Rabu, 04 Agustus 2010

Kedudukan Ilmu Dalam Islam

Oleh: H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah yang terakhir, yang diutus membawa Islam untuk mengatur kehidupan manusia hingga akhir zaman. Kesempurnaan Islam yang menjadi patokan hidup manusia itu merupakan kenikmatan yang paling besar bagi umat manusia, sebab dengan jalan melaksanakan ajaran Islam berarti telah menempuh jalan yang lurus ( jalan yang telah diridhoi Allah SWT ).
Allah berfirman dalam surat Al – Maidah ayat 3 :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
“ Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat – Ku kepadamu, dan telah Kuridhoi Islam menjadi agamamu “
Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa kenikmatan yang paling sempurna adalah kenikmatan beragama Islam, oleh karena itu manusia harus senantiasa mensyukuri kenikmatan tersebut dengan cara meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT., yang diwujudkan dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan – Nya.
Taqwa yang dapat menimbulkan kesadaran hati adalah menyadari bahwa manusia hidup, mengemban amanah Allah beserta kekhalifahannya. Sebagai khalifah Allah di bumi, manusia ditugasi mengelola, mengatur dan memanfaatkan segala yang ada di bumi ini untuk kepentingan manusia agar kehidupan mereka tentram, maslahat dan sejahtera, berdasarkan hukum dan ketentuan Allah yakni agama Islam. Tegasnya, tugas manusia di dunia ini adalah untuk mengusahakan kebahagiaan hidup di dunia dan sebagai bekal hidup yang layak di akhirat.
Allah berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“ Dan carilah kebahagiaan hidup di akhirat pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu lupa kebahagiaan hidupmu di dunia. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berbuat kerusakan “ ( QS. Al – Qashash 77 ).
Gambaran ayat di atas adalah, alangkah indahnya ajaran Islam itu, karena memperhatikan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan bathin, tercukupinya materi dan mantapnya kehidupan spiritual yang didasari kasih sayang, serta memelihara hubungan baik dengan sesama hamba Allah. Dengan kata lain Islam diturunkan untuk membawa kesejahteraan lahir dan kebahagiaan bathin, sejak dari alam dunia hingga akhirat nanti.
Setelah mengetahui gambaran tugas hidup manusia di dunia ini, masing – masing individu perlu bertanya pula kepada diri masing – masing. Apakah tugas hidupnya telah dilaksanakan sepenuhnya atau belum ?. Syarat – syarat apakah yang harus dipenuhi ?, dan jalan yang mana yang harus ditempuh untuk mencapainya ?.
Untuk menjawab persoalan ini Rasulullah SAW. telah memberikan solusinya, sebagiamana sabdanya :
مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ اَرَادَ الأَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“ Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka carilah dengan ilmu, dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka carilah dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kedua - duanya, maka carilah dengan ilmu ”.
Ilmu merupakan syarat untuk mencapai tujuan hidup manusia, dan juga sebagi bukti kebesaran Allah yang akan memberikan manfaat luas bagi kehidupan manusia. Harta yang melimpah tidak akan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia kalau tidak disertai ilmu, sebab suatu saat harta tersebut akan habis terkuras karena tidak berkembang dan terkecoh tipu muslihat orang lain karena kebodohannya.
Dalam hal ibadah. Walaupun seseorang rajin beribadah sampai seluruh hidupnya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah, tetapi kalau ibadahnya tidak dilandasi ilmu, maka ibadah tersebut akan sia – sia.
Demikian pula isi alam ini, mulai dari bumi yang terhampar luas beserta isinya, aampai angkasa raya, udara dan lain – lainnya tidak akan bisa dimanfaatkan secara optimal tanpa mempergunakan ilmu.
Orang yang berilmu akan dapat beribadah lebih sempurna bila dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu, sebab orang berilmu akan lebih memahami arti, tujuan dan dasar ibadah yang sesungguhnya. Sementara orang yang beribadah tanpa ilmu, maka ibadahnya hanya ikut – ikutan dan latah semata, karena itu maka ibadahnya tidak akan mencapai kesempurnaan.
Atas dasar itulah, maka orang berilmu memiliki tempat yang terhormat disisi Allah swt., bahkan ditinggikan martabatnya bila dibandingkan dengan orang – orng yang tidak berilmu.
Firman Allah SWT.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
" Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ ( QS. Al – Mujadilah 11 ).
Selain dari pada itu, orang berilmu memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mensejahterakan orang lain dibanding dengan orang yang tidak berilmu. Misalnya, ilmu pertanian, peternakan, kehutanan, teknologi pertanian, pertambangan dan sejenisnya, amat sangat bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat dalam rangka pemanfaatan isi alam ini, sehingga bisa berhasil guna dan berdaya guna. Demikian juga ilmu ekonomi sangat bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat dalam rangka pengendalian kelangsungan hidup secara layak dan berkelanjutyan , jauh dari kesengsaraan yang disebabkan oleh ketidak mampuan mengendalian perputaran ekonomi secara mikro maupun makro
Selanjutnya Allah berfirman dalam surah At – Tin ayat 4 :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“ Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik – baiknya “.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna, baik jamani maupun rohaninya, sebab manusia telah dilengkapi dengan akal. Akal merupakan batas perintah antara manusia dengan makhluk lain. Dengan akalnya manusia dapat membedakan antara yang baik dan buruk, antara hak dan bathil dan lain sebagainya, sehingga dalam menempuh hidupnya manusia dikendalikan oleh akalnya. Sebaliknya binatang dalam perjalanan hidupnya hanya menggunakan naluri atau instinknya bukan menggunakan akal seperti manusia walaupun sama – sama memliki jantung, hati dan otak.
Seandainya ada manusia yang berprilaku hanya menuruti hawa nafsu, tidak mengikuti ketentuan Allah SWT. dengan pertimbangan akal yang sehat, maka derajat manusia itu tak ubahnya laksana bintang, bahkan lebih hina. Sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“ Dan sungguh Kami jadikan untuk ( isi neraka jahannam ) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ( ayat – ayat Allah ). Mereka punya mata ( tetapi ) tidak dipergunakan untuk melihat ( tanda – tanda kekuasaan Allah. Mereka punya telinga ( tetapi ) tidak dipergunakan untuk mendengar ( ayat – ayat Allah ). Mereka itu sebagai binatan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang – orang yang lalai “. ( QS. Al - A’raf 179 ).
Akal itu merupakan alat yang sangat penting dalam kahidupan manusia sebagai khalifah Allah, agar amanah yang menjadi tanggung jawabnya dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya secara sempurna. Oleh sebab itu, manusia wajib berusaha agar dalam perjalanan hidupnya tidak termasuk golongan orang yang hina dan dihinakan oleh Allah.
Selanjutnya perlu kiranya dicermati firman Allah berikut ini :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
“ Katakanlah : “ Adakah sama, orang – orang yang mengetahuai dengan orang – orang yang tidak mengetahui ?”. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran “ ( QS. Az – Zumar: 9 ).
Tugas manusia selanjutnya adalah mencari ilmu, mengembangkan dan mengamalkannya. Meningkatkan kemampuan berfikir untuk membudidayakan isi alam ini agar memperoleh hasil yang maksimal, terhindar dari berbagai bencana, terbebas dari kesulitan hidup di bawah naungan rahmat, ridha dan ma’unah Allah SWT.
Rabb, anugerahilah kami semua ilmu yang manfaat fiddiini waddun-ya wal aakhirah. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar