAN HIDUP selama menjalani kehidupan, dan sukses di akhirat dengan memperoleh KEMULIAAN dan KEBAHAGIAAN.
Untuk mencapai kesuksesan tersebut, sudah barang tentu dibutuhkan beberapa strategi (kiat sukses), kiat sukses macam apa yang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Untuk memberikan gambaran tentang hal tersebut, simaklah sabda Rasulullah berikut ini:
Ibu Umar R.A. bercerita:
أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ: (( كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ )).
Rasulullah SAW. merangkul pundakku, lalu beliau bersabda: “Hiduplah kamu di dunia ini seakan-akan (kamu ini adalah) perantau atau pengembara (musafir)”~ (HR. Bukhari)
Rasulullah memberikan pesan luhur kepada ummatnya melalui shahabat Abdullah ibnu Umar ibnul-Khaththab RA. agar dalam menjalani hidup dan kehidupan seolah-olah dirinya adalah orang yang sedang melakukan perjalanan atau merantau. Ibarat perantau, maka orang menjalani hidup dan kehidupan harus memiliki kiat sukses. Kandungan dari hadits tersebut adalah bahwa manusia harus memiliki lima kiat sukses dalam hidupnya, yakni sebagai berikut:
1. Memiliki TUJUAN HIDUP yang jelas
2. Memiliki BEKAL HIDUP yang lengkap
3. Memiliki PEDOMAN HIDUP yang jelas
4. Memiliki TEMAN HIDUP yang tepat
5. Memiliki CITA-CITA HIDUP yang jelas

TUJUAN HIDUP MANUSIA ADALAH UNTUK BERIBADAH
Allah menciptakan manusia untuk satu tujuan yang pasti, yakni untuk beribadah dan melaksanakan ketaatan kepada Allah dan istiqamah (ada rutinitas) dalam melaksanakannya. Oleh karena itu setiap aktifitas yang dilakukan manusia harus bersesuaian dengan tujuan Allah menciptakan dirinya, yakni dengan tujuan beribadah kepada Allah.
Ibadah yang harus dilaksanakan manusia adalah dua macam (jalur), yaitu:
1. Ibadah yang berhubungan langsung dengan hak-hak ALLAH, seperti : shalat, zakat, puasa dan haji, selanjutnya yang disebut dengan HABLUN MINALLAH.
2. Ibadah yang berhubungan dengan hak-hak sesama manusia, seperti : tolong menolong, silaturrahim, hidup sebagai saudara diantara sesama, selanjutnya yang disebut dengan HABLUN MINANNAS.

BEKAL HIDUP MANUSIA ADALAH TAQWA KEPADA ALLAH SWT.
Setiap melakukan perjalanan atau pengembaraan termasuk di dalamnya menjalani hidup dan kehidupan diperlukan adanya bekal yang cukup. Jika menjalani kehidupan yang bersifat KEDUNIAAN maka bekal yang di butuhkan adalah berkal yang nuansanya duniawi. Demikian pula dalam perjalanan ruhani manusia, maka dibutuhkan bekal yang mempunyai nilai-nilai ruhani (ukhrawi).
Firman Allah SWT :
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Al-Baqarah: 197)
Di ayat tersebut Allah memyuruh manusia agar membawa bekal (dalam perjalanannya), dan bekal yang terbaik adalah BERTAQWA kepada Allah. Adapun penjabaran taqwa adalah sebagai berikut:
1. TAWADHU : melaksanakan perintah dan menjauhi larangan
2. QANA’AH : menerima karunia dengan penuh keikhlasan
3. WIRA’I : eling lan waspada (stiti, nastiti lan ngati-ati = memiliki kewaspadaan dan kepekaan terhadap hal-hal yang dapat menjerususkan dirinya ke jalan yang kelam dan menyesatkan)
4. YAKIN : keyakinan dalam dirinya bahwa apapun yang diperbuat manusia tidak ada satupun yang lepas dari pengawasan dan perhitungan ALLAH

PEDOMAN HIDUP MANUSIA ADA YANG MUTLAK HARUS DI TAATI DAN ADA YANG TIDAK MUTLAK HARUS DITAATI
1. Pedoman hidup yang mutlak harus ditaati adalah Alqur-an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan pedoman hidup manusia yang apabila manusia senantiasa berpegang teguh kepada keduanya, niscaya manusia tidak akan pernah tersesat selamanya.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ
”Aku tinggalkan (wariskan) untuk kalian dua perkara, yang kalian tidak akan (pernah) tersesat selamanya (manakala senantiasa berpegang teguh kepada keduanya), yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya (As-Sunnah)”~ (HR. Al-Hakim dari Abu Hurairah RA.)
2. Pedoman hidup yang tidak mutlak harus di taati adalah yang dibuat oleh manusia.
Selain Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagai bangsa yang memiliki tatanan kehidupan dan aturan yang mengatur tata kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, maka umat Islam di Indonesia juga memiliki pedoman hidup yang lain, yakni yang mengatur urusan keduniaan semata-mata. Tetapi pedoman hidup ini tidaki mutlak harus diikuti dan dipatuhi, karena pedoman hidup di buat oleh manusia. Karena dibuat oleh manusia, maka berbagai kemungkinan pembuatannya ada yang bertentangan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Jika demikian, maka tidak ada keharusan untuk mematuhinya, karena jika maematuhinya akan bertentangan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

TEMAN HIDUP MANUSIA YANG PALING BAIK ADALAH TEMAN YANG BERSIFAT KEKAL
1. Teman yang hanya mengantarkan sampai memasuki sakaratul maut (HARTA, PANGKAT, JABATAN DAN KEDUDUKAN)
2. Teman yang mengantarkan sampai masuk liang lahat (KERABAT, SAHABAT, DAN TETANGGA)
3. Teman yang mengantarkan sampai ke alam keabadian (AMAL SHALEH)

CITA-CITA HIDUP MANUSIA
 Sejahtera dan bahagia di dunia dengan tercukupi semua kebutuhan baik untuk kehidupan dunia maupun sarana untuk beramal shaleh
 Terjamin keselamatan dan kebahagiaan hidup di akhirat dengan terwujudnya keiatiqamahan dalam melaksanakan amal shaleh dan mampu menghindari maksiat dan kebathilan
Wallaahu a’lam bishshawab, semoga bermanfaat untuk bahan kajian bersama menuju tercapainya KESUKSESAN GANDA.