Senin, 02 Agustus 2010

Kembali Ke Fitrah Dengan Ibadah Haji

Oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

Segala sesuatu menjadi jelek atau buruk adalah karena sebab-sebab tertentu. Demikian pula fitrah manusia, pada mulanya adalah baik, tetapi karena kesalahan dan kelalaian manusia itu sendiri maka ia menjadi buruk.
Ibadah Haji adalah salah satu pembimbing manusia, agar tetap pada fitrahnya atau kalau terlanjur menjadi buruk karena kesalahan manusia yang memiliki fitrah tersebut, hendak dikembalikannya kepada keasliannya yaitu baik.
Ada lima fitrah manusia yang hendak dikembalikan kepada keasliannya, yaitu :

1. Fitrah Beragama
Manusia adalah makhluq yang beragama, karena sewaktu di alam roh manusia sudah pernah mengadakan perjanjian dengan Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-A’raf ayat 172, saat Allah bertanya kepada manusia :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
Tetapi setelah manusia lahir ke dunia ini, ia lupa kepada perjanjiannya. Karena itulah, Allah SWT. mengutus para Nabi dan Rasul untuk mengingatkan manusia agar menepati perjanjian dengan Tuhannya.
Seluruh kegiatan yang dlakukan jama’ah haji, mulai dari menyisihkan sebagian dari hartanya untuk biaya BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji), sampai pelaksanaan ibadah pokok dan penunjang selama berada di tanah suci merupakan gambaran bahwa ibadah haji membimbing manusia untuk memiliki semangat keberagamaan yang tinggi. Jauhnya jarak dari tempat tinggal ke masjid, beraneka ragam dan beratnya ibadah yang harus dilaksanakan tidak menjadikannya bermalas-malasan. Seluruh rangkaian ibadah haji itu dilaksanakan dengan penuh kesungguhan

2. Fitrah Sosial
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial yang memiliki ketergantungan antara yang satu dengan lainnya dan berasal dari satu keturunan, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 1
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً
“ Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan diciptakannya pula daripada nya pasangannya serta dikembang biakkan dari keduanya keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak “.
Agar manusia dapat berinteraksi diantara mereka, maka manusia harus bermasyarakat. Hidup bermasyarakat ini harus didasari oleh kasih sayang dan tolong menolong. Masyarakat yang baik akan terbina kalau anggota masyarakatnya saling tolong menolong dan tidak saling membenci. Kehidupan semacam inilah yang dibentuk oleh ibadah haji. Kebersamaan, persaudaraan dan semangat tolong menolong menjadi ciri khasnya.

3. Fitrah Ber-susila
Setiap tingkah laku manusia mempunyai nilai, berbeda dengan tingkah laku binatang. Karena itu manusia disebut makhluk susila. Rasulullah saw. diutus oleh Allah ke muka bumi ini tujuan utamanya adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Sabda Rasulullah SAW. :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“ Aku tidak diutus ( oleh Allah ) ke muka bumi ini, kecuali hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq ( manusia ). “.
Haji dan Umrah hendak mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai makhluq ber-susila dengan menjadikan akhlak dan budi pekerti sebagai penentu mabrur tidaknya ibadah haji yang dilaksanakannya.

4. Fitrah sebagai makhluk bermartabat tinggi
Allah sebagai pencipta manusia dengan tegas dan jelas menyatakan bahwa manusia adalah:
 Makhluk Nya yang terbaik.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sungguh telah Kami ciptakan manusia itu dalam sebaik-baik kejadian (At-Tin:4)
 Makhluk yang termulia
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً
“ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan Bani Adam dan Kami beri mereka kendaraan di darat dan di laut, dan Kami Beri mereka rizki dari yang baik-baik, dan Kami telah melebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan “.( Al-Isra : 70 )
 Makhluk tersayang
Allah telah menyerahkan dan memudahkan segala yang ada di langit dan di bumi kepada manusia untuk dimanfaatkan. Dan Allah telah menyempurnakan nikmat-Nya baik secara lahir maupun bathin untuk kesejahteraan hidup manusia.
Allah swt. telah berfirman :
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّموَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
“ Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Allah telah memudahkan bagi kamu apa yang ada di langit dan di bumi, dan Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya atas kamu, baik yang lahir maupun yang bathin “ ( QS. Luqman : 20 )
Ibadah Haji berfungsi untuk mempertahankan fitrah tersebut dengan membimbing manusia agar mampu mengendalikan nafsunya, sehingga dengan fitrah tersebut manusia tetap memiliki nilai intelektual dan harga diri.

5. Fitrah Suci
Manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan suci tanpa membawa dosa warisan. Ia baru menjadi kotor kalau melakukan berbagai macam kesalahan. Kesalahan akan membuahkan dosa jika dilaksanakan setelah aqil baligh/mukallaf dengan penuh kesadaran dan sengaja melaksanakannya. Sedang kesalahan yang dilaksanakan tanpa sengaja kemudian ditindak lanjuti dengan bertaubat kepada Allah dan meminta maat kepada sesame, maka kesalahan itu tidak akan membuahkan dosa. Oleh karena itu manusia harus selalu hidup dalam kesucian, dengan bertaubat kepada Allah. Orang yang telah bertaubat kepada Allah ibarat orang yang belum pernah melakukan dosa, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw.:
اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَا لاَ ذَنْبَ لَهُ
“ Orang yang bertaubat ibarat orang yang belum pernah melakukan dosa.”
Ibadah Haji membimbing manusia kepada keadaan yang memungkinkannya kembali kepada kesucian, karena ibadah haji merupakan kunci utama pembuka pintu taubat. Dikatakan kunci utama pembuka pintu taubat karena ibadah haji satu – satunya rukun Islam yang menghapus dosa baik dosa besar maupun kecil, sementara rukun Islam yang lainnya hanyalah menghapus dosa – dosa kecil.
KESIMPULAN :
5 langkah untuk kembali kepara fitrah bagi para jama’ah haji yaitu :
1. Fitrah beragama dengan ISTIQAMAH dalam beribadah
2. Fitrah sosial dengan meningkatkan SILATURRAHIM dan kebersamaan
3. Fitrah ber-susila dengan menyempurnakan AKHLAK
4. Fitrah bermartabat tinggi dengan mengembangkan NILAI-NILAI INTELEKTUAL dan menjaga harga diri selama menjalankan ibadah haji
5. Fitrah suci dengan TAUBATAN NASHUHA ( memperbanyak dzikir, menyempurnakan wudhu’, memelihara shalat, menyempurnakan ibadah jumu’ah , menyempurnakan ibadah puasa serta menunaikan ibadah haji jika telah istitha’ah )

2 komentar:

  1. Untuk sementara, semoga saya bisa kembali ke fitrah dg puasa Ramadan, suatu saat nanti dg beribadah haji, amien.......

    BalasHapus
  2. Pak Eko Mardiono, yang terpenting adalah adanya niat dan keinginan yang kuat terlebih dahulu, kemudian ditindak lanjuti dengan amalan-amalan yang dapat mengantarkannya bisa menunaikan ibadah haji seperti meningkatkan baktinya kepada kedua orang tuan dan juga selalu berdzikir sebelum tidur. silahkan lihat tulisan2 saya yang lain yang berkaitan dengan berdzikir sebelum tidur dan manfaatnya. makasih komennya Pak Eko.

    BalasHapus