Rabu, 13 April 2011

SUCIKAN DIRI GAPAI KESEMPURNAAN HIDUP


SUCIKAN DIRI GAPAI KESEMPURNAAN HIDUP
Oleh : H. Muh Chaeruddin, Ibnu Mas’ud.

Seorang muslim harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. dan berorientasi kepada kehidupan yang hakiki yakni kehidupan akhirat. Perilaku dan tindakannya harus selektif dan berpegang teguh kepada norma-norma Ilahi. Yang tergambar dalam kehidupannya hanyalah kebahagiaan hidup di alam baqa, sehingga benar-benar menjadi dambaan dan idamannya dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Kehidupan orang-orang seperti itu pernah dipesankan oleh Allah SWT. kepada Nabi Daud as. Pesan tersebut sebagai berikut
حَقٌّ عَلَى الْعَاقِلِ اَنْ لاَيَشْتَغِلَّ اِلاَّ بِثَلاَثٍ تَزَوُّدٌ لِمَعَادٍ وَمُؤْنَةٌ لِمَعَاشٍ وَطَلَبُ لَذَّتٍ بِحَلاَلٍ
"Sudah menjadi ketetapan yang hak bagi orang yang berakal supaya mereka tidak disibuki (dalam perjalanan hidupnya) kecuali oleh tiga hal: pertama, mempersiapkan bekal untuk kebahagiaan hari akhir; kedua, mengusahakan kemashlahatan untuk kehidupan di dunia; dan yang ketiga, harus mencari kenikmatan hidup dari rezeki yang halal." (Hadits Qudsi Riwayat Abu Dawud)
Pesan yang terkandung dalam hadits qudsi tersebut adalah bahwa seorang hamba tidak boleh menyibukkan diri dalam menjalani hidup dan kahidupan kecuali untuk tiga perkara yakni:
1. Mempersiapkan bekal sebaik-baiknya untuk menyongsong kebahagiaan hidup dan kemuliaan di akhirat.
2. Mengupayakan tercapainya kesejateraan dan kebahgiaan hidup di dunia yang fana.
3. Dalam menunjang sarana hidup di dunia sebagai landasan untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat, harus dengan cara yang halal dan dibenarkan oleh Allah dan tidak menyimpang dari ketentuan syari’at yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.

Agar seseorang mampu mendekatkan diri kepada Allah dalam menjalani hidup dan kahidupan, dan apa yang dilakukannya selalu berorientasi kepada kehidupan akhirat sebagaimana digambarkan di atas, maka seseorang harus selalu membersihkan dan menyucikan diri lahir batin dengan jalan :
1. TAQWALLAH: Allah telah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara, mengolah dan mengatur alam semesta beserta isinya agar dapat diambil manfaatnya untuk kesejahteraan umat manusia. Perlu disadari bahwa segala persoalan yang dihadapi manusia belum tentu dapat dipecahkan hanya dengan mengandalkan akal pikiran saja. Oleh karena itu, Allah swt. telah memberikan tuntunan hidup yang sempurna kepada manusia di dalam melaksanakan amanah-Nya, yaitu agama Islam. Dengan agama Islam Allah membimbing manusia agar taat kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Orang yang taqwa senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadanya, mereka tidak akan lepas kendali apabila ditimpa kesusahan atau musibah dan mereka tetap yakin kepada janji Allah, bahwa Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi dan akan memberikan rezeki dari arah yang tidak diduga-duga (lihat surah Ath-Thalaq: 2-3)
2. TAWAKKAL: Senantiasa berserah diri kepada kuasa Allah dalam segala hal setelah berikhtiar terlebih dahulu dan menyerahkan hasil akhir dari segala yang diupayakannya kepada Allah serta dia akan menerima ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Allah sangat menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya dan Dia akan memberikan kecukupan kepadanya
3. BERILMU: Ilmu merupakan syarat untuk mencapai tujuan hidup dan juga sebagai bukti kebesaran Allah yang akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Harta yang berlimpah tidak akan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia kalau tidak disetai ilmu, sebab harta akan habis terkuras oleh tipu muslihat orang lain karena kebodohannya. Demikian pula dengan ibadah, orang yang berilmu akan dapat beribadah lebih sempurna bila dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu, sebab orang berilmu akan lebih memahami arti, tujuan dan dasar ibadah yang sesungguhnya. Sementara orang beribadah tanpa ilmu, ibadahnya hanya ikut-ikutan, maka ibadahnya tidak akan sempurna. Atas dasar itulah, maka orang yang berilmu mendapatkan tempat yang terhormat di sisi Allah swt. bahkan ditinggikan derajatnya sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Mujadalah ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Mujadilah: 11)
4. KHUSYU': Ka'ab Al-Akhbar dalam Tafsir Shawi surah Al-Mukminun ayat 2 memberikan penjelasan bahwa khusyu’ dalam sholat harus memenuhi 3 hal, yakni :
a. Itmamul-arkan wasysyuruth : sempurnanya rukun-rukun dan syarat-syarat shalat
b. Al-istiqamah wat-tuma'ninah fiihaa: istiqomah dan tuma'ninah menjalankannya
c. Muhasabah wa dzikrullah ba'dahaa : melakukan perenungan dan penilaian terhadap ibadah yang baru saja dilaksanakannya kemudian berdzikir dan berdo'a kepada Allah swt.
Dan hanya orang yang khusyu’ hatinyalah yang akan dapat berkumunikasi secara baik dengan Penciptanya, dan dapat menyelami hakikat ibadah yang dilaksanakannya. Dengan demikian, maka ia akan dapat memperoleh ketenangan dan ketenteraman karenanya.
5. QANA'AH: Menyikapi semua anugerah Allah bukan pada bentuk lahiriyahnya, tetapi lebih ditekankan kepada hakikat dari anugerah Allah tersebut. Penilaian terhadap bentuk lahiriyah akan menimbulkan sikap tidak puas dan cenderung memunculkan sikap kecewa, pada akhirnya ia akan melakukan berbagai macam cara untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginnya, tidak peduli apakah cara yang dipakai itu benar atau salah, halal atau haram. Berbeda bagi orang yang menyikapi anugerah Allah dari segi hakikatnya. Penilaian semacam itu akan mendorong seseorang untuk menyadari bahwa Allah menyayanginya sehingga Dia masih berkenan memberikan anugerah-Nya. Pada akhirnya orang tersebut akan selalu bersyukur kepada Allah kemudian berdoa agar selalu mendapat tambahan karunia dan meridhainya.
6. DO'A: Setiap orang mukmin disamping berusaha juga dituntut untuk berdoa, memohon berbagai hal kepada Allah swt. Doa ini dilaksanakan dengan sabar dan shalat baik sebelum maupun sesudah shalat. Allah swt. sangat menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya agar selalu berdoa kepada-Nya, bahkan Allah mencela orang-orang yang tidak mau berdoa dan menyebutnya sebagai orang yang sombong. Agar doa seseorang dikabulkan oleh Allah swt. disamping ia harus berdoa dengan penuh keyakinan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya juga harus memenuhi beberapa persyaratan.
Untuk membantu para pembaca mendapatkan 6 (enam) hal di atas, berikut ini disajikan sebuah doa yang diambilkan dari hadits shahih riwayat Muslim dari Zaid bin Arqam (Jami'ush shaghir hal : 56). Doa tersebut sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ اَتِ نَفْسِى تَقْوَهَا وَزَكَّاهَا, اَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا اَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا, اَللَّهُمُّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ, وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ, وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
"Ya Allah, anugerahilah ketaqwaan dalam hatiku dan bersihkanlah, Engkau adalah sebaik-baik pelindung dan menguasainya. Ya Allah aku berlindung kepada Engkau daripada ilmu pengetahuan yang tidak bermanfaat, dan hati yang tidak khusyu' (dalam beribadah), dan nafsu yang tidak (pernah) puas (terhadap anugerah-Mu) dan daripada do'a yang tidak dikabulkan." (H.R. Muslim)
Maksud dari do’a di atas adalah sebagai berikut:
1. Memohon kepada Allah agar dirinya dijadikan orang yang taqwa dan Dia berkenan pula memberikan kemampuan kepadanya untuk memelihara dan mempertahankan ketaqwaannya itu.
2. Mohon kepada Allah agar dijadikan orang yang senantiasa bertawakkal kepada-Nya.
3. Mohon perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat baik bagi diri dan orang lain
4. Mohon perlindungan kepada Allah dari hati yang tidak pernah khusyu’ dalam beribadah
5. Mohon perlindungan kepada Allah dari diri yang tidak pernah merasa puas atas karunia yang telah diterimanya sehingga tidak dapat bersyukur kepada-Nya
6. Mohon perlindungan kepada Allah dari do’a yang tidak dokabulkan oleh-Nya.
Wallaahu a’lam bish-shawaab, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semuanya.

0 komentar:

Posting Komentar