Paduan Suara Mars DBKS

Paduan Suara Mars DBKS Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok sedang menyayikan Mars DBKS dalam acara evaluasi lomba DBKS Tingkat Kabupaten Sleman.

Tamu Undangan Muspika Depok

Tamu undangan dari unsur Muspika kecamatan Depok sedang menghadiri acara evaluasi loma DBKS Desa Maguwoharjo tingkat kabupaten Sleman

Bimbingan Manasik Haji

H. Muhammad Chaeruddin sedang memberikan penjelasan dan materi dalam rangka manasik haji kecamatan Depok kabupaten Sleman

Praktik Manasik Haji

Para jamaah calon haji kecamatan Depok sedang melaksanakan praktik manasik haji untuk menyempurnakan materi yang diterima secara teoretis

Administrasi Manasik Haji

Untuk mewujudkan pelaksanaan bimbingan manasik haji di Tingkat Kecamatan Depok, harus ditunjang dengan administrasi yang efektif dan efiesien

Senin, 30 Januari 2012

15 PETUNJUK MENGUATKAN IMAN


15 PETUNJUK MENGUATKAN IMAN
Disajikan oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Tulisan ini insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu.
Tsabat (kekuatan keteguhan iman)
Adalah tuntutan asasi setiap muslim. Karena itu tema ini penting dibahas. Ada beberapa alasan mengapa tema ini begitu sangat perlu mendapat perhatian serius.
• Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak, bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.
• Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk menga-tasinya diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.
• Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' no. 2361)
Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan. Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui Al Qur'an dan Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai tsabat. Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman kita.

1. Akrab dengan Al Qur'an
Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'an adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Qur'an niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah menyelamatkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur'an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus.
Dalam hal ini Allah berfirman:
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْأَنَ جُمْلَةً وَاحِدَةً , كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيْلاً
"Dan orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah, agar supaya Kami teguhkan hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). Dan mereka (orang-orang kafir) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik". (Al Furqan: 32-33)
Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah:
• Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat.
• Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah.
• Ketiga, Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an sebagai ukuran kebenaran.
• Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir, munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat: "Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu." (Adl Dluha: 3) (Syarh Nawawi,12/156) Orang yang akrab dengan Al Qur'an akan menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepada perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam segala disiplinnya menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyek utama kegiatannya menuntut ilmu.

2. Iltizam (komitmen) terhadap syari'at Allah
Allah SWT. berfirman:
يُثَبِّتُ الله ُالَّذِيْنَ أَمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَوْةِ الدُّنْيَا وَفِى الأَخِرَةِ , وَيُضِلُّ الله الظَّالِمِيْنَ , وَيَفْعَلُ الله ُمَا يَشَاءُ
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27)
Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud.
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيْتًا
"Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa': 66)
Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah berkata:-"Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal shalih sedang yang dimaksud dengan kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421)
Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki keteguhan iman. Karena itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shaleh secara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnya dengan para sahabat. Komitmen untuk senantiasa menjalankan syariat Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjadi teguh.

3. Mempelajari Kisah Para Nabi
Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya:
وَكُلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَآءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَآءَكَ فِى هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةً وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
"Dan Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) semua kisah para rasul itu, agar dengannya Kami teguhkan hatimu; dan di dalam kisah itu telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim Alaihis Salam yang diberitakan dalam Al Qur'an:
قَالُوْا حَرِّقُوْهُ وَانْصُرُوْا أَلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِيْنَ . قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى إِبْرَاهِيْمَ . وَأَرَادُوْا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأَخْسَرين.
"Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70)
Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah? Dan bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguh-an iman kita? Lalu, kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aun demi menegakkan agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita dibanding dengan nabi Musa?
Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak punya jalan karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan misalnya, sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya. Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya yang keliru.
Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di antara umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisu sehingga tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar? Bahkan sebaliknya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status quo (menganggap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah). Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang penuh dengan perjuangan menegakkan dan meneguhkan iman itu kita menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak hal dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita ke jalan yang diridhaiNya.

4. Berdo'a
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam firmanNya:
رَبَّنَا لاَ تُزِغُ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهْبَ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً , إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
" Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran: 8)
رَبِّنَا أَفْرِغُ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : "Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad)
Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.
"Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi)
Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.

5. Dzikir kepada Allah
Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya:
يَا أَ يُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْآ إِذَا لَقِيْتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوْا وَاذْكُرُوا الله َكَثِيْرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal: 45)
Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Ingatlah Yusuf Alaihis Salam ! Dengan apa ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan kalimat ma'adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda? Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang yang beriman.

6. Menempuh Jalan Lurus
Allah SWT. berfirman:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِى مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ , وَلاَ تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ عَنْ سَبِيْلِهِ , ذَلِكَ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertaqwa". (Al An'am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)
Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).
Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya maje-muk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam terminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah . Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.

7. Menjalani Tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam tarbiyah, yakni :
a. Tarbiyah Imaniyah , yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta untuk menghi-langkan kekeringan hati yang disebabkan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah.
b. Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid buta yang tercela.
c. Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidikan untuk mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.
d. Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.

8. Meyakini Jalan yang Ditempuh
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu ”Ahlus Sunnah wal Jama’ah” maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah:
• Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih.
• Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagaimana firman Allah:
اَلْحَمْدُ للهِ وَسَلاَمٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى , ءَآلله ُخَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُوْنَ
"Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59).
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai ”Ahlus Sunnah wal Jamaah” yang sesungguhnya.

9. Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah. Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.

10. Dekat dengan Ulama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :"Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan) Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahimahullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Sertamerta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).

10. Meyakini Pertolongan Allah
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa.
Allah berfirman :
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوْتَ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ كِتَابًا مُؤَجَّلاً, وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا, وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الأَخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا, وَسَنَجْزِى الشَّاكِرِيْنَ . وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌ, فَمَا وَهَنُوْا لِمَا أَصَابَهُمْ فِى سَبِيْلِ اللهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَااسْتَكَانُوْا, وَالله ُيُحِبُّ الصَّابِرِيْنَ . وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَنْ قَالُوْا رَبَّنَااغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِى أَمْرِنَا وَ ثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. فَأَتَاهُمُ الله ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابَ الأَخِرَةِ. وَالله ُيُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
"Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan". (Ali Imran: 146-148)

12. Mengetahui Hakekat Kebatilan
Allah berfirman:
لاَ يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى الْبِلاَدِ
"Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196)
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الأَيَاتِ وَلَتَسْتَبِيْنَ سَبِيْلَ الْمُجْرِمِيْنَ
"Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55)
وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ, إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا
"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)
Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.

13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat.
Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam : "Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (HR. Al Bukhari dan Muslim) Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.

14. Nasehat Orang Shalih
Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula halnya dengan kita?

15. Merenungi Nikmatnya Surga
Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengembaraan kaum muslimin. Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.
Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin.
Referensi : bit tasharruf waz ziyadah oleh : Muhammad Shalih Al Munajjid

Selasa, 24 Januari 2012

RISALAH SHALAT BERJAMA’AH


RISALAH SHALAT BERJAMA’AH
Disusun oleh: H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Koordinator Bidang Dakwah IPHI Daerah Sleman

Salah satu syarat tegak dan sempurnanya shalat adalah dilaksanakan dengan berjama’ah di masjid, mushalla, langgar atau tempat ibadah lainnya yang dengan sengaja dibangun untuk kepentingan ibadah shalat berjama’ah bagi umat Islam.
Shalat jama’ah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-sama antara dua orang atau lebih, dengan cara salah seorang berdiri paling depan menjadi imam dan yang lain berdiri di belakangnya menjadi makmum. Shalat berjama’ah sangat dianjurkan dalam Islam karena memiliki beberapa keutamaan dibanding dengan shalat sendirian sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
صلاة الجماعة تفضل صلاة الفدبسبع وعشرين درجة ( رواه البخارى ومسلم عن ابن عمر)
“Shalat berjama’ah itu lebih utama daripada shalat sendirian sengan terpaut dua puluh tujuh derajat (pahalanya)”. ( HR.. Bukhari Muslim dari Abdullah ibnu Umar ).
Pengertian hadits di atas dapat mendorong dan menggugah hati kita untuk lebih aktif dalam mengerjakan shalat terutama jika dilaksaksanakan dengan berjama’ah. Rasulullah selalu melaksanakan shalat fardhu dengan berjama’ah, tidak pernah sendirian kecuali shalat sunnah
Adapun tata cara pelaksanaan shalat berjama’ah sebagai berikut :
a. Shalat berjama’ah itu paling sedikit terdiri dari dua orang, yaitu imam dan makmum. Dalam shalat berjama’ah, makmum wajib berniat menjadi makmum, sebaliknya imam, tidak disyaratkan niat menjadi imam. Makmum wajib mengikuti imamnya dalam segala pekerjaan shalatnya. Selain itu, gerak gerik makmum tidak boleh mendahului imam, sampai pada tahiyyat terakhir, setelah imam membaca salam kedua, baru makmum mengikutinya mulai salam pertama ke kanan, kemudian diikuti salam kedua ke kiri. Demikian juga tempat berdiri makmum tidak boleh lebih ke muka dari imam.
b. Imam dan makmum harus berada dalam satu tempat, dan makmum dapat mengetahui gerak gerik imam :
- Kalau makmumnya hanya satu orang laki-laki, maka makmum berdiri di sebelah kanan imam.
- Apabila imam laki-laki dan makmum perempuan, hendaklah makmum di belakang agak jauh, untuk memberi peluang kalau ada makmum laki-laki yang menyusul.
- Kalau imamnya wanita, maka semua makmumnya hanya wanita, kecuali anak laki-laki yang belum baligh, boleh makmum imam wanita. Posisi imam wanita hanya sejengkal lebih di depan daripada makmum wanita.
- Apabila makmum lebih dari satu orang, hendaklah berdiri di belakang imam, dan dijaga keseimbangan makmum (kiri-kanannya), sedang imam berada di tengah-tengah. Bila shaf di depan sudah penuh, lalu membuat shaf baru di arah belakang imam, dan tambahnya di kiri-kanan secara seimbang.
c. Apabila makmum banyak sekali dan tanpa pengeras suara, sedang suara imam tidak terdengar ke seluruh jama’ah maka hendaklah ada seseorang yang mengeraskan suara takbir-takbirnya (sebagai penyampai/muballigh), sehingga diharapkan dapat terdengar oleh seluruh jama’ah.
Seseorang yang datang ke tempat shalat mendapatkan imam sedang ruku’, maka orang tersebut segera takbiratul ihram, lalu langsung ikut ruku’ selama imam belum tegak berdiri dari ruku’nya, dengan demikian orang tersebut sudah mendapat satu raka’at. Bila seseorang bertakbiratul ikhram pada saat imam telah duduk tahiyat akhir kemudian ia duduk, setelah itu imam mengerjakan salam, maka orang tersebut sudah mendapat pahala jama’ah (pahala shalat jama’ah 27 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan shalat sendiri).
Keistimewaan bagi umat Islam yang mengerjakan shalat lima waktu dengan berjama’ah sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW. sebagai berikut:
1. Pertama LAA YUSHIIBUHUU FAQRUN FIDDUN-YA
Dia tidak akan memperoleh hidup kekurangan (kefakiran) di dunia. Artinya hidupnya di dunia tidak akan mengalami kesulitan dan tidak pula kekurangan. Mudah mencari pekerjaan dan mudah pula memperoleh penghasilan, mudah mengerjakan kebaikan dan mudah pula menjauhi larangan dan kema’shiatan. Itulah keistimewaan yang terkandung dalam nilai shalat lima waktu yang kita kerjakan dengan berjamaah. Rasulullah saw. bersabda :
الصلاة مفتاح كل خير
“Shalat itu kuncinya segala kebaikan”. ( HR. Thabrani )
Karena itu mari kita tetap berusaha agar dapat mengerjakan shalat dengan baik dan benar, khusyu’ dan konsentrasi karena Allah SWT., supaya shalat kita diterima dan mendapat pahala, serta dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih maju.
2. Kedua YARFA’ULLOOHU ‘ANHU ‘ADZAABAL QOBRI :
Allah akan menghilangkan dari azab (siksa) kubur. Muslim yang melaksanakan kewajiban shalatnya dengan berjama’ah, maka dia akan terbebas dari azab atau siksa kubur.
Betapa hebat keutamaan dan keistimewaan shalat wajib jika dilaksanakan dengan berjama’ah, selain pahalanya yang berlipat ganda, juga dapat menyelamatkan kita atau seseorang dari siksa kubur.
Shalat tersebut berkaitan dengan amalan dan perbuatan-perbuatan kita, sebab jika shalat wajib itu dikerjakan dengan benar dan tulus karena Allah SWT. sudah tentu akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar, yang berarti bahwa akan terhindar dari noda dan dosa, dan berarti pula terbebas dari siksa kubur. Allah SWT berfirman :
وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر
“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar”. ( QS. Al Ankabut : 45 ).
3. Ketiga YU’THII KITAA BAHU BIYAMIINIHII :
Diberikan kitab (Buku) catatan amalnya dengan tangan kanannya. Artinya, hal itu menandakan bahwa dia orang yang baik, ahli ibadah dan ahli berjama’ah.
Apabila kita rajin mengerjakan ibadah dan shalat dengan berjama’ah, maka kita akan mendapat buku catatan amal kita dengan tangan kanan, yang berarti pula kita akan diperiksa dengan mudah. Allah SWT berfirman :
فأما من أوتي كتابه بيمينه * فسوف يحاسب حسابا يسيرا * وينقلب إلى أهله مسرورا *
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira”. ( QS. Al Insyqaq : 7-9 ).
4. Keempat YAMURRU ‘ALASH-SHIROOTHI KAL BARQIL KHOOTHIF :
Berjalan di atas shirat (jembatan) seperti kilat yang menyambar. Artinya, mu’min yang ahli ibadah dan rajin shalat berjama’ah, nanti dia berjalan di atas jembatan (shirat) laksana kilat yang menyambar, atau secepat kilat.
Begitu cepatnya perjalanan ahli berjama’ah itu di atas shirat, sehingga diumpamakan kilat yang menyambar, diapun selamat dari cengkraman kobaran api neraka yang menyala-nyala.
Demikian itu sebagai gambaran dan sekaligus pembalasan bagi orang-orang mu’min yang rajin ibadah dan shalat berjama’ah, juga bagi kita semua agar lebih rajin dalam menjalankan shalat berjama’ah.
5. Kelima YUDKHILUHULLOOHU TA’AALAA AL-JANNATA BILAA KHISAABIN WALAA ‘AZAAB:
Allah SWT memasukkan surga tanpa hisab (perhitungan) dan tanpa siksa. Artinya, mu’min yang ahli shalat berjama’ah, dia terbebas dari hisab (perhitungan) dan terlepas dari siksa Allah SWT.
Allah SWT sangat mencintai hamba-hambaNya yang rajin ibadah dan ahli shalat berjama’ah, terbukti dengan bebasnya perhitungan amal (hisab) dan azab (siksa) bagi mereka.
Allah SWT juga menyediakan surga dan kenikmatan-kenikmatan di dalamnya, bagi mereka (mu’min) yang taat, ahli ibadah, ahli shalat berjama’ah, ahli shadaqoh dan ahli kebaikan lainnya. Allah SWT berfirman :
والذين ءامنوا وعملوا الصالحات أولئك أصحاب الجنة هم فيها خالدون
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah : 82).
Sedapat mungkin orang melakukan shalat fardlu itu dengan berjama’ah. Karena shalat berjama’ah itu lebih utama dan lebih besar pahalanya dibandingkan dengan shalat sendirian. Rasulullah saw. jika shalat fardlu tidak pernah sendirian kecuali jika melaksanakan shalat sunnah. Bahkan jika ada orang yang shalat fardlu sendirian, Rasulullah memintanya berjama’ah.
Shalat berjama’ah ini mengandung hikmah dan faedah yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup manusia, bisa memperkokoh rasa persaudaraan, seperjuangan, senasib dan sepenanggungan.
Berjama’ah juga sebagai pendorong agar umat Islam selalu hidup rukun, bersatu padu, tolong menolong, bantu membantu dalam meringankan beban hidup, saling mencintai dan menghormati satu sama lain. Yang demikian ini akan mendatangkan berkah dari Allah SWT. kepada umat manusia. Jadi jelas bahwa shalat fardlu dengan berjama’ah merupakan tuntunan yang benar.
Allah menegaskan bahwa Allah akan memberi pahala yang berlimpah karena di dalam berjama’ah itu terkandung hikmah yang sangat besar sebagaimana telah dijelaskan di atas.

MAKMUM
Orang yang makmum dalam shalat disyaratkan :
1. Mengikuti segala gerak-gerik imam dan tidak boleh bersamaan dengan imam apalagi mendahului.
2. Mengetahui tentang gerak-gerik imam.
3. Berada satu tempat dengan imam, boleh berpisah (tempat) jika dalam keadaan terpaksa.
4. Tidak boleh mendahului imam dalam segala hal ihwalnya.
5. Tidak boleh berdiri di depan imam
6. Shalatnya makmum harus sesuai dengan shalatnya imam dalam aturan dan cara menjalankannya.
7. Laki-laki tidak sah jika makmum kepada perempuan.
8. Jangan makmum kepada imam yang shalatnya tidak sah, misalnya sedang berhadats dan sebagainya, jika mengetahui tidak sahnya. Makmum hendaklah bermakmum kepada imam yang baik bacaannya (tajwidnya) kecuali jika dalam keadaan terpaksa karena tidak adanya imam yang diinginkan.

MAKMUM MASBUQ
Jika makmum datangnya terlambat, sedangkan imam sudah melakukan sebagian dari shalatnya itu, maka makmum tadi disebut “makmum masbuq”. Tata cara menjadi makmum masbuq antara lain :
1. Segera takbiratul ikhram dengan niat makmum.
2. Mengikuti dan menuruti semua gerakan dan apa yang sedang dikerjakan oleh imam seketika itu juga, baik imam sedang ruku’, sujud maupun lainnya.
3. Apabila imam sudah selesai shalatnya, maka makmum tadi harus melanjutkan sendiri shalatnya untuk menambah jumlah rakaat yang kurang. Misalnya shalat maghrib, apabila seorang makmum baru mengerjakan dua rakaat bersama imam, sedangkan imam sudah selesai, maka dia harus menambah satu rakaat lagi, sebab shalat maghrib itu berjumlah tiga rakaat. Begitu juga seterusnya.
Adapun seseorang yang akan menjadi imam hendaklah orang yang baik bacaannya, banyak hafalan surat-surat dan ayat-ayat Al Qur’an, dan baik akhlaknya. Seseorang yang tidak baik akhlaknya, sebaiknya jangan menjadi imam dan jangan dijadikan sebagai imam.
Semoga Allah memudahkan Nasrum-minallah