Paduan Suara Mars DBKS

Paduan Suara Mars DBKS Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok sedang menyayikan Mars DBKS dalam acara evaluasi lomba DBKS Tingkat Kabupaten Sleman.

Tamu Undangan Muspika Depok

Tamu undangan dari unsur Muspika kecamatan Depok sedang menghadiri acara evaluasi loma DBKS Desa Maguwoharjo tingkat kabupaten Sleman

Bimbingan Manasik Haji

H. Muhammad Chaeruddin sedang memberikan penjelasan dan materi dalam rangka manasik haji kecamatan Depok kabupaten Sleman

Praktik Manasik Haji

Para jamaah calon haji kecamatan Depok sedang melaksanakan praktik manasik haji untuk menyempurnakan materi yang diterima secara teoretis

Administrasi Manasik Haji

Untuk mewujudkan pelaksanaan bimbingan manasik haji di Tingkat Kecamatan Depok, harus ditunjang dengan administrasi yang efektif dan efiesien

Selasa, 23 Oktober 2012

NASKAH KHUTBAH SHALAT IEDUL ADLHA 1433 H; Jum'at tgl 26 Oktober 2012.


DENGAN QURBAN
KITA TINGKATKAN SOLIDARITAS ANTAR UMAT ISLAM MENUJU TERWUJUDNYA UKHUWAH ISLAMIYAH
Disajikan Oleh: H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ, اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ, اَلله اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً, لاَاِلَهَ اِلاَّ الله وَالله اَكْبَرُ, اَلله اَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ , اَلْحَمْدُ لله الَّذِى أَمَرَ عِبَادَهُ بِتَعْظِيْمِ شَعَائِرِهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَحْمُوْدُ الْمَحْبُوْبُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يَنَالُوْنَ غُفْرَانَ الذُّنُوْبِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواالله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تََمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah
Di pagi hari yang penuh dengan gema suara takbir, tahmid dan tahlil yang berkumandang sepanjang malam, telah membangkitkan semangat dan menyadarkan hati kita untuk senantiasa mensyukuri kenikmatan yang luar biasa dari Allah swt. Begitu besarnya kenikmatan yang telah Allah limpahkan kepada kita, hingga jika kita hitung kenikmatan tersebut niscaya kita tidak akan dapat menghitungnya.
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya, sesungguhnya sebagian manusia suka berbuat zhalim lagi kufur.” (QS. Ibrahim : 34)

Untuk itulah mari kita sucikan hati dan pikiran kita agar kita senantiasa dapat mensyukuri kenikmatan tersebut.
Selanjutnya kita harus selalu punya keinginan untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah ta’ala, agar kita dalam hidup ini selalu mendapatkan bimbingan dan petunjuk dari Allah. Semoga shalawat dan salam senantiasa tertuju kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw. yang telah mewariskan kepada kita suatu pandangan hidup dan keyakinan yang akan membawa kita pada kebenaran yakni agama Islam.
اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah
Pada hari ini hampir seluruh umat Islam di berbagai penjuru dunia bergembira ria, mengungkapkan rasa syukur atas datangnya hari raya qurban. Kegembiraan tersebut ditandai dengan pengagungan Asma Allah melalui gema takbir, tahlil, tahmid dan tasbih yang sekaligus juga menyadarkan kita bahwa manusia di hadapan Allah adalah kecil dan lemah. Sebagai makhluk yang lemah dan kecil maka kita hanya bisa memohon kepada Allah, agar kita senantiasa diberi kenikmatan hidup yang akan dapat mendatangkan keselamatan di akhirat kelak. Sehingga kita dapat terhindar dari berbuat tercela yang kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawabannya.
Idul Adhha adalah peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam, saat mana umat Islam se dunia merayakannya dan juga bertepatan dengan jama’ah haji di tanah suci yang tengah menunaikan rukun Islam yang kelima. Pada saat separti ini, menurut Mahmud Syaltut, umat Islam tengah melakukan dua ritual besar.
Pertama, Secara khusus di tanah suci yakni di Baitullah terjadi ibadah haji. Para jama’ah haji melakukan wukuf di Padang Arafah, melempar jumrah, dan kemudian mempersembahkan daging kurban sebagai wujud dari rasa solidaritas sosial. Semuanya dalam rangka menunaikan rukum Islam yang kelima.
Pada tanggal 9 dzulhijjah kemaren, berjuta-juta kaum Muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji berada di Padang Arafah melaksanakan wukuf. Mereka datang dari segenap penjuru dunia yang berlainan bahasa, bangsa dan tradisi, tetapi mereka mempunyai tujuan yang sama, yakni hanya untuk memenuhi panggilan Allah, sebagaimana tercantum dalam firman Allah swt. sebagai berikut :
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 27)
Meskipun berada di bawah terik matahari yang sangat menyengat, para jama’ah haji tidak pernah menghiraukannya. Perbedaan warna kulit, bahasa, dan suku bangsa, status sosial tidak pernah dipersoalkan lagi, mereka bersama-sama menjadi tamu Allah Yang Maha Perkasa. Hal ini sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa, meskipun berbeda-beda di antara mereka, tetapi ikatan akidah di antara mereka tak bisa dipisahkan oleh apapun.
Kedua, secara umum seluruh kaum Muslimin di berbagai belahan dunia semenjak hari Arafah hingga hari tasyrik, mereka mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil dan tasbih, menyuarakan bahwa tidak ada yang lebih besar dan lebih mulia dari pada Allah swt. dengan datangnya kaum muslimin berbondong-bondong menuju tanah lapang dan masjid untuk menunaikan ibadah shalat iedul adhha, yang kemudian diikuti dengan penyembelihan hewan qurban. Daging-daging tersebut kemudian dibagikan kepada para fakir miskin. Hal ini membuktikan secara demonstratif ketaatan mereka kepada Allah, yang mampu mengalahkan hawa nafsu dan sifat egois mereka untuk saling berbagi rasa antara si kaya dan si miskin.
Allah swt. berfirman :
ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, kecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (QS. Al-Hajj : 30)
Dalam ayat berikutnya juga dinyatakan :
ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)
اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah
Hari raya Adhha juga sering disebut dengan hari raya kurban, karena pada hari raya ini dan tiga hari sesudahnya umat Islam disunnatkan untuk menyembelih hewan kurban yang dagingnya di bagi-bagikan kepada fakir miskin.
Perinstiwa haji dan kurban ini, mengingatkan kita akan sejarah besar yang melatarbelakanginya yaitu Nabi Ibrahim a.s. dengan putranya Nabi Ismail a.s. pada saat Nabi Ibrahim as. diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih (mengorbankan) putranya yakni Ismail melalui mimpi. Pada waktu itu sempat terjadi kebimbangan, mengingat Ismail adalah putra satu-satunya yang sangat diharapkan kelahirannya dalam jangka yang cukup lama, tetapi karena rasa taat dan patuhnya kepada Allah SWT. yang sangat besar akhirnya Nabi Ibrahim as. melaksanakannya juga. Pada saat keduanya telah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan Ismailpun telah siap pula untuk disembelih (dikorbankan), kemudian Allah mengganti Ismail dengan seekor domba yang besar lagi gemuk. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi syari’at besar yang masih berlanjut hingga sekarang ini.
Firman Allah SWT. Dalam Surah Ash-Shaffat 103-108
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ°وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ°قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ°إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاء الْمُبِينُ°وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ°وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ °
Artinya: tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian
Islam selalu memerintahkan untuk berbagi harta antara yang mampu dengan yang miskin. Melalui hari raya kurban ini marilah kita senantiasa saling mengajak untuk berbuat baik dan menyayangi orang yang lemah, yang miskin dan tidak mampu serta memupuk solidaritas sesama umat manusia dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah.
Adapun perintah Allah untuk menyembelih kurban dapat kita lihat pada firman Allah dalam surah Al-Kautsar : 1-2
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ° فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ°
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 1-2)
Mudah-mudahan idul Adhha ini dapat kita jadikan sebagai momentum yang baik untuk mengokohkan ukhuwah Islamiyah, dan membangkitkan semangat kita untuk berjihad dan berkurban demi ketinggian syi’ar Islam dan kemuliaan kaum muslimin, semoga Allah meridhai dan merahmati kita semua. Amin
Akhirnya, marilah kita memanjatkan doa kepada Allah
إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين ءامنوا صلوا عليه وسلموا تسليما, اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين, وارحمنا معهم برحمتك يا ارحم الراحمين. اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات ألأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات ويا قاضي الحاجات برحمتك ياأرحم الراحمين. ربّنا ظلمْنا أنْفسنا وإنْ لَمْ تغْفرْلنا وترْحَمْنا لنكوْننّ من الْخاسريْن. ربّنااغْفرْلنا ولإخْواننا الّذيْن سبقوْنا بالإيْمان ولا تَجْعلْ فى قلوْبنا غلا لّلّذيْن أمنوْا ربّنا إنّك رؤوْف رّحيْم . ربّنا هبْ لنا منْ أزْواجنـا وذرّيّاتنا قرّة أعْين, واجْعلْنا للْمتّقين إماما. ربّنا أتنا فى الدّنْيا حسنة, وفى الأخرة حسنة, وقنا عذاب النّار, وأدْخلْنا الْجنّة مع الأبْرار, يا عزيز ياغفّار, يا ربّ العالَمين . وصلّى الله على خير خلْقه سيّدنا وموْلنا محمّد وعلى أله وصْحبه وبارك وسلّم سبْحانك ربّ الْعزّة عمّا يصفوْن وسلام على الْمرْسلين والْحمْد لله ربّ العالَمين

Minggu, 07 Oktober 2012

NASKAH KHUTBAH JUMU'AH MINGGU INI


DAKWAH AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR
Oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ . وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ .
اَمَّا بَعْدُ , فَيَا عِبَادَ الله , اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ . قَالَ الله تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ , اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ , بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Pertama-tama dan yang paling utama, marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan senantiasa siap melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangn-Nya serta semakin giat lagi dalam menjalankan ketaatan kepada Allah agar kita semakin dekat kepada-Nya dan menjadi orang yang beruntung di sisi-Nya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, para shahabat dan pengikut setianya hingga akhir zaman.
Allah SWT. mencintai hamba-hamba-Nya yang suka berbuat baik, dan membenci perbuatan-perbuatan mungkarat dan kerusakan. Ditegaskan di dalam Al-Qur’an :
اِنَّ الله لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al-Qashash: 77)
Karena itu sebagai hamba Allah yang beriman, kita harus selalu berbuat kebajikan dan menegakkan kebenaran. Supaya kebenaran itu tetap berada di permukaan maka harus selalu mendakwahkannya dengan penuh kesungguhan dan dilandasi iman kepada Allah

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.
Dewasa ini kita lihat banyak kemaksiatan dan kemungkaran telah merambah dan merayap di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita yang perlu mendapat perhatian.
Sebagai hamba Allah yang beriman, kita berkewajiban untuk berdakwah mengajak mereka, saudara-saudara kita yang sedang lupa dengan kehidupan yang bergelimang dosa dan maksiat itu, agar mereka bersedia meninggalkan perbuatan keji dan mungkarat itu, lalu bertaubat untuk menghilangkan noda dan dosa yang melekat dalam benak dan sekujur tubuhnya.
Kaum Muslimin rahimakumullah.
Seringkali kita dapati dan kita lihat di tempat-tempat tertentu, bahkan di layar-layar TV, perbuatan mungkarat dan sadisme, pembunuhan, pencabulan, penjualan barang-barang terlarang, dan perbuatan terlarang lainnya seringkali ditayangkan. Semuanya itu merupakan tugas kita untuk menyelamatkan mereka dari perbuatan tercela, supaya hal itu tidak terus berkembang dan menjalar kemana-mana yang dapat merusak generasi penerus kita.
Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, وَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ, وَذَلِكَ اَضْعَافُ اْلإِيْمَانِ
Artinya: “Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan dengan tangan (kekuasaan)nya; jika tidak mampu dengan tangan, maka rubahkan dengan lisannya (dengan pitutur atau nasehat); kemudian jika tidak mampu (juga), maka rubahlah dengan hati (yakni kebencian dalam hati) tetapi itu menunjukkan selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Sa’id Al-Khudri).
Jama’ah jumu’ah yang dirahmati Allah.
Amar ma’ruf nahi mungkar hendaknya selalu kita kumandangkan di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita, supaya terbebas dari tindakan dan amaliyah yang tercela yang menyebabkan kehinaan di dunia dan di akhirat. Kita jangan pernah merasa jemu berdakwah dengan mengajak saudara seiman seagama untuk selalu berbuat yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar, supaya mencapai hidup yang sejahtera, bahagia lahir dan bathin serta termasuk golongan orang-orang yang beruntung, baik di dunia maupun di akhirat nantinya.
Allah SWT. berfirman :
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya :”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali Imran : 104).
Kaum Muslimin jama’ah jumu’ah yang dimuliakan Allah.
Kita yang selalu berdakwah dengan mengajak kepada kebajikan akan menjadi orang yang beruntung karena disamping kita mendapat pahala dari amal kebajikan yang kita laksanakan sendiri, juga akan memperoleh tambahan pahala melalui kebajikan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengikuti ajakan kita itu.
Rasulullah SAW. bersabda :
مَنْ دَعَا اِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلَ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ, لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا
Artinya: “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, baginya mendapatkan pahala seperti pahala yang diperoleh orang mengikutinya tanpa berkurang sedikitpun”. (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah).
Dan sabda Rasulullah SAW. yang lain:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلَ اَجْرِ فَاعِلِهِ
Artinya; “Barang siapa menunjukkan kepada kepada kebajikan, maka dia memperoleh pahala yang sama seperti pahala orang yang melakukannya”. (HR. Muslim, Ahmad dan Turmudzi dari Abdullah Ibnu Mas’ud).
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah.
Berdakwah kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar adalah perbuatan yang sangat mulia dan terpuji, serta dicintai oleh Allah SWT. Karena itu, para Nabi dan Rasul, para Shahabat Nabi, para Wali dan para Ulama tidak pernah berhenti berdakwah, walau situasi dan kondisi tidak memungkinkan dan bahaya selalu mengancam keselamatan mereka, dakwah tetap berjalan tanpa mengenal rasa minder dan rasa takut.
Kita dapat memperhatikan perjuangan Rasulullah SAW. dalam berdakwah menyampaikan kebenaran syari’at Islam di tengah-tengah bangsa jahiliyah yang begitu keras dan kejam, dan watak mereka yang sangat kasar. Tetapi Baginda Rasul SAW. menghadapinya dengan jiwa yang besar, agung, dan penuh kesabaran. Beliau tidak pernah merasa jenuh dan putus asa, bahkan semangatnya yang selalu menggebu-gebu menjadikan beliau semakin agung dan mulia ditengah-tengah ummatnya.
Hadirin kaum Muslimin yang dirahmati Allah.
Dari uraian yang disampaikan tadi, dapatlah diambil satu kesimpulan bahwa jika kita ingin menjadi orang yang mendapatkan kebahagiaan hidup, maka kita harus bisa melaksanakan 5 hal dalam kehidupan kita.
1. Beriman kepada Allah yang dibuktikan dengan ketaqwaan yang semakin meningkat.
2. Istiqamah dalam menaati Allah dan Rasul-Nya.
3. Menyampaikan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar.
4. Melaksanakan kebajikan dan meninggalan kemungkaran
5. Menhiasi hidupnya dengan Akhlak yang mulia.
Demikian khutbah yang saya sampaikan siang ini, mudah-mudahan dapat mendorong semangat kita untuk lebih aktif berdakwah mengajak kepada kebajikan dan kebenaran abadi agar kita menjadi orang yang beruntung di sisi Allah SWT.
Akhirnya dengan penuh harap, mudah-mudahan khutbah ini dapat berkenan dan bermanfaat bagi kita semua, aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
جَعَلَنَا الله وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلاَمِنِيْنَ, وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ, وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

KIAT – KIAT MEMPERERAT CINTA SUAMI ISTRI


KIAT – KIAT MEMPERERAT CINTA SUAMI ISTRI
SEPULUH KIAT MEMPERERAT CINTA SUAMI ISTRI
Oleh: H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Rasulullah SAW. berpesan kepada umatnya agar dalam menjalani hidup dan kehidupan dapat terwujud kehidupan yang bahagia atau sa’adah.Untuk itulah maka Rasulullah memberikan nasehat dalam sabdanya :
أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَأَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا وَحُلَطَاؤُهُ صَالِحِيْنَ وَأَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِى بَلَدِهِ
”Ada empat perkara (termasuk) di antara (penyebab) KEBAHAGIAAN HIDUP seseorang yakni ; apabila ia memiliki ISTRI SHALIHAH (penulis: jika perempuan memiliki suami yang shaleh), ANAK-ANAKnya BERBAKTI, dan masyarakat LINGKUNGANnya terdiri dari orang-orang yang SHALEH serta RIZKInya berada di negerinya sendiri (tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya)
Disamping nasihat tersebut, juga harus didukung oleh adanya kiat-kiat bagaimana mempererat cinta antara suami dan istri.

Ada SEPULUH KIAT bagaimana mempererat CINTA antara SUAMI dan ISTRI :
1. SALING MEMBERI HADIAH.
Hadiah adalah pemberian dengan tujuan untuk memberikan penghormatan kepada orang lain karena prestasi yang dicapainya. Tetapi bisa juga hadiah diberikan kepada seseorang bukan karena prestasi tapi karena ingin memberikan rasa senang dan bahagia. Dalam kehidupan rumah tangga seorang suami suatu saat perlu memberikan hadiah kepada istri, demikian pula sebaliknya. Hadiah bisa diberikan kapan saja tergantung pada situasa dan kondisi, bisa juga pada hari-hari tertentu yang ada hubungannya dengan peristiwa yang terjadi yang mengiringi perjalanan hidupnya
Rosulullah bersabda : “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling cinta mencintai”. (HR. Bukhari Muslim).
2. MENGHUSUSKAN WAKTU UNTUK DUDUK BERSAMA.
Duduk bersama atau bercengkrama dalam satu keluarga termasuk bagian dari kegiatan rekreatif yang bisa menumbuhkan jalinan cinta kasih antara sesama anggota rumah tangga, khususnya antara sepasang suami istri. Dari duduk bersama itu bisa lahir ide-ide baru yang bisa dilaksanakan bersama terutama dalam rangka meningkatkan kwalitas rumah tangga dan keharmonisan hubungan antara suami istri
Rosulullah bersabda : “Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya diantara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada istri-istri kalian”. (HR. Tirmidzi).
3. MENAMPAKKAN WAJAH YANG CERIA.
Menampakkan wajah yang ceria dan berseri-seri kepada setiap orang adalah gambaran keikhlasan hati yang ada di dalam dirinya. Jika dalam pergaulan antara sepasang suami istri dalam segala situasi selalu bisa menampakkan wajah berseri-seri dan keceriaan ketika sedang bertemu dan berbincang-bincang, maka dapat dipastikan bahwa di dalam hati keduanya akan terdapat keikhlasan dan ketulusan dalam menerima pasangannya apa adanya, menerima kelebihan yang dimiliki pasangannya dan bersyukur kepada Allah karenanya, dan menerima kekurangan pasangannya dengan penuh keikhlasan dan kesadaran dan berusaha untuk menutupi kekurangan itu dengan kelebihan yang dimiliki serta selalu sabar dan tawakkal kepada Allah dalam menerima kekurangan pasangannya itu.
Rasulullah bersabda : “ Sedikitpun janganlah engkau menganggap remeh perbuatan baik, walaupun hanya sekedar menampakkan wajah ceria ketika engkau berjumpa dengan saudaramu” (HR. Muslim).
4. MEMBERIKAN PENGHORMATAN YANG HANGAT PADA ISTRINYA.
Kontak fisik yang positif seperti saling berciuman secara rutin antara suami istri sangat diperlukan karena di dalam akan menimbulkan getaran kemesraan yang bermuara kepada kasih sayang antara keduanya. Sedangkan kasih sayang adalah buah dari pernikahan yang dilandasi dengan niat beribadah kepada Allah dalam bingkai TAQWALLAH.
Firman Allah SWT.:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum:21)
Banyak hadits yang meriwayatkan bagaimana ciuman Rasulullah kepada istri-istri beliau, dalam berbagai hal dan peristiwa, bahkan Rasulullah pernah menyempatkan mencium istrinya ketika akan berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat, sebagaimana yang disampaikan Aisyah RA.: ”Adalah Rasulullah SAW. mencium istrinya (ketika akan berangkat shalat) dan beliau tidak memperbaharui wudhu’nya” (H.R. Bukhari).
5. HENDAKLAH MEMUJI PASANGANNYA.
Jumhur Ulama’ sepakat pujian dibolehkan bahkan dianjurkan dengan syarat : untuk memberikan motivasi, pujian itu diungkapkan dengan jujur dan tulus, dan pujian itu tidak menyebabkan orang yang dipuji menjadi sombong atau lupa diri. Dan pujian itu untuk mengagungkan Allah melalui kekaguman pada kelebihan pasangannya yang merupakan karunia Allah.
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam. Yang perlu difahami disini adalah bahwa ada beberapa bentuk pujian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dalam hubungannya dengan sesama hamba Allah.
Bentuk-bentuk pujian itu sebagai berikut:
• Pujian Allah kepada dirinya sendiri
• Pujian Allah kepada hamba-Nya yang taat dan istiqamah dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya.
• Pujian seorang hamba kepada Rabb-nya (Allah SWT) dalam rangka mengagungkan dan mensucikan asma-Nya.
• Pujian seorang hamba kepada sesama hamba Allah, sebagai perwujudan kekaguman kepada ke-Maha Sempurna-an Allah akan ciptaan-Nya
Dalam konteks yang terakhir inilah terletak kebolehan seorang suami memuji sang istri dan sebaliknya. Tetapi pujian itu perlu disampaikan dengan penuh kehati-hatian agar tidak menimbulkan ujub, sombong dan takabbur. Hendaknya pujian itu disampaikan masih dalam bingkai ”SEGALA PUJI HANYA MILIK ALLAH”.
6. BERSAMA-SAMA MELAKUKAN TUGAS YANG RINGAN.
Nabi melakukan tugas-tugas dirumah seperti menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki sandal dan lain-lainya. Dan itu merupakan realisasi dari perintah Allah dalam firman-Nya yang berbunyi:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
”(saling) Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) KEBAJIKAN dan TAQWA, dan janganlah kamu (saling) tolong menolong dalam hal DOSA dan PERMUSUHAN, Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”~ (QS. Al-Maidah:3).
Seorang suami jangan alergi dan merasa rendah diri karena malaksanakan pekerjaan istri seperti mencuci pakaian, asah-asah (mencuci peralatan dapur), dan merawat bayi atau balita yang umumnya dikerjakan oleh seorang istri. Demikian pula seorang istri jangan merasa terbebani karena harus melaksanakan pekerjaan harian yang semestinya dikerjakan oleh seorang suami.
7. UCAPAN YANG BAIK dan SIKAP SANTUN .
Bertutur kata yang baik merupakan perintah Allah yang tertulis dalam Alqur-an, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً .
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”~ (QS. Al-Ahzab: 70-71)
Pada ayat tersebut digambarkan bahwa bertutur kata yang baik tidak saja menimbulkan rasa nyaman bagi lawan bicaranya, tatapi juga memberikan dampak positif bagi para pelakunya, karena dapat memberikan nilai pahala dan juga ampunan dari Allah karena kebaikan sikapnya itu. Karena itu hindari mengucap kalimat yang tidak baik bahkan menyakitkan. Kaitannya dengan itu Rasulullah SAW.-pun bersabda :
إِنَّ خَِيَارَكُمْ خِيَارُكُمْ لِأَهْلِهِمْ وَأَلْطَفُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
~“Orang yang paling baik diantaramu adalah orang yang paling baik sikapnya pada keluarga dan paling lembut dan santun pada istrinya”~ (H.R. Muslim).
Sabda Rasulullah ini berarti pula berlaku bagi para istri pada suaminya.
8. REKREASI BERDUA TANPA MEMBAWA ANAK.
Rutinitas kegiatan yang dilaksanakan dalam kehidupan rumah tangga kadang menimbulkan kejenuhan. Kondisi seseorang yang berada dalam puncak titik jenuh sering menimbulkan persoalan tersendiri, bahkan bisa menimbulkan kebosanan. Kebosanan dalam kehidupan rumah tangga dan hubungan suami istri, akan sangat sangat berbahaya bagi kelangsungan keutuhan suatu keluarga. Karena itu kejenuhan itu jangan dibiarkan berlangsung lama. Carilah segera selusinya, misalnya dengan kegiatan yang bersifat rekreatif, bahkan bisa dengan rekreasi berdua tanpa harus melibatkan atau membawa anak. Dalam rekreasi itulah bisa saling muhasabah, menilai perjalanan hidup bersama yang telah dilaluinya selama ini. Mencari sisik melik kekurangan dan kelebihan dalam mengarungi behtera kehidupan, serta mencari cara bagaimana mempertahankan yang sudah baik dan cara memecahkan persoalan yang belum teratasi serta mencari cara bagaimana cara melengkapi kekurangan. Dalam rekreasi itu pula tidak tertutup kemungkinan dapat dikektemukan cara baru untuk meningkatkan kwalitas rumah tangga
Tujuan rekreasi berdua tanpa membawa anak adalah untuk membunuh kejenuhan, mengenang kembali saat perkenalan dan untuk semakin merekatkan rasa kasih sayang diantara keduanya. Bukankah saling menyayangi adalah anjuran Rasulullah sebagaimana dalam sabdanya :
~”Sayangilah yang ada di bumi maka kalian akan disayangi oleh yang ada di langit”~ (Muhammad Rasulullah SAW).
9. MEMPUNYAI RASA EMPATI PADA PASANGANNYA.
Rasa Empati merupakan refleksi dari rasa cinta antara keduanya dan saling mencintai adalah tuntunan dan tuntutan dalam pergaulan hidup suami istri sekaligus sebagai tolak ukur kesempurnaan iman. Sabda Rasulullah SAW. :

~”Tidaklah beriman seseorang diantaramu sehingga ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”~ (H.R.Bukhari dan Muslim).
Maksud yang terkandung dari pengertian mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri adalah berusaha untuk bisa memberikan kepada orang lain segala yang dia inginkan untuk dirinya sendiri dan tidak memberikan kepada orang lain segala sesuatu yang ia sendiri tidak pernah mengharapkannya bahkan membencinya. Misalnya, setiap orang pasti menginginkan agar dirinya dihormati, dihargai, dimulyakan dan dicintai dan tidak mau jika ia dilecehkan, dihinakan, diremehkan, dibenci dan tidak dihargai. Cobalah berusaha agar seorang suami atau istri bisa memberikan apa yang diharapkannya itu kepada orang pasangannya terlebih dahulu seperti; menghormati, menghargai, memuliakan dan mencintainya. Dan tidak memberikan apa yang tidak pernah ia harapkan seperti; tidak melecehkan, tidak mebghinakan, tidak meremehkan dan tidak memberncinya serta jangan sampai tidak menghargainya. Maka Insya Allah, hubungan antara suami isrti itu akan harmonis karena ada empati antara keduanya
10. PERLU ADANYA KETERBUKAAN.
Jangan sampai memendam masalah hingga bertumpuk atau jangan sampai kran komunikasi suami istri tersumbat. Memendam masalah akan menimbulkan kebuntuan hati yang akan berakibat munculnya kebencian, ketidak puasan bahkan kemarahan antar suami istri, saling menyalahkan dan sulit untuk saling mengakui kesalahan dan memaafkan. Pada akhirnya ketaqwaan akan sirna dari keduanya.
Allah SWT. berfirman:
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ . وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”~ (QS. Ali Imran: 133-135)
Semoga tulisan bisa menjadi bahan bacaan yang berarti bagi termujudnya keluarga SAKINAH, MAWADDAH dan RAHMAH. Kepada Yang saya hormati Fariq Gasim semoga ilmu yang menjadi landasan pengembangan tulisan ini, menjadi bagian dari ilmu yang bermanfaat bagi sesame dan menjadikan jalan menuju kemuliaan sejati disisi Allah bagi beliau di dunia dan di akhirat, aamiin.
*) Disarikan dari buku Lautan Cinta, Fariq Gasim, Darul Qolam, 2005. Diberi tambahan dan disajikan oleh H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud, pada penataran Calon Temanten di KUA. Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

KIAT – KIAT MEMPERERAT CINTA SUAMI ISTRI


KIAT – KIAT MEMPERERAT CINTA SUAMI ISTRI
SEPULUH KIAT MEMPERERAT CINTA SUAMI ISTRI
Oleh: H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Rasulullah SAW. berpesan kepada umatnya agar dalam menjalani hidup dan kehidupan dapat terwujud kehidupan yang bahagia atau sa’adah.Untuk itulah maka Rasulullah memberikan nasehat dalam sabdanya :
أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَأَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا وَحُلَطَاؤُهُ صَالِحِيْنَ وَأَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِى بَلَدِهِ
”Ada empat perkara (termasuk) di antara (penyebab) KEBAHAGIAAN HIDUP seseorang yakni ; apabila ia memiliki ISTRI SHALIHAH (penulis: jika perempuan memiliki suami yang shaleh), ANAK-ANAKnya BERBAKTI, dan masyarakat LINGKUNGANnya terdiri dari orang-orang yang SHALEH serta RIZKInya berada di negerinya sendiri (tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya)
Disamping nasihat tersebut, juga harus didukung oleh adanya kiat-kiat bagaimana mempererat cinta antara suami dan istri.

Ada SEPULUH KIAT bagaimana mempererat CINTA antara SUAMI dan ISTRI :
1. SALING MEMBERI HADIAH.
Hadiah adalah pemberian dengan tujuan untuk memberikan penghormatan kepada orang lain karena prestasi yang dicapainya. Tetapi bisa juga hadiah diberikan kepada seseorang bukan karena prestasi tapi karena ingin memberikan rasa senang dan bahagia. Dalam kehidupan rumah tangga seorang suami suatu saat perlu memberikan hadiah kepada istri, demikian pula sebaliknya. Hadiah bisa diberikan kapan saja tergantung pada situasa dan kondisi, bisa juga pada hari-hari tertentu yang ada hubungannya dengan peristiwa yang terjadi yang mengiringi perjalanan hidupnya
Rosulullah bersabda : “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling cinta mencintai”. (HR. Bukhari Muslim).
2. MENGHUSUSKAN WAKTU UNTUK DUDUK BERSAMA.
Duduk bersama atau bercengkrama dalam satu keluarga termasuk bagian dari kegiatan rekreatif yang bisa menumbuhkan jalinan cinta kasih antara sesama anggota rumah tangga, khususnya antara sepasang suami istri. Dari duduk bersama itu bisa lahir ide-ide baru yang bisa dilaksanakan bersama terutama dalam rangka meningkatkan kwalitas rumah tangga dan keharmonisan hubungan antara suami istri
Rosulullah bersabda : “Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya diantara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada istri-istri kalian”. (HR. Tirmidzi).
3. MENAMPAKKAN WAJAH YANG CERIA.
Menampakkan wajah yang ceria dan berseri-seri kepada setiap orang adalah gambaran keikhlasan hati yang ada di dalam dirinya. Jika dalam pergaulan antara sepasang suami istri dalam segala situasi selalu bisa menampakkan wajah berseri-seri dan keceriaan ketika sedang bertemu dan berbincang-bincang, maka dapat dipastikan bahwa di dalam hati keduanya akan terdapat keikhlasan dan ketulusan dalam menerima pasangannya apa adanya, menerima kelebihan yang dimiliki pasangannya dan bersyukur kepada Allah karenanya, dan menerima kekurangan pasangannya dengan penuh keikhlasan dan kesadaran dan berusaha untuk menutupi kekurangan itu dengan kelebihan yang dimiliki serta selalu sabar dan tawakkal kepada Allah dalam menerima kekurangan pasangannya itu.
Rasulullah bersabda : “ Sedikitpun janganlah engkau menganggap remeh perbuatan baik, walaupun hanya sekedar menampakkan wajah ceria ketika engkau berjumpa dengan saudaramu” (HR. Muslim).
4. MEMBERIKAN PENGHORMATAN YANG HANGAT PADA ISTRINYA.
Kontak fisik yang positif seperti saling berciuman secara rutin antara suami istri sangat diperlukan karena di dalam akan menimbulkan getaran kemesraan yang bermuara kepada kasih sayang antara keduanya. Sedangkan kasih sayang adalah buah dari pernikahan yang dilandasi dengan niat beribadah kepada Allah dalam bingkai TAQWALLAH.
Firman Allah SWT.:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum:21)
Banyak hadits yang meriwayatkan bagaimana ciuman Rasulullah kepada istri-istri beliau, dalam berbagai hal dan peristiwa, bahkan Rasulullah pernah menyempatkan mencium istrinya ketika akan berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat, sebagaimana yang disampaikan Aisyah RA.: ”Adalah Rasulullah SAW. mencium istrinya (ketika akan berangkat shalat) dan beliau tidak memperbaharui wudhu’nya” (H.R. Bukhari).
5. HENDAKLAH MEMUJI PASANGANNYA.
Jumhur Ulama’ sepakat pujian dibolehkan bahkan dianjurkan dengan syarat : untuk memberikan motivasi, pujian itu diungkapkan dengan jujur dan tulus, dan pujian itu tidak menyebabkan orang yang dipuji menjadi sombong atau lupa diri. Dan pujian itu untuk mengagungkan Allah melalui kekaguman pada kelebihan pasangannya yang merupakan karunia Allah.
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam. Yang perlu difahami disini adalah bahwa ada beberapa bentuk pujian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dalam hubungannya dengan sesama hamba Allah.
Bentuk-bentuk pujian itu sebagai berikut:
• Pujian Allah kepada dirinya sendiri
• Pujian Allah kepada hamba-Nya yang taat dan istiqamah dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya.
• Pujian seorang hamba kepada Rabb-nya (Allah SWT) dalam rangka mengagungkan dan mensucikan asma-Nya.
• Pujian seorang hamba kepada sesama hamba Allah, sebagai perwujudan kekaguman kepada ke-Maha Sempurna-an Allah akan ciptaan-Nya
Dalam konteks yang terakhir inilah terletak kebolehan seorang suami memuji sang istri dan sebaliknya. Tetapi pujian itu perlu disampaikan dengan penuh kehati-hatian agar tidak menimbulkan ujub, sombong dan takabbur. Hendaknya pujian itu disampaikan masih dalam bingkai ”SEGALA PUJI HANYA MILIK ALLAH”.
6. BERSAMA-SAMA MELAKUKAN TUGAS YANG RINGAN.
Nabi melakukan tugas-tugas dirumah seperti menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki sandal dan lain-lainya. Dan itu merupakan realisasi dari perintah Allah dalam firman-Nya yang berbunyi:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
”(saling) Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) KEBAJIKAN dan TAQWA, dan janganlah kamu (saling) tolong menolong dalam hal DOSA dan PERMUSUHAN, Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”~ (QS. Al-Maidah:3).
Seorang suami jangan alergi dan merasa rendah diri karena malaksanakan pekerjaan istri seperti mencuci pakaian, asah-asah (mencuci peralatan dapur), dan merawat bayi atau balita yang umumnya dikerjakan oleh seorang istri. Demikian pula seorang istri jangan merasa terbebani karena harus melaksanakan pekerjaan harian yang semestinya dikerjakan oleh seorang suami.
7. UCAPAN YANG BAIK dan SIKAP SANTUN .
Bertutur kata yang baik merupakan perintah Allah yang tertulis dalam Alqur-an, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً .
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”~ (QS. Al-Ahzab: 70-71)
Pada ayat tersebut digambarkan bahwa bertutur kata yang baik tidak saja menimbulkan rasa nyaman bagi lawan bicaranya, tatapi juga memberikan dampak positif bagi para pelakunya, karena dapat memberikan nilai pahala dan juga ampunan dari Allah karena kebaikan sikapnya itu. Karena itu hindari mengucap kalimat yang tidak baik bahkan menyakitkan. Kaitannya dengan itu Rasulullah SAW.-pun bersabda :
إِنَّ خَِيَارَكُمْ خِيَارُكُمْ لِأَهْلِهِمْ وَأَلْطَفُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
~“Orang yang paling baik diantaramu adalah orang yang paling baik sikapnya pada keluarga dan paling lembut dan santun pada istrinya”~ (H.R. Muslim).
Sabda Rasulullah ini berarti pula berlaku bagi para istri pada suaminya.
8. REKREASI BERDUA TANPA MEMBAWA ANAK.
Rutinitas kegiatan yang dilaksanakan dalam kehidupan rumah tangga kadang menimbulkan kejenuhan. Kondisi seseorang yang berada dalam puncak titik jenuh sering menimbulkan persoalan tersendiri, bahkan bisa menimbulkan kebosanan. Kebosanan dalam kehidupan rumah tangga dan hubungan suami istri, akan sangat sangat berbahaya bagi kelangsungan keutuhan suatu keluarga. Karena itu kejenuhan itu jangan dibiarkan berlangsung lama. Carilah segera selusinya, misalnya dengan kegiatan yang bersifat rekreatif, bahkan bisa dengan rekreasi berdua tanpa harus melibatkan atau membawa anak. Dalam rekreasi itulah bisa saling muhasabah, menilai perjalanan hidup bersama yang telah dilaluinya selama ini. Mencari sisik melik kekurangan dan kelebihan dalam mengarungi behtera kehidupan, serta mencari cara bagaimana mempertahankan yang sudah baik dan cara memecahkan persoalan yang belum teratasi serta mencari cara bagaimana cara melengkapi kekurangan. Dalam rekreasi itu pula tidak tertutup kemungkinan dapat dikektemukan cara baru untuk meningkatkan kwalitas rumah tangga
Tujuan rekreasi berdua tanpa membawa anak adalah untuk membunuh kejenuhan, mengenang kembali saat perkenalan dan untuk semakin merekatkan rasa kasih sayang diantara keduanya. Bukankah saling menyayangi adalah anjuran Rasulullah sebagaimana dalam sabdanya :
~”Sayangilah yang ada di bumi maka kalian akan disayangi oleh yang ada di langit”~ (Muhammad Rasulullah SAW).
9. MEMPUNYAI RASA EMPATI PADA PASANGANNYA.
Rasa Empati merupakan refleksi dari rasa cinta antara keduanya dan saling mencintai adalah tuntunan dan tuntutan dalam pergaulan hidup suami istri sekaligus sebagai tolak ukur kesempurnaan iman. Sabda Rasulullah SAW. :

~”Tidaklah beriman seseorang diantaramu sehingga ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”~ (H.R.Bukhari dan Muslim).
Maksud yang terkandung dari pengertian mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri adalah berusaha untuk bisa memberikan kepada orang lain segala yang dia inginkan untuk dirinya sendiri dan tidak memberikan kepada orang lain segala sesuatu yang ia sendiri tidak pernah mengharapkannya bahkan membencinya. Misalnya, setiap orang pasti menginginkan agar dirinya dihormati, dihargai, dimulyakan dan dicintai dan tidak mau jika ia dilecehkan, dihinakan, diremehkan, dibenci dan tidak dihargai. Cobalah berusaha agar seorang suami atau istri bisa memberikan apa yang diharapkannya itu kepada orang pasangannya terlebih dahulu seperti; menghormati, menghargai, memuliakan dan mencintainya. Dan tidak memberikan apa yang tidak pernah ia harapkan seperti; tidak melecehkan, tidak mebghinakan, tidak meremehkan dan tidak memberncinya serta jangan sampai tidak menghargainya. Maka Insya Allah, hubungan antara suami isrti itu akan harmonis karena ada empati antara keduanya
10. PERLU ADANYA KETERBUKAAN.
Jangan sampai memendam masalah hingga bertumpuk atau jangan sampai kran komunikasi suami istri tersumbat. Memendam masalah akan menimbulkan kebuntuan hati yang akan berakibat munculnya kebencian, ketidak puasan bahkan kemarahan antar suami istri, saling menyalahkan dan sulit untuk saling mengakui kesalahan dan memaafkan. Pada akhirnya ketaqwaan akan sirna dari keduanya.
Allah SWT. berfirman:
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ . وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”~ (QS. Ali Imran: 133-135)
Semoga tulisan bisa menjadi bahan bacaan yang berarti bagi termujudnya keluarga SAKINAH, MAWADDAH dan RAHMAH. Kepada Yang saya hormati Fariq Gasim semoga ilmu yang menjadi landasan pengembangan tulisan ini, menjadi bagian dari ilmu yang bermanfaat bagi sesame dan menjadikan jalan menuju kemuliaan sejati disisi Allah bagi beliau di dunia dan di akhirat, aamiin.
*) Disarikan dari buku Lautan Cinta, Fariq Gasim, Darul Qolam, 2005. Diberi tambahan dan disajikan oleh H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud, pada penataran Calon Temanten di KUA. Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

Senin, 09 Juli 2012

IKHTISAR FIQIH HAJI DAN UMRAH MATERI PERAKTIS MANASIK HAJI DAN UMRAH.

IKHTISAR FIQIH HAJI DAN UMRAH MATERI PERAKTIS MANASIK HAJI DAN UMRAH. 
Disajikan oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud 
  
A. BEBERAPA PENGERTIAN 
1. PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH 

Haji/Umrah menurut arti bahasa adalah “Az-ziyarah wa an-nusuk” yang berarti ziarah dan ibadah. 
Adapun menurut istilah syar’i haji/umrah adalah berkunjung ke tempat tertentu (Baitullah di Mekkah) pada masa yang tertentu dengan disertai rukun-rukun dan syarat-syarat yang tertentu. 
Sedamgkan pengertian Haji/Umrah secara umum yang difahami masyarakat adalah sebagai berikut: 
Haji adalah : Berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amal perbuatan, antara lain : Ihram, Wukuf, Thawaf, Sa’i, Bercukur, dan amalan lainnya pada masa tertentu, demi memenuhi panggilan Allah SWT, dan mengharap ridho-Nya 
Umrah adalah : Berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amal perbuatan, antara lain : Ihram, Thawaf, Sa’i,Bercukur, dan amalan lainnya pada masa tertentu, demi memenuhi panggilan Allah SWT, dan mengharap ridho-Nya

2. SYARAT-SYARAT WAJIB HAJI / UMRAH 
Syarat wajib adalah sesuatu yang wajib dipenuhi bagi setiap orang yang akan melaksanakan ibadah haji atau umrah, jika persyaratan ini tidak terpenuhi maka kewajiban hajinya belum gugur. 
Adapun syarat-syarat wajib haji / umrah adalah : 
• Islam 
• Baligh (dewasa) 
• Aqil (Berakal) 
• Mukallaf / Mumayyiz 
• Merdeka 
• Istitha’ah (punya kemampuan)

3. RUKUN HAJI / UMRAH 
Rukun Haji/Umrah adalah rangkaian perbuatan yang wajib dikerjakan oleh orang yang melaksanakan ibadah haji/umrah yang tidak dapat diganti dengan lainnya walaupun dengan dam (denda), jika ditinggalkan maka tidak sah haji atau umrahnya. 
a. Rukun-rukun Haji 
1) Ihram 
 2) Wukuf di Arafah 
3) Thawaf Ifadhah 
4) Sa’i 
5) Bercukur (Tahallul) 
6) Tertib 
b. Rukun-rukun Umrah 
1) Ihram 
2) Thawaf 
3) Sa’i 
4) Bercukur (Tahallul)
5) Tertib

 4. WAJIB HAJI / UMRAH 
Wajib Haji/Umrah adalah rangkaian perbuatan yang wajib dikerjakan oleh orang yang melaksanakan ibadah haji/umrah, bila tidak dikerjakan wajib membayar dam (denda).

a. Wajib-wajib haji adalah : 
1) Niat / ihram haji dari miqat 
2) Mabit di muzdalifah 
3) Melontar jumrah aqabah 
4) Mabit di mina 
5) Melontar tiga jumrah 
6) Menghindari perbuatan yang terlarang 
7) Thawaf wada’ bagi yang akan meninggalkan mekah

b. Wajib-wajib umrah adalah : 
1) Niat / ihram umrah dari miqat 
2) Menghindari perbuatan yang terlarang 

5. SUNNAH-SUNNAH HAJI / UMRAH 
Sunnat Haji / Umrah adalah rangkaian amalan yang perlu dikerjakan dalam ibadah haji / umrah untuk memperoleh kesempurnaan dalam ibadah haji / umrah. Amalan ini tidak menentukan sah dan tidaknya ibadah haji / umrah 

a. Sunnah-sunnah haji adalah : 
1) Mandi dan shalat sunnat ihram 
2) Wukuf hingga terbenam matahari 
3) Thawaf qudum 
4) Thawaf tahiyyah 
5) Shalat sunnah thawaf 
6) Mengecup / menyalami hajar aswad 
7) Talbiyah sepanjang perjalanan

b. Sunnah-sunnah umrah adalah : 
1) Mandi dan shalat sunnat ihram 
2) Shalat sunnat thawaf 
3) Mengecup / menyalami hajar aswad 
4) Talbiyah sepanjang perjalanan 

 6. ISTITHA’AH 
Isthitha’ah haji/umrah artinya: kemampuaan melaksanakan ibadah haji/umrah. 
Menurut istilah syar’i adalah kemampuan seseorang secara fisik, harta dan pengetahuan untuk melaksanakan ibadah haji/umrah.

 7. MIQAT 
a. PENGERTIAN 
Miqat menurut bahasa adalah berasal dari kata “waqtun” yang berarti waktu. 
Menurut istilah syar’I (haji dan umrah), miqat adalah batas waktu atau tempat untuk ihram haji/umrah.

 b. MACAM-MACAM MIQAT 
Miqat haji/umrah dibagi menjadi dua macam: 
1) Miqat Zamani, yakni batas waktu untuk berihram haji atau umrah. 
2) Miqat Makani, yakni batas tempat untuk memulai ihram haji atau umrah

Minggu, 01 April 2012

Kajian Hadits Arbain An-Nawawiyahn On line


KAJIAN HADITS ARBA’IN AN-NAWAWIYAH
Disajikan oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

Pada kajian yang lalu telah disampaikan kajian tentang keikhlasan dalam berniat karena niat menjadi penentu diterima tidaknya amal seorang hamba. Niat itu harus ikhlas itu judul kajian yang lalu. Setiap amal sangat tergantung dengan niat, dan niat sangat dipengaruhi oleh apa yang ada di dalam hati.Oleh karena itulah setiap akan melaksanakan amal wajib diawali dengan niat yang benar agar apa yang dilaksanakannya mendapat nilai di sisi Allah. Dan niat ini pula yang akan menentukan sukses tidaknya seorang hamba dalam melaksanakan pokok-pokok ajaran Islam yang membawanya kepada kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ketika di dunia dan juga yang akan mengantarkannya mencapai kebahagiaan dan kemuliaan hidup di akhirat. Pokok-pokok ajaran Islam inilah yang akan disajikan pada kajian kedua dari Hadits Arba’in An-Nawawiyah kali ini. Inilah haditsnya.
HADITS KEDUA
POKOK-POKOK AJARAN ISLAM
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [رواه مسلم]
Kosa kata /مفردات :
طلع : Terbit / datang العراة (العاري) : telanjang
أسند : Menyandarkan رعاء (راعي) : Penggembala
كفَّيه (كف) : Kedua telapak tangan يتطاولون : saling meninggikan
فخذيه (فخذ) : Kedua pahanya انظلق : Berangkat / Bertolak
ركبتيه (ركبة) : Kedua lututnya أثر : Bekas
الحُفاة (الحافي) : telanjang kaki أمارات (أمارة) : tanda-tanda
Arti hadits / ترجمة الحديث :

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah  suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah  ) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Catatan :
• Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan, yang harus menjadi acuan umat manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan agar mencapai kebahagiaan hidup yang hakiki baik di dunia maupun di akhirat kelak.
• Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit yakni Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi yakni Nabi Muhammad SAW, Rasulullah Al-Amin)
• Hadits ini memberikan gambaran nyata betapa pentingnya halaqah (berkumpul dalam satu majlis) untuk membahas berbagai persoalan hidup, termasuk diantaranya membahas persoalan hidup dan kehidupan dalam hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Dan halaqah ini akan menjadi hidup dan bermakna jika ada tokoh yang menjadi nara sumber atau tempat rujukan dari berbagai persoalan yang ingin diketahuinya.
• Hadits inipun memberikan gambaran tentang pentingnya etika dan sopan santun sebagai bagian dari akhlakul karimah dalam pergaulan hidup manusia.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
2. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
3. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
4. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
5. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.
6. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.
7. Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.
8. Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.

Tema-tema hadits / موضوعات الحديث :

1. Iman : QS.2 : 285, QS.5 : 5, QS.6 : 82 dll.
2. Islam : QS.2 : 112, QS.4 : 125, QS.72 : 14, QS.40 : 66, QS.3 : 19, QS.5 : 3
3. Ihsan : QS.18 : 30, QS.28 : 77, QS.17 : 7, QS.5 : 93
4. Hari akhir : QS.7 : 187, QS.22 : 7, QS.31 : 34 .
5. Ilmu ghaib hanya Allah yang mengetahui : QS.2 : 3, QS.27:65, QS.6 : 50, QS.7 : 188
6. Belajar & mengajarkan Islam : QS.16:43, QS.21:7, QS.3:79, QS.9:122

Kamis, 15 Maret 2012

Kajian Hadits Arbain An-Nawawiyahn On line


KAJIAN HADITS ARBA’IN AN-NAWAWIYAH.
Disajikan oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud.

PENGANTAR KATA.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Rasulullah SAW. Sangat memperhatikan kelangsungan ummat-nya dimasa setelah baginda Rasul itu wafat, karena itulah baginda Rasul telah berpesan kepada ummat-nya dengan pesan yang sudah masyhur, sebagaimana sabdanya :
تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدًا اِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Artinya: “Aku tinggalkan dua perkara kepada kalian, (yang) kalian tidak akan (pernah) tersesat selamanya, selama kalian (senantiasa) berpegang teguh keduanya; yakni KITABULLAH (Kitab Suci Al-Qur’an) dan SUNNAH (Hadits-hadits) Rasul-Nya (Rasulullah Muhammad SAW)".

Hadits di atas memberikan penjelasan kepada setiap umat Muhammad bahwa selama umat Muhammad senantiasa mau berpegang kepada Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah (Hadits-hadits) Rasulullah, niscaya mereka tidak akan pernah tersesat. Berangkat dari hal itulah maka perlu kiranya ada kajian on line dari salah satu pedoman hidup manusia yakni kajian hadits. Dalam sajian ini akan disajikan secara bersambung kajian on lain HADITS ARBA’IN AN-NAWAWIYAH. Semoga kiranya berkenan di hati dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi pencerahan hati menuju keistiqamahan kaetaqwaan kepada Allah SWT. Berikut ini disajikan hadits pertama sebagai berikut :

HADITS PERTAMA
Niat itu harus IKHLASH

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Kosa kata / مفردات :
الأعمال (العمل) : Perbuatan امرء : Seseorang
نوى : (Dia) niatkan امرأة : seorang wanita

Arti Hadits / ترجمة الحديث :
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah  bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan 1) tergantung niatnya 2). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya 3) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (Hadits Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kita Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

Catatan dari matan hadits :
  1. Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
  2. Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Catatan kaki :
  1. Yang dimaksud perbuatan disini adalah amal ibadah yang membu-tuhkan niat. Adapun perbuatan buruk niat baiknya tidak akan merubah buruknya menjadi baik.
  2. Niat adalah keinginan dan kehendak hati. Ada yang mendifisikan Niat adalah berkehendak untuk melakukan sesuatu yang (segera) diikuti dengan melaksanakan kehendak itu.
  3. Hijrah secara bahasa artinya : meninggalkan, sedangkan menurut syariat artinya : meninggalkan negri kafir menuju negri Islam dengan maksud menyelamatkan agamanya. Yang dimaksud dalam hadits ini adalah perpindahan dari Mekkah ke Madinah sebelum Fathu Makkah (Penaklukan kota Mekkah th. 8 H).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits / الفوائد من الحديث :
  1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
  2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
  3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.
  4. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
  5. Semua pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
  6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
  7. Niat karena Allah itulah yang disebut Ikhlas. Niat ketika melaksanakan sesuatu perbuatan atau ibadah yang tidak dilandasi keikhlasan tidak akan dinilai oleh Allah, karena semua amal ibadah atau perbuatan yang ditumpangi oleh keinginan lain selain Allah termasuk “syirkun niyyah” atau syirik dalam hal niat. Karena itu semua perbuatan atau ibadah mutlak hanya boleh diniati ikhlas karena Allah.
Adapun IKHLAS dapat di katagorikan dalam tiga tingkatan yakni:
  • IKHLASHUL’AABIDIIN : yakni ikhlas-nya orang yang ahli ibadah, maksudnya adalah keikhlasan hati yang ada di dalam dadanya adalah karena menginginkan pahala dari Allah atas perbuatan atau ibadah yang dilaksanakannya dan sekaligus dengan ibadah itu pula ingin selamat dari adzab Allah. Ikhlas semacam ini adalah ikhlas tingkatan paling bawah.
  • IKHLASHUL’MUHIBBIN: yakni ikhlas-nya orang yang mencintai Allah karena ia merasa bahwa Allah sangat mencintainya. Ia beribadah buka semata-mata karena ingin mendapatkan pahala dan selamat dari adzab Allah karena ia sudah memiliki keyakinan bahwa apabila ia telah melaksanakan ibadah (perintah Allah dan Rasul-Nya) maka Allah pasti akan memperhitungkannya nanti dan ia juga yakin bahwa Allah itu tidak akan mengingkari janji-Nya. Ikhlas semacam ini adalah ikhlas tingkatan kedua.
  • IKHLASHUL’AARIFIIN: yakni ikhlas-nya orang yang menyadari bahwa apa yang dimiliki dan apa yang ada padanya adalah karunia Allah yang dianugerahkan kepadanya untuk dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian maka orang yang memiliki ikhlas semacam ini merasa bahwa ia bisa beribadah karena Allah telah memberinya sarana dan prasarana. Dengan kata lain orang yang memiliki tingkatan IKHLASHUL’AARIFIIN, ibadah yang dilakukannya dalam rangka mensyukuri nikmat yang telah diterimanya dari Allah, karena ia merasa bahwa ia tidak akan bisa beribadah apapun bentuknya jika Allah tidak memberikan sarana sebelumnya. Ikhlas semacam inilah yang merupakan ikhlas tingkatan paling tinggi.
8. Hadits diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Tema-tema hadits / موضوعات الحديث
1. Niat dan keikhlasan
2. Hijrah
3. Fitnah dunia