Paduan Suara Mars DBKS

Paduan Suara Mars DBKS Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok sedang menyayikan Mars DBKS dalam acara evaluasi lomba DBKS Tingkat Kabupaten Sleman.

Tamu Undangan Muspika Depok

Tamu undangan dari unsur Muspika kecamatan Depok sedang menghadiri acara evaluasi loma DBKS Desa Maguwoharjo tingkat kabupaten Sleman

Bimbingan Manasik Haji

H. Muhammad Chaeruddin sedang memberikan penjelasan dan materi dalam rangka manasik haji kecamatan Depok kabupaten Sleman

Praktik Manasik Haji

Para jamaah calon haji kecamatan Depok sedang melaksanakan praktik manasik haji untuk menyempurnakan materi yang diterima secara teoretis

Administrasi Manasik Haji

Untuk mewujudkan pelaksanaan bimbingan manasik haji di Tingkat Kecamatan Depok, harus ditunjang dengan administrasi yang efektif dan efiesien

Rabu, 13 Oktober 2010

BERDOALAH KEPADAKU, (PASTI) AKU KABULKAN DOAMU

SAMBIL TIDUR MENDEKATKAN DIRI
KEPADA ALLAH
( Serial Taman do’a )
Oleh: H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Seringkali kegelisahan dialami oleh seseorang ketika akan tidur. Kegelisahan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ; beban pikiran yang berat, masalah ekonomi, anak, pekerjaan dan lain-lainnya. Untuk menghilangkannya banyak cara dilakukan. Adakalanya dengan cara yang benar tetapi ada pula dengan cara yang tidak benar seperti lari ke dukun misalnya.
Islam telah mengajarkan bagaimana mencari jalan keluar atau solusi yang terbaik, diantaranya adalah membiasakan berdzikir dan berdo’a ketika menjelang tidur. Do’a menjelang tidur yang diajarkan Rasulullah kepada ummatnya, yang dapat mendatangkan ketenangan dan ketentraman bathin salah satunya adalah sebagai berikut :
اَللّهُمَّ إِنِّى أَسْلَمْتُ نَفْسِى إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِى إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِى إِلَيْكَ وَالْجَأْتُ ظَهْرِى إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَمَلْجَأَ وَلاَمَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ أَللّهُمَّ إِنِّى آَمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِى أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِى أَرْسَلْتَ
“ Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu serta Kusandarkan diriku kepada-Mu, penuh harap limpahan pahala-Mu kepadaku dan rasa takut akan ancaman siksa-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan melepaskan diri dari siksa-Mu, melainkan hanya kepada Engkau. Ya Allah, aku percaya kepada kitab yang telah Engkau turunkan dan kepada Nabi yang telah Engkau utus “. ( HR. Bukhari dari Barra’ bin Azib RA. ).
Kandungan dari do’a tersebut sebagai berikut:
1. ISTISLAM.
Berserah diri kepada Allah mutlak harus dilakukan oleh setiap insan beriman, karena kenyataannya manusia tidak mampu berbuat sesuatu tanpa ada bimbingan dan petunjuk Allah. Kesiapan dan kemampuan seseorang untuk melaksanakan perintah dan manjauhi larangan – Nya merupakan bukti nyata bahwa dia telah berserah diri kepada Allah SWT dalam arti sesungguhnya.
2. TAWAJJUH ILALLAH.
Menghadapkan diri kepada Allah mempunyai makna bahwa apa yang dilakukannya semuanya diperuntukkan untuk pengabdian kepada Allah.
3. TAFWIDHUL AMRI ILALLAH.
Menyerahkan segala urusan kepada Allah maksudnya adalah, bahwa segala usaha dan upaya manusia dalam kehidupan tidak akan terlepas dari kuasa Allah, karena itu setelah manusia berusaha hendaknya diikuti sikap tawakkal atau berpasrah diri kepada Allah SWT.
4. ISTI’ANAH ‘ALALLAH.
Menyandarkan diri kepada Allah artinya hanya kepada Allah-lah manusia memohon pertolongan dan tambahan kekuatan, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam memanfaatkan karunia Allah di dunia untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia sampai akhirat kelak.
5. AR – RAJA’.
Penuh harap atas limpahan pahala maksudnya bahwa setiap perbuatan yang baik diyakini pasti mendapat balasan kebaikan pula dari sisi Allah.
6. AL – KHAUF.
Rasa takut akan ancaman siksa dari Allah, maksudnya bahwa semua perbuatan yang tidak baik dan dosa yang tidak mendapatkan pengampunan-Nya, pasti akan mendapatkan balasan yang tidak menyenangkan, dan itulah yang dikatakan azab Allah.
7. ISTI’ADZAH.
Mohon perlindungan dan keselamatan dari azab dan siksa hanya kepada Allah karena tempat berlindung dan melepaskan diri dari azab dan siksa – Nya hanyalah Allah SWT.
8. ISTIQAMAH.
Pernyataan keimanan kepada kitab Alqur-an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW dan kepada ke-Rasul-an Nabi Besar Muhammad SAW. Keimanan tersebut diwujudkan dengan kesanggupan untuk melaksanakan perintah Allah, mengikuti jejak langkah dan tauladan Rasulullah SAW. serta menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya secara ikhlash, istiqamah dan berkesinambungan.
Agar lebih sempurna, sebaiknya dilengkapi dengan bacaan lain seperti yang diajarkan Rasulullah kepada Siti ‘Aisyah RA agar melaksanakan empat perkara sebelum tidur, sebagaimana bunyi hadits barikut ini :
ياَعَائِشَةَ، لاَتَنَامِى حَتّى تَفْعَلِى أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ، حَتّى تَخْتِمِى الْقُرْأنَ وَحَتّى اْلأَنْبِيَاءُ وَالْمُرْسَلُوْنَ يُصَلُّوْاعَنْكِ وَحَتّى الْمُسْلِمُوْنَ وَالْمُسْلِمَاتُ أَلأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتُ رَاضُوْنَ عَنْكِ وَحَتّى تَحُجِّى وَتَعْتَمِرِى ( رؤاه أبو نعيم عن عائشة )
“ Wahai ‘Aisyah, janganlah kau tidur sebelum melaksanakan empat perkara, sebelum mengkhatamkan Alqur-an, Para Nabi dan Rasul memberikan syafa’at kepadamu, Orang Muslim laki – laki dan perempuan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati ridha kepadamu dan sebelum kau berhaji dan umrah “ ( HR. Abu Na’im dari ‘Aisyah RA. )
1. Menghatamkan Al – Qur’an, maksudnya adalah membaca surah Al - Ikhlas tiga kali dilanjutkan surah Al - Mu’awwidzatain dan ditutup surah Al-Fatihah.
2. Mengharapkan syafa’at para Nabi dan Rasul. Yang dimaksud adalah membaca shalawat kepada Nabi Agung Muhammad SAW, dilanjutkan shalawa kepada Nabi Ibrahim as. dan keluarganya.
3. Menggapai ridha Allah SWT. dengan cara mencari keridhaan umat Islam, baik yang masih hidup maupun yang telah meningal dunia. Maksudnya adalah mendo’akan kedua orang tua dan kaum muslimin dan muslimat menjelang tidur
رَب اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابِ
Tuhanku, ampunilah aku, kedua orang tuaku dan orang mukmin sampai hari kiamat nanti
4. Berhaji dan Umrah. Maksudnya adalah sebelum tidur membaca tasbih secara lengkap sebagaimana tasbihnya orang yang sedang melakukan thawaf di Baitullah, sehingga mendapatkan nilai kebaikan orang yang melaksanakan haji dan umrah.
Adapun bacaan tasbih tersebut sebagai berikut :
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ الله ُوَالله ُأَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِّىِّ الْعَظِيْمِ
“Maha Suci Allah, segala puji hanya milik Allah, Tidak ada tuhan selain Allah dan Allah itu Maha Besar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali ( hanya anugerah ) Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.
Jika umat Islam selalu membaca do’a dan berdzikir setiap akan tidur sebagaimana yang dituliskan di atas, maka dapat dipastikan hidupnya akan tentram dan damai, karena selalu berada dalam bingkai keimanan yang sempurna, tetap optimis dan percaya diri serta husnuzhzhan kepada Allah SWT. yang telah menciptakan dan memelihara dirinya.

Minggu, 10 Oktober 2010

MEMAHAMI HAKEKAT IBADAH

MEMAHAMI HAKEKAT IBADAH
Oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Dalam menjalani kehidupan yang sangat singkat ini, hendaknya setiap insane beriman selalu berusaha menjernihkan hati, meningkatkan tafakkur tentang tujuan hidup yang hakiki, yakni lebih meningkatkan ketaqwaan dan pengabdian kepada Allah, baik dalam bentuk kesalehan ritual maupun sosial. Dengan cara inilah manusia dapat mengisi kehidupan ini dengan nilai-nilai yang semestinya, serta mendapatkan arti hidup yang sesungguhnya. Dan senantiasa berusaha untuk menjalani misi kehidupan yang sesungguhnya tanpa mengenal lelah, yaitu dengan nilai-nilai ketaqwaan kepada Allah swt.
Islam telah mensyari’atkan beberapa bentuk ibadah ritual yang seharusnya selalu dilakukan oleh setiap orang. Ada ibadah yang sifatnya harian, mingguan, bulanan atau tahunan dan ada pula bentuk ibadah yang wajib dilakukan sekali seumur hidup. Ibadah yang sifatnya harian misalnya shalat wajib lima waktu, sedangkan yang bersifat mingguan misalnya shalat Jum’at sebagaimana yang dilakukan oleh umat Islam selama ini. Adapun yang bersifat bulanan atau tahunan misalnya puasa di bulan Ramadhan, shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha. Dan ada pula ibadah yang wajib sekali dalam seumur hidup, yaitu ibadah haji bagi yang mampu. Selain daripada itu, masih banyak bentuk-bentuk ibadah lain yang sifatnya tidak terikat oleh waktu, seperti halnya beri’tikaf, berdzikir, membaca Al-Qur’an, berbuat baik, beramal sholeh dan lain sebagainya yang bersifat ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)
Lantas apa sesungguhnya hakekat ibadah itu? Sementara banyak orang yang masih beranggapan bahwa yang dinamakan ibadah hanyalah mengerjakan shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan kegiatan yang lain mereka masih ragu untuk mengatakan sebagai ibadah.
Dalam hal ini, Syaikhul Islam Ibnu Ta’miyah memberikan pandangan tentang ibadah secara luas dan dalam. Menurutnya, arti ibadah menurut bahasa adalah sikap taat dan tunduk secara maksimal. Sedangkan dalam ibadah terdapat suatu unsur yang sangat penting dan dominan, yaitu unsur cinta yang fitri, yang dalam hal ini tanpa unsur emosi yang menyertai. Hakikat ibadah yang menjadi tujuan daripada penciptaan manusia memang sulit dan berat untuk diwujudkan. Sebagaimana pandangan Ibnu Taimiyah berikut ini:
”Ibadah adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, yang zhahir maupun yang batin.”
Pada hakekatnya ibadah yang diperintahkan oleh Allah itu meliputi makna merendah diri secara khusu’, khudhu’ dan merunduk dengan penuh kecintaan yang mendalam kepada-Nya. Karena substansi dan esensi cinta itu sesungguhnya adalah pengabdian dan pengorbanan secara tulus ikhlas. Kedalaman dan kesempurnaan cinta itu hanya patut diberikan kepada Allah SWT semata. Kecintaan kepada yang selain Allah, harus diletakkan dan diposisikan di bawah kecintaan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri , kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". (QS. At-Taubah : 24)
Setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk keperluan hidupnya, dan usaha-usaha yang dikerjakan untuk kepentingan keluarganya dapat bernilai ibadah demikian pula perwujudan sarana-sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Para pegawai, para karyawan, buruh, para petani, para pedagang, pengusaha dan para pelajar dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya itu sebagai ibadah selama mau berpegang teguh pada ketentuan-ketentuan syari’at, yaitu :
1. Setiap pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan harus disertai dengan niat yang suci, yaitu niat yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Makan dan minum dapat bernilai ibadah bila diniatkan agar dirinya sehat dan kuat sehingga dapat mengabdi dan beribadah kepada Allah. Bekerja ynag halal dapat bernilai ibadah bila dilakukan karena Allah, untuk mencari nafkah buat diri, istri, anak dan keluarganya sehingga mampu bertahan hidup untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT.
2. Setiap pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan tidak melanggar batas-batas yang ditentukan dalam syari’at, tidak berlaku zalim, tidak disertai menipu-menipu, tidak berdusta, tidak merampas hak-hak orang lain dan tidak berkhianat.
3. Setiap pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan, hendaklahdilaksanakan dengan baik, sungguh-sungguh dan profesional dengan tetap menjaga sportivitas dan akhlaqul karimah. Rasulullah SAW bersabda :
”Sesungguhnya Allah menyukai seseorang diantara kamu yang ketika mengerjakan sesuatu perkara, dilakukan dengan tekun dan teliti.” (HR. Baihaqi)
4. Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan itu bukan termasuk yang dilarang dalam islam, seperti perdagangan minuman keras, prostitusi, melakukan riba, dan hal-hal lainnya yang dilarang menurut islam. Bekerja dan beraktivitas pada hal-hal yang dialrang dalam agama tersebut bukan termasuk ibadah walaupun diniatkan untuk mencari nafkah buat anak dan istri, untuk beramal dan bersedekah dari hasil karyanya itu.tetapi semua itu merupakan kedurhakaan dan kemaksiatan serta kekejian yang berdosa besar.
5. Semua pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan jangan sampai melalaikannya dari mengingat Allah SWT. Disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah SWT, berfirman :
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْماً تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
”Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.”(QS. An-Nuur : 37)
Dan firman Allah SWT
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
”Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.”(QS. Al-Munafiqun : 9)
Setiap aktivitas yang dilakukan dengan tetap memperhatikan hal-hal tersebut, maka apa yang dilakukan itu, bermakna dan bernilai ibadah. Sehingga dengan demikian semua aktifitas tersebut telah memenuhi panggilan Allah, sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dan jin, yaitu untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa ibadah atau menyembah kepada Allah SWT adalah tugas pokok dalam kehidupan manusia di dunia ini. Ibadah dalam arti yang luas baik yang berdimensi ritual mahdhah maupun ibadah sosial, yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’at, secara tulus ikhlas demi mengabdi kepada Allah dengan penuh kecintaan kepada-Nya.
Namun demikian pengabdian dan ibadah yang telah dilakukannya itu bukanlah demi kepentingan Allah, melainkan untuk kepentingan diri mereka sendiri. Betapapun seluruh manusia dan jin itu berpaling dan tidak mau menyembah kepada Allah, berpesta pora dan tenggelam dalam kedurhakaan dan kemaksiatan, Allah tidak akan rugi, dan tidak akan mengurangi keagungan dan kemuliaan-Nya sedikitpun. Karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Kuasa. Kemaha muliaan dan kekuasaan-Nya tidak tergantung pada ketaatan dan kebaktian hamba-Nya.
Pujian manusia yang dipanjatkan kepada Allah tidak akan menambah kekuasaan-Nya.dan keingkaran manusia atas Allah juga tidak akan mengurangi kekuasaan-Nya. Sebab, Allah yang memiliki segalanya, Allah Maha Kaya, Allah tidak membutuhkan hamba-Nya, namun hamba-Nyalah yang akan membutuhkan kemurahan-Nya.
Disebutkan di dalam hadits shahih muslim, Allah SWT berfirman :
”Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan bisa sampai kepada membahayakan Aku, lalu kamu akan memberi bahaya kepada-Ku. Dan kamu tidak akan bisa sampai memberi manfaat kepada-Ku, lalu kamu akan memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku, seandainya kamu semua dari yang paling awal hingga yang paling akhir, manusia maupun jin seluruhnya sangat taqwa(kepada-Ku), maka yang demikian itu tidak akan menambah karajaan(kekuasaan)-Ku sedikitpun. Demikian pula sebaliknya, wahai hamba-Ku, seandainya kamu semua dari yang paling awal hingga yang paling akhir, manusia maupun jin seluruhnya sangat durhaka, maka yang demikian itu pun tidak akan mengurangi kerajaan(kekuasaan)-Ku sedikitpun.”(HR. Muslim)
Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih, Pemurah dan Penyayang yang tidak akan menyuruh hamba-Nya berbuat sesuatu, melainkan di dalamnya ada kebaikan dan kemaslahatan bagi hamba itu sendiri.
Setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik ayng baik maupun yang buruk tidak berimplikasi apapun kepada Allah, tetapi semua itu, akan kembali dan diperhitungkan buat manusia itu sendiri.
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
”Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.”(QS. Fushilat : 46)
Demikianlah, semoga tulisan ini dapat menjadi bahan bacaan yang berguna bagi keselamatan bersama menuju keridhaan Allah. Semoga kita mampu menjalani dan mengisi sisa kehidupan ini dengan pengabdian dan kebaktian kepada Allah SWT secara tulus ikhlas karena cinta kepada-Nya. Sehingga kita selalu mendapatkan rahmat, anugerah dan ridha-Nya, bahagia di dunia dan di akhirat, aamiin, aamiin, aamiin, yaa mujiibas-saa_iliin…….

Kamis, 07 Oktober 2010

KETELADANAN NABI IBRAHIM AS


KETELADANAN NABI IBRAHIM AS

(Sebuah Kajian Tafsir Tematis Surah An-Nahl: 120-123)

Oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

Allah SWT. berfirman :

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتاً لِلّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ * شَاكِراً لِّأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ * وَآتَيْنَاهُ فِي الْدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ * ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ *

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),~ (lagi) yang mensyukuri ni`mat-ni`mat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. 120. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), ~ Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. ~ Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. An-Nahl: 120-123).
Di tengah-tengah hiruk pikuknya orang sibuk mencari idola untuk tokoh panutan, banyak orang mencari idola atau tokoh panutan berdasarkan kesamaan profesi, kesamaan bakat, kesamaan suku, kesamaan asal sekolah dan lain-lain. Nilai-nilai subyektifitas dalam mencari idola lebih banyak mewarnai diri pribadi pencari idola, sehingga kadangkala tokoh yang dijadikan idola itu sebenarnya adalah orang yang sangat tidak pantas dijadikan idola atau tokoh panutan. Bahkan ada juga yang dijadikan idola hanya tokoh kartun atau tokoh dalam dongeng belaka.
Bagi umat Islam sebenarnya tidaklah sulit untuk mencari idola atau tokoh panutan karena umat Islam sudah mendapatkan gambaran nyata tentang orang yang patut dijadikan idola, yakni Nabi Agung Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad SAW. memang merupakan tokoh dunia sepanjang masa yang diakui ketokohannya berdasarkan analisa ilmiah sebagaimana ditulis oleh Michael H. Hart dalam bukunya Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah di Dunia. Michael H. Hart secara obyektif telah memilih Nabi Muhammad SAW. sebagai tokoh nomor satu berdasarkan analisa dan argument yang obyektif dan ilmiah.
Jika Rasulullah Muhammad SAW. sebagai idola kita umat Islam maka pada tulisan ini saya akan memperkenalkan IDOLA SANG IDOLA, yakni NABI IBRAHIM AS. Sebagai idola dari Nabi Muhammad SAW.
Siapakah Nabi Ibrahim AS. itu?. Banyak catatan menuliskan bahwa beliau adalah seorang Nabi generasi ke enam setelah Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Nuh, Nabi Hud, dan Nabi Shaleh. Nabi Ibrahim mempunyai silsilah sebagai berikut : Ibrahim bin Aazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh AS. Beliau lahir di Faddam A’ram yang masuk dalam wilayah Kerajaan Babylonia. Negeri Babylon pada masa itu diperintah oleh seorang raja yang zhalim yakni Namrud bin Kan’aan bin Kus bin Nuh AS.
Sejak masa muda, Nabi Ibrahim terkenal gigih mempertahankan keyakinannya terutama dalam hal konsep KETUHANAN. Dan beliau sejak muda sudah mendakwahkan ajaran tauhid kepada umat manusia yang dijumpainya. Nabi Ibrahim merupakan nenek moyang dari Nabi Muhammad SAW. dari garis keturunan Nabi Ismail AS., dan inti ajaran pokok Nabi Ibrahim AS. kemudian ditetapkan oleh Allah SWT. sebagai inti pokok ajaran Nabi Muhammad SAW. yakni agama Islam. Karena itulah wajar kalau kemudian Nabi Muhammad SAW. menjadikannya sebagai IDOLA-nya, karena itu maka penulis menyebutnya sebagai IDOLA SANG IDOLA.
Ada beberapa pokok ajaran Islam yang merupakan napak tilas Nabi Ibarahim yang oleh Allah diabadikan sebagai bagian dari SYARI’AT ISLAM, diantaranya adalah PELAKSANAAN IBADAH HAJI DI BAITULLAH dan PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN.
Sebagai muslim yang taat kepada Allah SWT. tentu akan selalu ingat peristiwa besar bersejarah yang pernah terjadi pada diri Nabi Ibrahim as. dan putranya Ismail as, yang lulus dalam ujian bakti dari Allah SWT. yakni pada saat menghadapi perintah Allah SWT. agar mengorbankan puteranya Ismail yang sangat dicintainya. Ismail as. juga mengikhlaskan dirinya dikorbankan demi menyambut perintah Allah kepada ayahnya. Keduanya; dengan jiwa besar dan pemikiran yang bijak tetap mentaati perintah Allah karena terdorong oleh keinginan untuk mendahulukan dan mementingkan iman serta cintanya kepada Allah SWT. daripada dorongan kecintaan pada dirinya atau hasrat mencari kepuasan duniawi.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur”an :

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتاً لِلّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ * شَاكِراً لِّأَنْعُمِهِ.....

“ Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang pemimpin ( yang dapat diteladani ) lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali dia tidaklah termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah, yang selalu bersyukur atas nikmat Allah . . . . . ” (An-Nahl ; 120 – 121)
Ayat di atas memberikan gambaran tentang kepribadian seorang tokoh masa lalu yang pantas untuk dijadikan teladan. Ada lima kepribadian Nabi Ibrahim yang pantas diteladani yaitu :
1. Pemimpin yang ideal ( Ummah )
Ibrahim AS. yang peristiwa pengorbanannya diabadikan dalam sejarah Islam, dinyatakan oleh Allah sebagai bapaknya para nabi dan diangkat menjadi Imam ( pemimpin ) umat manusia, baik imam dalam kehidupan spiritual, rumah tangga maupun dalam masalah sosial kemasyarakatan. Firman Allah swt :

إِنِّّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ....

“ …Sesungguhnya Kami telah mengangkat engkau (Ibrahim) sebagai Imam (pemimpin) bagi seluruh ummat manusia …“ (QS. Al-Baqarah: 124)
Sebagai Imam, Ibrahim as. memiliki keistimewaan dibanding Nabi dan Rasul lainnya. Oleh karena itu, Rasulullah saw. sebagai seorang rasul pilihan menjadikan Ibrahim teladan baginya.
Firman Allah SWT dalam surah Al-Mumtahanah ayat 6

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Sesungguhnya pada mereka itu ( Ibrahim dan puteranya ) ada teladan yang baik bagimu; ( yaitu ) bagi orang yang meng-harap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha terpuji” (QS. Al-Mumtahanah: 6)
2. Orang yang qanit
Ibrahim merupakan sosok manusia yang sangat patuh kepada tuhannya. Apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. dipatuhi , segala perintah-Nya dilaksanakan dan larangan-Nya pun dijauhi, seluruh hidupnya hanya diperuntukkan mengabdi dan berbakti kepada Allah SWT. semata.
Pengakuan Ibrahim AS. dinyatakan dalam firman-Nya yang berbunyi :

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“ Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. “ ( QS. Al-An’am: 162 )

لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“ Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang mula pertama berserah diri ( kepada Allah ).” ( Al-An’am: 163 )
3. Orang yang hanif
Sebagai seorang yang hanif, Ibrahim senantiasa berpegang pada kebaikan dan tidak pernah tidak melakukan kebaikan. Dalam perjalanannya mencari kebenaran yang hakiki, dia mencermati peristiwa yang terjadi di alam semesta, menghayati, menganalisa kemudian menyimpulkannya. Akhirnya kebenaran yang dicari didapatkan, sebagaimana pernyataan Ibrahim dalam Alqur-an :

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفاً وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“ Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cendrung kepada agama yang benar; dan aku bukanlah termasuk diantara orang yang memperselutukan Tuhan ( Allah ). “ ( Al-An’am; 79 )
4. Orang yang teguh pendirian
Sejak muda Ibrahim as telah menunjukkan semangatnya untuk berpegang pada prinsip hidup yang benar dan bersedia berkurban dalam membela keyakinannya, walaupun harus menerima hukuman yang sangat berat dan menyakitkan dirinya. Karena keteguhan pendiriannya menentang kebiasaan dan tradisi orang tua dan masyarakat itulah beliau diusir dari negerinya sendiri.
Ibrahim berpendirian bahwa pandangan ketuhanan orang tuanya, tatacara peribadatan dan penghambaan masyarakat di sekitarnya adalah tidak benar dan bertentangan dengan akal sehat serta menyimpang dari martabat kemanusiaan; karena itulah maka kemudian Ibrahim AS. mengembara ke penjuru negeri tanpa membawa bekal kecuali hanya keyakinan akan kebenaran ilahi.
Firman Allah SWT :

وَحَآجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللّهِ وَقَدْ هَدَانِ وَلاَ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلاَّ أَن يَشَاءَ رَبِّي شَيْئاً وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْماً أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ

Ibrahim berkata ( kepada kaumnya ) : “ Apakah kalian hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk tentang itu. Dan aku tidak pernah takut kepada ( malapetaka dari ) sesembahan yang kamu persekutukan dengan Allah; kecuali jika Allah memang menghendaki malapetaka itu harus terjadi (pada diriku).” ( Al-An’am 80 )
5. Orang yang pandai bersyukur
Imannya yang mantap, ibadahnya yang khusyu’ terpadu dengan kesabaran yang luar biasa telah menghasilkan apa yang menjadi idaman hidupnya yakni keluarga sakinah mawaddah dan rahmah. Kelahiran dua orang putra di usia senjanya yakni Ismail dan Ishak AS. disambut dengan rasa syukur dan keistiqamahan, menyebabkan keluarga Ibrahim menjadi cermin keluarga masa depan. Ibrahim as. mengungkapkan rasa syukurnya sebagaimana tersebut dalam Alqur-an :

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاء

“ Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku dihari tua (ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku, benar – benar Maha Mendengar (permohonan hamba-Nya).” ( QS. Ibrahim: 39 )
Dengan lima kepribadian tersebut, Allah memberinya beberapa anugerah tambahan sebagaimana firman Allah SWT. berikut ini :

... اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ * وَآتَيْنَاهُ فِي الْدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ * ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ *

“ . . . . Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk diantara orang yang shaleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu: “ Ikutilah millah (agama) Ibrahim seorang yang hanif”, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah” ( QS. An-Nahl ; 121 – 123 )
Ayat tersebut menjelaskan bahwa ada lima kemulyaan bagi Nabi Ibrahim as yakni : Sebagai tokoh pilihan, terbimbing ke jalan yang lurus, kebahagiaan hidup di dunia dan kesempurnaan hidup di akhirat serta ajarannya diikuti semua Nabi dan Rasul sesudahnya, bahkan Rasulullah, seorang Rasul pilihan menyatakan bahwa ajaran yang disampaikan kepada ummatnya adalah millah Ibrahim.
Millah Ibrahim artinya ajaran Ibrahim, sebagaimana telah dinyata-kan dalam jejak langkah hidupnya yang menggambarkan tentang betapa kemantapan iman dan kepribadiannya, kesungguhan pengabdian dan pengorbanannya, serta keteguhan melaksanakan perintah Allah dalam membela serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Sebagai umat Muhammad, kita harus mampu meneladani Nabi Ibrahim AS. baik dalam hal ketekunan beribadah, tanggung jawab dalam rumah tangga maupun keikhlasan dalam berkurban sebagai bukti ketaatan dan rasa syukurnya kepada Allah SWT.
Tidak sedikit Allah memberikan nikmat kepada umat manusia, baik berupa kesehatan, penghidupan dan tempat tinggal serta harta yang berlimpah, sehingga mereka tidak mampu menghitungnya, terutama nikmat yang terbesar yakni nikmat Iman dan Islam. Kedua nikmat itulah yang paling menentukan sejahtera dan bahagianya manusia di kemudian hari. Allah SWT. berfirman :

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ * فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ * إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ *

“ Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorban lah.” ( Al-Kautsar 1 – 3 )
Sebagian napak tilas Nabi Ibrahim dan keluarganya yang kemudian menjadi bagian dari syari’at Islam adalah ibadah haji dan kurban. Pada saat saudara kita sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci, marilah kita imbangi dengan semangat berkurban baik dalam bentuk penyembelihan hewan kurban maupun dalam bentuk lain, seperti bantuan kemanusiaan bagi saudara kita yang sedang ditimpa musibah gempa dan gelombang pasang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara.
Memiliki kepedulian sosial kepada sesama merupakan bukti adanya rasa cinta kasih kepada orang lain, sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as yang kemudian di tindak lanjuti oleh Nabi Besar Muhammad SAW.
Bagi muslim yang taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama, Allah akan menjadikan jiwanya tenang dan tentram, kemudian Allah akan memasukkan mereka ke dalam golongan hamba – hamba-Nya yang shalih dan masuk ke dalam surga yang dijanjikan Allah.
Allah SWT. berfirman :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ * ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً * فَادْخُلِي فِي عِبَادِي * وَادْخُلِي جَنَّتِي *

“ Hai Jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba – hamba-Ku ( yang shalih ) dan masuklah ke dalam surga-Ku.” ( Al-Fajr 27 – 30 )
Selanjutnya marilah kita berdoa’a semoga keteladanan Nabi Ibrahim AS. yang menjadi TELADAN dari SANG TELADAN dapat memberikan manfaat bagi upaya peningkatan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. serta memberikan dorongan yang kuat agar bisa hidup lebih istiqamah. Semoga Allah senantiasa memberikan tambahan kekuatan kepada kita sehingga dapat meneladani Nabi Ibrahim as. dan keluarganya serta dapat berperan aktif melanjutkan risalah Rasulullah SAW.