Paduan Suara Mars DBKS

Paduan Suara Mars DBKS Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok sedang menyayikan Mars DBKS dalam acara evaluasi lomba DBKS Tingkat Kabupaten Sleman.

Tamu Undangan Muspika Depok

Tamu undangan dari unsur Muspika kecamatan Depok sedang menghadiri acara evaluasi loma DBKS Desa Maguwoharjo tingkat kabupaten Sleman

Bimbingan Manasik Haji

H. Muhammad Chaeruddin sedang memberikan penjelasan dan materi dalam rangka manasik haji kecamatan Depok kabupaten Sleman

Praktik Manasik Haji

Para jamaah calon haji kecamatan Depok sedang melaksanakan praktik manasik haji untuk menyempurnakan materi yang diterima secara teoretis

Administrasi Manasik Haji

Untuk mewujudkan pelaksanaan bimbingan manasik haji di Tingkat Kecamatan Depok, harus ditunjang dengan administrasi yang efektif dan efiesien

Kamis, 15 September 2011

30 KIAT MENDIDIK ANAK


30 KIAT MENDIDIK ANAK
Disajikan oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud.
Penyuluh Agama Islam Kec. Depok.

Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan perhatian serius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pendidiknya juga ikut memikul dosa karenanya. Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknyaDi antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang makan.
2. Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian.
3. Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya mementingkan perut saja.
4. Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia melepaskannya.
5. Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaum wanita.
6. Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya. Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-hal ini.
7. Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.
8. Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur'an dan buku-buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur'an dengan tafsirnya, hadits-hadits Nabi dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan meneladani mereka. Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy'ariyah, Mu'tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid'ah lainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang banyak berkembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
9. Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa.
10. Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-syair tentang kezuhudan dan akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.
11. Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-segan memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagiakannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan disebarkan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang dilakukannya tidak baik.
12. Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi, sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan.
13. Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam berkomunikasi dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan dari ayah.
14. Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya kondisi badan.
15. Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak.
16. Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.
17. Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa menyibukkan diri dengan kegiatan itu.
18. Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak (berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membanggakan diri.
19. Melarangnya dari membanggakan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia bersikap tawadhu', lemah lembut dan menghormati temannya.
20. Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.
21. Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan mulia dan terhormat.
22. Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap.
23. Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.
24. Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah.
25. Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.
26. Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan hal itu.
27. Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.
28. Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.
29. Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-perintah.
30. Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).
Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan anak perempuan. Wallahu a'lam.
Dari mathwiyat Darul Qasim "tsalasun wasilah li ta'dib al abna''" asy Syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin rahimahullah . [Ubaidillah Masyhadi]

Rabu, 14 September 2011

FUNGSI MASJID DAN ADAB DI DALAMNYA


FUNGSI MASJID DAN ADAB DI DALAMNYA
Oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Penyuluh Agama Kecamatan Depok

Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau tidak membangun rumah mewah sebagai tempat peristirahatan, juga tidak membangun gedung pemerintahan. Akan tetapi, didahulukan dibangun adalah masjid sebagai tempat kaum muslimin rukuk dan sujud memasrahkan dirinya kepada Allah swt., tempat beliau menyusun strategi, menyatukan umat, memupuk keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. menyebarkan ilmu pengetahuan dan sekaligus tempat pembinaan umat.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw. merupakan isyarat bagi pengikutnya bahwa masjid bukan hanya berupa sebuah bangunan, melainkan juga merupakan tempat memancarnya sinar ilahi yang ditransfer kapada daya kekuatan nalar dan perilaku manusia sehingga mempunyai semangat hidup dan jiwa perjuangan. Masjid dan kaum muslimin laksana ikan dengan air, ikan tidak bisa hidup bila keluar dari air. Masalahnya sekarang, bagaimana sikap seorang muslim terhadap masjid? penuh perhatian dan menjadi pemakmurnya? ataukah menjauhi masjid bahkan menghancurkan fungsinya?
Banyak persoalan yang dihadapi umat Islam, baik masalah keterbelakangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, masih rawannya ukhuwah islamiyah, maupun menggejalanya (bahkan nyata-nyata) tidak punya rasa takut berbuat dosa. Pembunuhan sadis, perzinahan, perkosaan, pencurian dan perampokan yang dilakukan oleh orang dari berbagai jenis dan tingkatan usia. Korupsi dan manipulasi hampir ada di setiap lapisan birokrasi.
Untuk menghadapi berbagai persoalan itu, sebagai alternatif masjidlah tempatnya. Masjid harus dijadikan bengkel rohani bagi masyarakat banyak, pejabat, pelaku bisnis maupun ibu rumah tangga, terutama bagi generasi muda, pelajar dan mahasiswa. Setiap orang tua jangan dulu merasa cukup dan puas hanya mengandalkan sekolah dan kampus saja, akan tetapi harus ada pembinaan intensif rumah, sekolah, lingkungan masyarakat dan juga masjid. Masjid dalam arti luas tidak hanya dipergunakan untuk shalat, melainkan lebih daripada itu, bisa difungsikan sebagai pusat kegiatan positif dalam rangka membangun manusia seutuhnya, sebab pada zaman Nabi saw. pun masjid berfungsi ganda yaitu sebagai tempat membicarakan urusan agama (akhirat) dan juga urusan kesejahteraan umat (dunia).
Secara garis besar fungsi masjid dapat difahami sebagai berikut :
1.Tempat Membina Ketakwaan kepada Allah swt.
Sudah difahami bersama bahwa fungsi utama masjid adalah tempat ibadah, tempat bersujud berserah diri secara total kepada Allah swt. karena itu masjid harus dibangun atas taqwa sebagaimana firman Allah swt.
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُوْمَ فِيْهِ, فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ أَنْ يَّتَطَهَّرُوْا وَاللهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ
“……. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu mendirikan shalat di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri, dan Allah menukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah; 108)
2.Tempat Membina Ukhuwah Islamiyah
Usaha kedua setelah Rasulullah saw. membangun masjid adalah mempersatukan dan mengakrabkan dua kelompok muhajirin dan anshar. Kedua kelompok ini merupakan dua kekuatan raksasa yang sanggup menumbangkan kebatilan, kamaksiatan dan kekufuran. Karena itu, tidak sepantasnya jika sesama muslim tidak cinta damai, saling bermusuhan dengan saudara seiman dan seagama. Dalam rangka takwa itulah, masjid digunakan sebagai alat untuk mempererat hubungan kekeluargaan di antara sesama muslim, dapat mewujudkan ukhuwah islamiyah dan ummatan waahidatan yang kaljasadil waahid
Jika diamati, saat ini sebagian besar kaum muslimin masih berdiri dan berada di sisi masing-masing. Banyak orang yang merasa dirinya paling benar, paling sah dan orang lain pasti salah, dan pada akhirnya orang yang saling berbeda faham tidak bisa duduk berdampingan sebagai orang yang bersaudara. Alangkah naif dan nyata-nyata keliru jika diantara sesama muslim mempunyai pendirian semacam itu, dan itu bertentangan dengan pernyataan Allah swt. sebagaimana firman-Nya
ِإنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, leh karena itu damaikanlah di antara kedua saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat (Allah).” (QS. Al-Hujurat; 10)
3.Tempat untuk Meningkatkan Rasa Kebersamaan dan Persamaan Kedudukan
Agama Islam adalah agama yang mengajarkan kebersamaan dan persamaan kedudukan. Di masjid inilah ajaran kebersamaan dan persamaan kedudukan dipraktekkan dan di dalamnya sudah tidak lagi dipersoalkan atribut kebanggaan, pangkat dan jabatan. Tidak memandang apakah dia seorang hartawan, bangsawan ataukah seorang rakyat jelata, semua sama. Semua rukuk dan sujud di hadapan Allah swt. Yang Maha Agung. Demikian pula status sosial seseorang di masjid, semua sama. Seorang pejabat atau rakyat, hartawan atau gelandangan, ia tetap duduk paling depan apabila datang lebih awal. Sebaliknya, siapapun orangnya, tetap duduk di paling belakang jika ia datang paling akhir. Di dalam masjid tidak ada yang super atau istimewa, semua diperlakukan sama, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt.
4.Tempat Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Jika kita simak perkembangan Islam dari masa ke masa, Islam tidak hanya berada di daratan Arab saja, tetapi telah menyebar ke daratan Eropa. Saat Islam mencapai zaman keemasannya, saat itu pula popularitas Islam dikenal bukan hanya karena jumlah pemeluknya yang semakin bertambah, melainkan pula karena perkembangan ilmu dan filsafatnya yang maju pesat. Di Cordoba Spanyol, ada pusat ilmu pengetahuan yang begitu lengkap, menjadi pusat rujukan para ilmuwan dan cendekiawan dari penjuru dunia, semua berpusat dan bertumpu pada masjid.
Oleh karena itu, sudah saatnya masjid difungsikan kembali sebagai tempat untuk mencari, mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Disadari atau tidak, dalam hal ilmu dan teknologi umat Islam masih jauh tertinggal dari umat lain, sedangkan manusia akan diangkat nilai dan derajatnya, serta dimuliakan dalam pergaulannya karena iman dan ilmunya, sebagaimana firman Allah swt.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah; 11)
5.Tempat Pembinaan Umat
Yang terakhir, sebagian fungsi masjid adalah tempat pembinaan umat khususnya remaja dan pemuda. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi disamping berdampak positif bagi kemajuan suatu bangsa, tetapi juga berdampak negatif sehingga menimbulkan terjadi kenakalan remaja yang cendrung melakukan hal-hal yang bertentangan bukan saja dengan etika moral tetapi juga dengan agama, misalnya pencurian, perzinaan, perampokan, penodongan taupun terlibat dengan pemakaian obat-obat terlarang.
Banyak orang tua kehabisan akal menghadapi kenakalan putera puterinya. Berbagai upaya telah diusahakan untuk kesembuhannya tetapi masalah tersebut belum dapat teratasi. Untuk membatasi perkembangan dan menanggulangi kenakalan remaja adalah dengan mengenalkan mereka kepada tempat pembinaan yang tepat yakni masjid dan membimbing mereka agar menjadi pemakmurnya. Jarang dijumpai aktifis masjid yang terlibat perbuatan kriminal, kalaupun ada maka perlu dipertanyakan apa motivasi dirinya menjadi aktifis masjid.
Ada beberapa manfaat bagi orang yang memakmurkan masjid dinataranya, meningkatnya keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt., memiliki keyakinan akan adanya pembalasan di hari akhir, semakin tekun dan istiqamah dalam menegakkan shalat, timbulnya kesadaran untuk membayar zakat serta munculnya rasa takut dan hormat kepada Allah swt. sebagaimana firman Allah swt.
إِنَمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, membayar zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah; 18)
Dengan mengetahui fungsi masjid maka diharapkan setiap muslim ikut ambil bagian sebagai pemakmur masjid dengan cara memakmurkan fisik, kegiatan di dalamnya dan ikut memelihara kebersihan dan keindahannya, sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan nyaman bagi siapa saja yang datang ke masjid tersebut untuk beribadah. Rasa nyaman akan didapatkan apabila semua jama’ah di dalamnya mengenal adab terhadap masjid.

Adapun adab terhadap masjid dibagi menjadi dua bagian yakni:
  • Adab yang berupa perintah
  1. Menjaga kebersihan
  2. Berdoa ketika akan masuk
  3. Melaksanakan shalat sunnah tahiyyatul masjid
  4. Mengambil shaf yang paling depan ketika shalat berjama’ah
  5. Banyak berdzikir ketika sedang menunggu waktu shalat
  6. Ikut menjaga keamanan terhadap barang-barang milik masjid
  7. Membawa infaq setiap datang ke masjid
  8. Berdoa ketika meninggalkan masjid
  • Adab yang berupa larangan di dalam masjid
  1. Tidak meludah di dalam masjid
  2. Tidak lewat di depan jama’ah yang sedang shalat
  3. Tidak membuat kegaduhan
  4. Tidak bermain-main atau melakukan permainan
  5. Tidak bersengketa dan bertengkar
  6. Tidak mengadakan teransaksi apapun
  7. Tidak mencari barang yang hilang
  8. Tidak melaksanakan shalat sendirian pada saat orang lain sedang melaksanakan shalat
  9. Tidak menjadikan masjid hanya sebagai tempat istirahat dan membuang hajad tanpa beribadah di dalamnya

SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA


SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA
Oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Penyuluh Agama Islam Kec. Depok
Kwalitas iman seseorang dalam Islam dapat diukur dengan komitmennya terhadap pengamalan ajaran yang ada, baik itu yang berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Shalat sebagai salah satu dari rukun Islam tentu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap muslim. Namun lebih dari itu sebetulnya shalat tidak hanya merupakan kewajiban tetapi juga merupakan kebutuhan bagi kaum yang beriman, karena shalat merupakan tiang agama.
Begitu pentingnya kedudukan shalat dalam syari’at Islam, sehingga shalat merupakan kewajiban yang pertama kali harus dilaksanakan setelah seorang muslim mengakui kebenaran atas keberadaan Tuhan, yakni Allah SWT. dan shalat itu akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi orang yang mampu menyelami makna shalat, sekurang-kurangnya ia akan merasa sangat dekat dengan Tuhannya.
Kebahagiaan hakiki bagi setiap muslim adalah manakala ia mampu mendekatkan diri kepada Sang Khalik, saat mana ia akan selalu merasakan begitu nikmat dan tenteram dalam menjalani hidup dan kehidupan. Walaupun dihadapkan pada berbagai masalah sebagai dampak dari modernisasi yang dibarengi dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi, yang di satu sisi menyebabkan kemajuan pola pikir dan di sisi lain juga menyebabkan merosotnya nilai-nilai moral umat manusia, tapi dengan selalu dekat yang Yang Maha Kuasa yakni Allah SWT. terutama melalui keistiqamahan dalam melaksanakan shalat, maka Insya Allah orang itu akan selalu dilindungi oleh Allah dengan selalu memberikan bimbingan dan petunjuk.
Shalat dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, sehingga Rasulullah menyatakan bahwa shalat tiang agama Islam.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدّيْنِ فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدّيْنِ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدّيْنِ
Artinya: “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat,maka berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama”. (HR. Bukhari Muslim)
Hadits di atas merupakan suatu rujukan bahwa tegak dan tidaknya agama Islam pada diri seorang muslim tergantung pada keistiqamahan seorang hamba dalam melaksanakan shalatnya. Shalat tidak hanya dimaknai sebatas kewajiban, tetapi ruh shalat harus bisa memberikan warna yang sangat positif pada perilaku seorang hamba yang terpancar pada kesungguhan untuk selalu menaati Allah dan menjauhkan diri dari perilaku maksiat dan mungkarat.
Allah SWT.Allah SWT. berfirman :
اِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنْكَرِ.
Artinya : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”. (Surah Al-Ankabut: 45)
Ayat di atas seharusnya mampu menjadi bahan perenungan bagi setiap muslim khususnya umat Islam di Indonesia. Pertanyan yang seharusnya muncul didalam hati setiap muslim adalah, sudahkah shalat ini dilaksanakan dengan baik dan benar?. Jika dalam kehidupan sehari-hari ternyata seseorang masih sering melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, itu berarti ruh shalat belum merasuk ke dalam jiwanya. Jika akhlak mereka masih belum baik, itu pertanda bahwa dirinya belum menjiwai shalat yang dilaksanakannya. Dengan kata lain, shalat yang dilaksanakannya itu baru terbatas pada gerak badan saja tapi hati tidak pernah sungguh-sungguh terlibat dalam shalat. Shalat yang demikian itu hanya bersifat rutinitas sebagai pengguguran atas kewajiban yang membebani dirinya jika tidak melaksanakannya. Maka tidak heran jika di tengah-tengah masyarakat sering dijumpai orang yang rajin melaksanakan shalat tapi maksiat juga tetap jalan. Dalam bahasa guraunya adalah STMJ (Shalat Tegak Maksiyat Jalan)
Sebagai seorang muslim yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang bermartabat tinggi, maka seharusnyalah seorang muslim berusaha melakukan perubahan-perubahan terhadap pelaksanaan shalat seperti di atas agar umat Islam Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan akhlak dan moral. Mereka harus mampu melakukan pendalaman terhadap makna sesungguhnya dari shalat yang dapat membentuk pribadi muslim yang istiqamah dan berakhlakul karimah.
Sebagai tiang agama, maka harus ada makna dan nilai setiap orang melaksanakan shalat, sebagaimana diuraikan oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihyaa Ulumuddin, yakni:
1. Hudhurul Qolbi (menghadirkan jiwa). Ketika melaksanakan shalat harus konsentrasi penuh semata-mata menghadap kepada Allah dan mengharap keridhaan-Nya. Segala hal yang bersifat keduniaan harus kita lupakan sejenak, agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang yang celaka, karena tergolong yang melalaikan shalat.
Firman Allah SWT.:
فَوَيْلُ لّلْمُصَلّيْن . اَلَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْن.
Artinya: “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya”. (Surah Al-Ma’un : 4-5)
2. Tafahhum; yakni menghayati apa saja yang dikerjakan dalam shalat, baik berupa bacaan maupun gerakan anggota badan lainnya. Karena di dalamnya tersimpan makna pernyataan kesiapan, janji dan kepasrahan secara total kepada Allah SWT. sebagaimana Firman-Nya :
وَاَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِيْ
Artinya : “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Surah Thaha ; 14)
3. Ta’zhim; artinya sikap mengagungkan Allah yang disembahnya serta adanya kesadaran secara total bahwa manusia adalah sangat kecil di hadapan Sang Pencipta, Allah Yang Maha Agung
4. Al-Khouf; yakni rasa takut kepada Allah yang dilambari rasa hormat kepada-Nya.
5. Ar-Roja’; yakni harapan untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nya, dan yang ke
6. Adalah Al-Haya’; yakni rasa malu kepada Allah, karena apa yang dipersembahkan kepada-Nya sama sekali belum sebanding dengan rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Dengan mampu menghadirkan makna dan nilai-nilai shalat di atas, maka secara bertahap akan timbul harapan bahwa akan ada hubungan timbal balik antara ibadah ritual dalam ibadah shalat sebagai tiang agama dengan nilai-nilai yang tersembunyi di dalamnya, yang akan dapat menghiasi kehidupan setiap muslim dalam kehidupan pribadi sehari-hari dan akan membias dalam kehidupan sosial kemasyarakatan sepanjang hayatnya.
Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan kepada kaum muslimin khususnya umat Islam Indonesia, sehingga dapat melaksanakan shalat dengan baik dan benar dan dapat menjiwai nilai-nilai luhur dalam shalat sebagai pembentuk peribadi muslim yang berkwalitas.

NASKAH KHUTBAH JUM'AT MINGGU INI (KEUTAMAAN IBADAH HAJI)


KEUTAMAAN IBADAH HAJI
Oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Penyuluh Agama Islam Kec. Depok
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya sebagai upaya kita untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada-Nya
Beruntunglah kita, karena dalam kehidupan yang pendek ini kita memperoleh hidayah dari Allah dengan memeluk agama Islam dan memperoleh rizki atau penghidupan yang cukup. Sebab dengan Islam kita akan mendapatkan ketenteraman hidup di dunia dan keselamatan di akhirat. Kemudian dengan rizki yang cukup, kita gunakan sebagai sarana menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW. bersabda :
طُوْبَى لِمَنْ هُدِيَ لِلْاِسْلاَمِ , وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنَعَ
“Sungguh beruntunglah bagi orang yang mendapat hidayah memeluk agama Islam dan penghidupannya cukup serta tenang dan menerima.” ( HR. Turmudzi )
Pada khutbah siang ini saya akan menyampaikan tentang hikmah ibadah haji. Ibadah haji adalah rukkum Islam yang kelima dan merupakan kewajiban setiap muslim yang telah mampu serta memenuhi persyaratan, artinya bagimereka yang sudah ada biaya dan sehat jasmani maupun rohani serta tidak ada udzur atau halangan. Allah berfirman :
وَللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ الله َغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِيْنَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari ( kewajiban haji ), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imran : 96)
Dalam Islam melaksanakan ibadah yang paling banyak mengeluarkan tenaga dan biaya adalah ibadah haji. Karena itu ibadah haji ini hanya terbatas bagi setiap muslim yang mampu.
Sekalipun ibadah haji itu terasa berat tetapi tetap terasa nikmat, sebab mereka merasa semakin dekat kepada Allah SWT. Pahala ibadahnya pun juga bewrlipat ganda. Shalat yang dilaksanakan di masjid Nabawi pahalanya lipat seribu kali daripada shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram, sedangkan shalat di Masjidil Haram lipat seratus kali daripada shalat di masjid Nabawi, dengan kata lain lipat seratus ribu kali dibanding shalat yang dilaksanakan di masjid lainnya.
Rasulullah bersabda :
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى اَفْضَلُ مِنْ اَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَسَاجِدِ اِلاَّ مَسْجِدِ الْكَعْبَةِ
“Shalat di masjidku ini lebih utama dari seribu kali shalat di masjid lain kecuali masjid Ka’bah,” (HR. Muslim)
Kemudian Rasulullah juga menyatakan :
وَصَلاَةٌ فِى مَسْجِدِ الْحَرَامِ اَفْضَلُ مِنْ صَلاَةٍ فِى مَسْجِدِى هَذَى بِمِائَةِ صَلاَةٍ
“Dan shalat di masjid Haram lebih utama seratus kali daripada shalat di masjidku ini.” (HR. Ahmad)
Hadits tersebut memberikan pengertian bahwa seorang muslim yang mengerjakan ibadah haji di tanah suci Mekkah dan Madinah adalah berlipat ganda pahalanya. Belum lagi do’a yang disampaikan atau dipanjatkan kepada Allah SWT. adalah selalu dikabulkan.
Karena itu kesempatan besar bagi setiap muslim yang sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci, mendekatkan diri kepad Allah SWT. dengan sujud dan takarrub kepada-Nya, sambil berdo’a, sebab do’a mereka itu dikabulkan oleh Allah SWT.
Sabda Rasulullah :
اَرْبَعُ دَعْوَاتٍ لاَ تُرَدُّ : دَعْوَةُ الْحَاجِّ حَتَّى يَرْجِعَ , وَدَعْوَةُ الْغَازِى حَتَّى يَصْدُرَ , وَدَعْوَةُ الْمَرِيْضِ حَتَّى يَبْرَأَ , وَدَعْوَةَ الاَخِ لِاَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ , وَاَسْرَعُ هَؤُلاَءِ الدَّعْوَاتِ اِجَابَةً دَعْوَةُ الاَخِ لِاَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ
“Ada empat golongan yang do’anya tidak ditolak, yaitu do’a orang yang sedang menunaikan ibadah haji hingga kembali, do’a orang (Islam) yang berperang hingga pulang (dari peperangan), do’a orang sakit hingga sembuh, dan do’a seorang muslim bagi sesama muslim yang sudah meninggal. Dan yang paling cepat dikabulkan adalah do’a seorang muslim bagi sesama muslim yang sudah meninggal.” (HR. Dailami dari Ibnu Abbas).
Ada tempat – tempat mustajab uantuk berdo’a bagi jama’ah haji yang sedang memanjatkan do’anya kepada Allah SWT. misalnya di “Multazam” yaitu tempat yang terletak antara pintu Ka’bah dengan Hajat Aswad. Di tempat-tempat inilah para hujjaj memohon kepada Allah sesuai dengan maksud, hajad dan keperluan mereka.
Di tempat inilah para jama’ah dapat mengadukan permasalahn hidup yang menyangkut dosa dan kesalahan yang pernah dilakukannya dan sekaligus mereka bisa memohon ampun atas kesalahan dan dosa-dosanya itu kepada Allah SWT; lalu mereka minta diterima ibadahnya, minta keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, tercukupi rizki dan ketentraman rumah tangga.
Di tempat ini pula para jama’ah tentu merasa sangat haru, bergembira dan bahagia, sebab dapat sujud dan berdiri di dekat Ka’bah sambil menatap kebesaran dan keagungan Allah SWT. sehingga mereka tidak mampu menahan tangis dan menetesnya air mata yang membasahi pipi mereka, di situlah mereka betul-betul merasa kecil dan tidak berdaya sama sekali di hadapan Allah SWT.
Kemudian “Hijir Ismail” yaitu tempat yang mustajab terletak di sebelah utara Ka’bah, tempat ini bentuknya seperti pagar setengah tembok melingkar setengah lingkaran. Hijir ini dibangun oleh Nabi Ibrahim AS. sewaktu beliau membangun Ka’bah bersama putranya Isma’il AS. Di tempat inilah para jama’ah haji berdo’a kepada Allah.
Lalu di “Maqam Ibrahim”, adalah jug tempat yang sangat mustajabah, Maqam ini berupa sebuah batu yang ditutup dengan kaca (fiber glass) dan dibentuk runcing tirus di bagian atasnya dengan warna kuning emas. Batu ini sebagi tempat pijakan kaki Nabi Ibrahim AS. sewaktu membangun Ka’bah bersama putranya. Di tempat inilah para hujjaj dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT :
فِيْهِ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيْمَ
“Padanya terdapat tanda – tanda yang nyata ( diantara ) Maqam Ibrahim.” (QS; Ali Imran 97)
Dalam melaksanakan ibadah haji hendaknya para jama’ah haji menghindarkan diri dari amaliyah-amaliyah yang dilarang oleh agama; dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti berbuat keji, fasik, bohong dan lain-lainnya, supaya ibadah hajinya diterima oleh Allah SWT, dan mereka kembali pulang bersih dari dosa. Dengan kata lain mendapatkan haji Mabrur. Rasulullah bersabda :
مَنْ حَجَّ للهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ
“Barang siapa melakukan haji tanpa berbuat keji dn tidak fasik, maka dia kembali (tidak berdosa) sebagaimana waktu diadilahirkan oleh ibunya.” (HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah)
Bagi saudara-saudara kita yang hendak menunaikan ibadah haji, hendaknya menanamkan niat yang tulus dan ikhlas karena Allah semata, serta semata-mata memenuhi panggilan-Nya, dan hendaknya berusaha maksimal agar mencapai haji yang mabrur. Karena haji mabrurlah yang bernilai dalam pandangan Allah SWT. dan haji mabrurlah yang dianggap haji berkualitas. Sabda Rasulullah :
اَلْعُمْرَةُ اِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهُمَا , وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ اِلاَّ الْجَنَّةِ
“Umrah ke umrah lainnya adalah penghapus dosa antara keduanya. Dan haji yang mabrur tidak ada lagi balasannya kecuali surga.” (HR. Bukhari Muslim)
Sebagian dari tanda haji mabrur adalah haji yang dikerjakan sesuai dengan ketentuan, mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. dan dikerjakan tanpa tercampur dengan perbuatan dosa atau maksiat kepada Allah SWT, sehingga ada harapan memperoleh surga Allah SWT.
Setelah pulang ke negerinya meningkatkan keistiqamahan dalam beribadah, memperindah akhlak, meningkatkan kepedulian kepada sesama dan menjadi teladan bagi masyarakat sekelilingnya.
Bagi kita yang belum terpanggil untuk menunaikan ibadah haji, mudah-mudahan Allah SWT. segera memberikan anugerah tersebut pada tahun-tahun yang akan datang, diberi kemurahan rizki dan kesehatan serta kesadaran untuk melaksanakannya. Terutama bagi kita yang telah diberi kelebihan rezeki oleh Allah, ssegeralah untuk berangkat melaksanakan ibadah haji ke tanah suci dan ziarah ke pusara Rasulullah SAW. sebelum kedahuluan malaikat pencabut nyawa yang menyebabkan kita akan menyesal di kemudian hari.
Demikian khutbah yang dapat saya sampaikan siang ini, mudh-mudahan berkenan dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ , وَتَقَبَّلَ مِنّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَه , إِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , وَقُلْ رَّب اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن .