Paduan Suara Mars DBKS

Paduan Suara Mars DBKS Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok sedang menyayikan Mars DBKS dalam acara evaluasi lomba DBKS Tingkat Kabupaten Sleman.

Tamu Undangan Muspika Depok

Tamu undangan dari unsur Muspika kecamatan Depok sedang menghadiri acara evaluasi loma DBKS Desa Maguwoharjo tingkat kabupaten Sleman

Bimbingan Manasik Haji

H. Muhammad Chaeruddin sedang memberikan penjelasan dan materi dalam rangka manasik haji kecamatan Depok kabupaten Sleman

Praktik Manasik Haji

Para jamaah calon haji kecamatan Depok sedang melaksanakan praktik manasik haji untuk menyempurnakan materi yang diterima secara teoretis

Administrasi Manasik Haji

Untuk mewujudkan pelaksanaan bimbingan manasik haji di Tingkat Kecamatan Depok, harus ditunjang dengan administrasi yang efektif dan efiesien

Minggu, 11 Desember 2011

ISTIGHFAR DAN TAUBAT ADALAH KUNCI PEMBUKA RIZKI DAN KEBERKAHAN DARI ALLAH SWT.


ISTIGHFAR DAN TAUBAT ADALAH KUNCI PEMBUKA RIZKI DAN KEBERKAHAN DARI ALLAH SWT.
Oleh: H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

A. PENDAHULUAN
Menggapai kesejahteraan hidup dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia merupakan satu keharusan disamping merupakan idaman setiap orang yang sehat akal fikirnya juga merupakan anjuran langsung dari Allah SWT. sebagaimana telah difirmankan oleh-Nya yang berbunyi :

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash:77)
Untuk menggapai kesejahteraan hidup maka setiap harus mampu memanfaatkan waktu untuk menyibukkan diri mencari rizki, karena mencari rizki juga merupakan keharusan yang diperbolehkan dalam Islam selama pemnuhan hajad dan pamanfaatannya adalah dalam rangka memenuhi kewajiban kepada Allah SWT.
Dalam pandangan masyarakat sekuler (baik dari kalangan umat Islam maupun non Islam) ada pandangan bahwa jika seseorang berpegang teguh kepada ajaran Islam akan mengurangi kesempatan memenuhi kebutuhan rizki karena mereka akan selalu disibukkan oleh keharusnya melaksanakan ajaran agama secara ketat, sementara ada juga yang berpandangan bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya mereka mau menutup mata dari ketentuan syari’at Islam terutama berkenaan dengan ketentuan hukum HALAL dan HARAM.
Allah mensyari’atkan agama-Nya bukan saja sebagai petunjuk bagi umat manusia agar tercapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup di akhirat, tetapi jua untuk membimbing manusia dengan PETUNJUK-NYA agar mereka bisa mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia secara wajar, sehat dan berkwalitas sebagai jembatan untuk menggapai kedua-duanya. Sesungguhnyalah hidup di dunia ini ibarat memanfaatkan lading akhirat secara tepat guna dan berhasil guna. Bahkan Rasulullah SAW. sendiri selalu memohon kepada Allah SWT. agar di karuniai kebaikan (kebahagiaan hdiup) di dunia dan juga kebaikan (kebahagiaan hdiup) di akhirat :
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik RA, menyatakan :
كَانَ اَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ : رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Al-Baqarah:201)
Allah dan Rasul-Nya tidak akan meninggalkan umat manusia (Islam) tanpa petunjuk dalam kegelapan dan keraguan dalam usaha mencari rizki. Tetapi sebaliknya Allah dan Rasul-Nya telah menunjukkan bagaimana cara mendapatkan rizki dengan wajar, sehat dan berkualitas (barakah), dan semuanya telah diatur dan dijelaskan dalam PEDOMAN HIDUP YANG ABADI yakni AL-QUR’AN dan AS-SUNNAH. Sekiranya ummat ini mau memahami dan menyadarinya, niscaya Allah akan memudahkan jalan untuk mendapatkan rizki yang menjadi kebutuhan pokok dalam memenuhi hajad hidupnya dari segala arah, serta akan dibukakan untuknya keberkahan dari langit dan dari bumi, dan Rasul-Nya pun telah menjelaskan tentang berbagai sebab di atas dan meluruskan pemahaman yang salah dalam usaha mencari rizki.
Firman Allah SWT:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.Al-A’raf:96)

B. ISTIGHFAR DAN TAUBAT SEBAGAI KUNCI PEMBUKA PINTU RIZKI
Di antara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah ISTIGHFAR (memohon ampun) dan TAUBAT kepada Allah. Sebagaimana firman Allah tentang Nabi Nuh yang berkata kepada kaumnya :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً * يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً *
“maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, --sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun--, * niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, * dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai".(QS. Nuh:10-12)
Yang dimaksud istighfar dan taubat dalam hal ini bukan hanya sekedar apa yang diucapkan lisan saja, yang tidak membekas d dalam hati sama sekali, bahkan tidak berpengaruh pada perbuatan badan. Tetapi yang dimaksud dengan istighfar adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah “meminta ampun dengan disertai ucapan dan perbuatan, bukan sekedar lisan semata”. Jadi istighfar adalah aplikasi dari apa yang ada di dalam hati yang diikrarkan dengan lisan, sehingga ada keterpaduan antara APA YANG BERSEMAYAM DI HATI, DIUCAPKAN LISAN, dan DIUJUDKAN DENGAN PERBUATAN NYATA.
Sedangkan makna taubat sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah meninggalkan dosa karena keburukannya,enyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang lebih baik (sebagai ganti). Jika keempat hal tersebut telah dipenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna.
Imam An-Nawawi menjelaskan di dalam Kitab Riyadhus Shalihin bahwa : “Para Ulama berkata: ~ “Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak sesama manusia, maka syaratnya ada tiga :
أَحَدُهَا أَنْ يَقْلَعَ عَنِ الْمَعْصِيَةِ, وَالثَّانِي أَنْ يَنْدَمَ عَلَى فِعْلِهَا, وَالثَّالِثُ أَنْ يَعْزَمَ أَنْ لاَ يَعُوْدَ إِلَيْهَا أَبَدًا
1. Hendaknya ia harus menjauhi maksiat tersebut.
2. Ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya.
3. Ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
Jika salah salah satu syarat hilang, maka taubatnya tidak sah (tidak bisa dikatakan taubat dalam arti yang sesungguhnya)
Apabila taubatnya itu berkaitan dengan hak sesama manusia maka syaratnya ada empat, yaitu ketiga syarat di atas di tambah satu, yaitu hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang lain. Jika berupa harta benda maka ia harus mengembalikan, jika berupa had (hukuman) maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalas atau meminta maaf kepadanya, dan jika berupa ghibab (menggunjing), maka ia harus meminta maaf.
Makna taubat secara lafzhiyah adalah kembali. Sedangkan makna secara syar’i ada dua pengertian yakni:
1. Kembali ke jalan Allah setelah banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam menjalani hidup dan kehidupan, atau kembali kepada fithrahnya sebagai makhluk beragama yang memiliki nilai-nilai ketaatan kepada Allah, yang ber-susila, bermartabat tinggi serta memiliki nilai-nilai sosial (lihat Memahami Hakikat Makna Fithrah pada tulisan terdahulu).
2. Kembali kepada kesucian setelah dirinya banyak bergelimang dengan dosa karena banyak melakukan kesalahan, kemaksiatan, kemunkaran dan kebathilan atau kembali ke fithrah sebagai makhluk yang suci.

C. KEUTAMAAN ISTIGHFAR DAN TAUBAT
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (surat Nuh: 10-12) berkata: ”Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepada-Nya, niscaya ia akan memperbanyak rizki kalian, Dia akan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, melimpahkan air susu, memperbanyak harta dan anak keturunan untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya terdapat macam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun untuk kalian”
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shahih, bahwasanya ia berkata: ”Ada seorang laki-laki mengadu kepada Imam Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, ” Beristighfarlah kepada Allah!”. Yang lain mengadu kepada beliau tentang kemiskinan, beliau-pun berkata kepada orang itu, ” Beristighfarlah kepada Allah!”. Yang lain lagi berkata kepada beliau, ”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar DIA memberiku anak!”, maka beliau mengatakan kepada orang tersebut, ” Beristighfarlah kepada Allah!”. Dan yang lainnya lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya, maka beliau mengatakan (pula), ” Beristighfarlah kepada Allah!”.
Di ayat yang lain Allah mengisahkan tentang seruan Nabi Hud AS kepada kaumnya agar beristighfar, sebagaimana bunyi ayat berikut ini :
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. Hud:52)
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini menyatakan: “Kemudian Hud memerintahkan kaumnya untuk beristighfar sehingga dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan bertaubat untuk waktu yang mereka hadapi (saat itu juga). Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya”.
Dan pada surat Hud ayat yang lainnya lagi Allah juga menerangkan :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud:3)
Imam AL-Qurthubi mengatakan: “Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Allah tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang telah dilakukannya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian”.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa-I, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ أَكْثَرَ اْلإِسْتِغْفَارَ (وَفِى رِوَايَةٍ أَخَرَ مَنْ لَزِمَ اْلإِسْتِغْفَارَ) جَعَلَ الله ُمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.
“Barang siapa memperbanyak istighfar (dalam riwayat yang lain: Barang siapa membiasakan istighfar), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.”.
Dalam hadits ini Nabi menggambarkan tentang tiga hasil yang dapat diambil pelajaran, bahwa orang yang banyak beristighfar maka Allah akan memberikan rizki dari berbagai macam cara dan dari arah yang tiada disangka-sangka. Disamping itu juga Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesedihannya dan memberikan kelapangan dari setiap kesempitannya yang dialaminya
Karena itulah, kepada setiap orang yang mengharapkan rizki dari Allah hendaklah orang itu memperbanyak (membiasakan) istighfar, baik dengan ucapan maupun secara batiniyah yang diaplikasikan dengan sikap, perilaku dan perbuatan nyata.

D. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dari uraian di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa:
1. Allah telah mensyari’atkan kepada umat manusia (kaum Muslimin) agar senantiasa beristighfar dan bartaubat dengan lisan yang disertai perbuatan. Karena istighfar dan taubat dengan lisan semata tanpa disertai dengan perbuatan adalah sikap para pendusta.
2. Membiasakan istighfar dan taubat akan menghapuskan semua kesalahan dan dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta akan akan memberikan ketenangan dan kejernihan berfikir sehingga ia akan mampu keluar dari semua kesulitan dan kesedihan yang menghimpit dirinya.
3. Beristighfar dan bertaubat akan memberikan peluang besar bagi terbukanya pintu rizki dari Allah SWT. serta Dia akan mencurahkan keberkahan dari langit dan membukakan keberkahan pula dari bumi.
Sebagai penutup dari tulisan ini marilah kita simak ayat berikut ini :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At-Tahrim:8)
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi peningkatan kwalitas diri menuju peningkatan ketaqwaan pasca ramadhan sebagai upaya menjaga keistiqamahan sebagai hamba Allah
Terima kasih telah berkenan mambaca tulisan ini, semoga Allah SWT. memberkahi kita semua. Aamiin.......

Rabu, 07 Desember 2011

TATA CARA MELAKSANAKAN SHALAT GERHANA


TATA CARA MELAKSANAKAN SHALAT GERHANA
Oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud.

Sebagaimana telah diuraikan pada tulisan yang berjudul “GERHANA BULAN SEBAGAI BUKTI KEKUASAAN ALLAH DAN BAGAIMANA MENYIKAPINYA” bahwa gerhana bulan total ini hanyalah fenomina alam yang merupakan sebagian dari bukti keagungan Allah yang harus disikapi dengan iman yang mantab untuk menumbuhkan semangat beribadah yang semakin meningkat kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT. yang berbunyi:
وَمِنْ أَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لاَ تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا للهِ الَّذِى خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam dan siang, matahari dan bulan. Jangan kalian bersujud kepada matahari, jangan pula kepada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakan keduanya jika kalian memang menyembah (hanya) kepada-Nya”~ (QS. Fushshilat:37)
Maka seyogyanyalah kaum muslimin dan muslimat melaksanakan shalat khusuful-qamar sesuai dengan anjuran dan contoh yang telah di berikan oleh Rasulullah SAW. yang dilaksanakan sejak awal terjadi gerhana bulan total. Untuk mengetahui kapan awal terjadinya gerhana bulan total, puncak gerhana total dan akhir dari gerhana total, maka berikut ini kami sampaikan rincian waktu gerhana sebagai berikut:
  • Awal gerhana penumbra : 18:33:32 WIB
  • Awal gerhana persial : 19:45:42 WIB
  • Awal gerhana total : 21:06:16 WIB
  • Puncak Gerhana (terbesar) : 21:31:49 WIB
  • Akhir gerhana total : 21:57:24 WIB
  • Awal gerhana persial : 23:17:58 WIB
  • Awal gerhana penumbra : 00:30:00 WIB
Menurut Jumhur ‘Ulama, shalat Khusuful-Qamar (gerhana bulan) hukumnya sunnah mu’akkad (sunnah yang sangat dianjurkan). Dihimbau setiap masjid/Mushalla ataupun Langgar agar menyelenggarakan shalat sunnah ini pada saat terjadinya gerhana bulan maupun gerhana matahari, dengan mencari waktu yang paling utama yakni saat memasuki puncak gerhana bulan total, yakni antara jam 21.00 sampai jam 21.30 WIB.
Adapun tata cara melaksanakannya sebagai berikut:
  1. Shalat gerhana dilaksanakan dengan cara berjama’ah, tanpa adzan maupun iqamah. Untuk memulainya imam atau mu’addzin cukup mengucapkan “ASHSHALAATU JAAMI’AH”.
  2. Dilaksanakan dengan dua raka’at. Setiap raka’at terdiri atas berdiri dua kali, membaca surah al-Fatihah dua kali, membaca surah setelah al-Fatihah dua kali, ruku’ dua kali dan sujud dua kali, serta satu kali tasyahhud.Diutamakan setelah membaca surah al-Fatihah, membaca surah yang agak panjang.
  3. Setelah membaca al-Fatihah dan membaca surah yang pertama, dilanjutkan ruku’ yang pertama, lalu bangun dari ruku’ (i’tidal yang pertama) sambil membaca “Allaahu akbar” dan berdiri seperti keadaan semula dilanjutkan membaca surah al-Fatihah dan surah yang kedua. Setelah itu ruku’ yang kedua di raka’at pertama, kemudian bangun dari ruku’ (i’tidal yang kedua) sambil mengucap “SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH” dan seterusnya, kemudian dilanjutkan sampai sehalat selesai. Menurut Ulama’ Syafi’iyyah, ruku’ dan sujud dalam shalat gerhana tidak perlu terlalu lama.
  4. Imam membaca surah al-Fatihah dan surah lainnya dalam shalat dengan bacaan nyaring (jahr), begitu pula ketika melaksanakan shalat Kusyufusy-Syams (gerhana matahari).
  5. Shalat gerhana tidak dilaksanakan di waktu-waktu larangan shalat (seperti setelah shalat shubuh dan setelah shalat ‘ashar), meskipun Ulama syafi’iyah memperbolehkan. Demikian pula, shalat gerhana ini tidak dilaksanakan setelah gerhana selesai. Jika shalat sedang berlangsung sementara gerhana mulai berlalu, maka shalat gerhananya sah, dan hendaknya diringankan pelaksanaannya.
  6. Berdasarkan riwayat yang bersumber dari ‘Aisyah R.A., setelah shalat gerhana selesai dilaksanakan, imam menyampaikan khutbah sebagai kesempurnaan shalat yang berisi nasihat. Adapun rukun khutbat shalat gerhana sama dengan rukun khutbah jumu’ah dan khutbah shalat ‘idain. Isi pokok khutbah shalat gerhana adalah mengingatkan jama’ah agar bertaqwa kepada Allah, mengingatkan bahwa matahari dan bulan itu dua di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, menganjurkan bertaubat dari segala dosa, mengerjakan kebajikan berupa memperbanyak shadaqah, doa dan istighfar, serta mengingatkan manusia agar tidak lalai dan tertipu oleh kemerlapnya dunia.
  7. Diutamakan shalat gerhana dilaksanakan di masjid yang biasa dipergunakan untuk menyelenggarakan shalat jumu’ah.
Wallaahu a’lam bishshawab.

GERHANA BULAN SEBAGAI BUKTI KEKUASAAN ALLAH DAN BAGAIMANA MENYIKAPINYA.


GERHANA BULAN SEBAGAI BUKTI KEKUASAAN ALLAH
DAN BAGAIMANA MENYIKAPINYA.
Oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud

Allah SWT. adalah Pencipta tunggal dari alam semesta dan tidak membutuhkan bantuan siapapun dalam penciptaan-Nya. Banyak tanda kekuasaan Allah yang diperlihatkan secara nyata kepada umat manusia, mulai dari hamparan alam semesta beserta peristiwa yang mewarnainya, langit dengan hiasannya dan bumi dengan hamparannya, hingga apa yang terjadi pada diri masing-masing manusia. Semuanya dalam rangka pembelajaran bagi manusia agar terbuka cakrawala berfikir dan spiritualitasnya sehingga dengannya manusia dapat memperoleh manfaat ganda bagi kesempurnaan hidupnya di dunia hingga akhirat nanti.
Firman Allah SWT.
وَمِنْ أَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لاَ تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا للهِ الَّذِى خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam dan siang, matahari dan bulan. Jangan kalian bersujud kepada matahari, jangan pula kepada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakan keduanya jika kalian memang menyembah (hanya) kepada-Nya”~ (QS. Fushshilat:37)
Dia juga telah menciptakan manusia dari ketiadaan, melimpahinya dengan berbagai karunia lahiriyah maupun batiniyah, juga membimbing manusia dengan cahaya hidayah-Nya agar mereka tetap selamat dan bermartabat.
Gerhana bulan yang akan terjadi pada hari sabtu tanggal 10 Desember 2011 yang bertepatan dengan tanggal 16 Muharram 1433 H, termasuk salah satu tanda kekuasaan Allah SWT. Allah ‘Azza Wa Jalla akan menunjukkan kembali salah satu bukti keagungan-Nya, yang telah menciptakan jagad raya seisinya, memelihara keseimbangannya, menempatkan setiap bagiannya dalam orbit masing-masing, sehingga tidak terjadi benturan antara satu dengan lainnya yang akan menimbulkan gincangan, bahkan kehancuran alam semesta.
Peristiwa alam yang akan berlangsung adalah Gerhana Bulan Total, yang dimulai pukul 19.45 saat lempengan bulan purnama menyentuh kawasan gelap penumbra; gerhana sempurna akan terjadi pukul 21.31 dan akan berakhir pukul 23.17. Untuk jelasnya dapat dilihat proses terjadinya gerhana dari waktu ke waktu sebagai berikut :
  • Awal gerhana penumbra : 18:33:32 WIB
  • Awal gerhana persial : 19:45:42 WIB
  • Awal gerhana total : 21:06:16 WIB
  • Puncak Gerhana (terbesar) : 21:31:49 WIB
  • Akhir gerhana total : 21:57:24 WIB
  • Awal gerhana persial : 23:17:58 WIB
  • Awal gerhana penumbra : 00:30:00 WIB
Gerhana terjadi multak karena kuasa Allah, bukan karena alam sedang memberi isyarat kepada makhluk penduduk bumi baik tentang kehidupan maupun kematian seseorang, ataupun sebagai pertanda terjadinya petaka dan akan datangnya rasa bahagia kepada sekelompok manusia,
Rasulullah SAW. bersabda :
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ أَيَتَانِ مِنْ أَيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَشِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلِحَيَاتِهِ , فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَصَلُّوْا وَادْعُوْا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ
“Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Tidak gerhana keduanya karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, laksanakan shalat dan berdoalah hingga hilang kegelapan (karena gerhana) yang menyelimuti kalian”~ (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa-i, Ahmad dan Ad-Darami)
Dalam pandangan kaum cerdik pandai atau kaum cendekiawan, ketika terjadi gerhana bulan total (demikian juga saat terjadi gerhana matahari total), maka bulan bumi dan matahari berada dalam satu garis dan secara teoritis keilmiahan dapat menimbulkan potensi pelepasan energi tektonik dan vulkanik berada di titik maksimum. Karena saat itu akan terjadi gaya tarik yang dialami oleh bumi melebihi gaya tarik di waktu pasang biasa pada tiap awal dan pertengahan bulan. Dan menurut analisa mereka aka nada potensi gempa dan tsunami.
Namun berbeda jika manusia menganalisanya dari sudut keimanan. Sebagai kaum beriman, tidak seharusnya manusia itu cemas pada saat terjadi gerhana bulan total maupun gerhana matahari total, karena bukan alam yang mengatur geraknya sendiri, melainkan Allah Yang Maha Kuasa, Yang tiada tuhan selain Dia, Yang berdikari mengatur alam semesta raya ini.
Firman Allah SWT.
لَوْ كَانَ فِيْهِمَا أَلِهَةٌ إِلاَّ الله ُلَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ
“Sekiranya ada tuhan selain Allah yang (turut) mengatur langit dan bumi, pastilah rusak binasa keduanya. Maha Suci Allah Sang Penguasa Tahta Semesta alam dari sifat-sifat yang mereka ciptakan”~ (QS. Anbiya’:22)
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa ala mini telah diatur sedemikian rupa dengan pengaturan Allah yang tetap, tidak berubah dari masa ke masa serta tidak bergesar melampuan ketentuan-Nya yang masing-masing telah menempati obitnya sesuai dengan sunnatullah.
Firman Allah SWT.
فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَبْدِيْلاً وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَحْوِيْلاً
“Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi ketentuan Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu”~ (QS. Fathir:43)
Dan seluruh makhluk di langit yang tujuh, juga di lapis-lapis langit yang juga tujuh, (semuanya) tunduk dan patuh kepada pengaturan itu. Bahkan tubuh-tubuh kitapun tunduk pada pengaturan Allah. Jika Dia (Allah) menghendaki memanggil jiwa jiwa manusia keluar dari jasad yang menjadi tempat tinggalnya, maka tidak ada satu kekuatanpun yang mampu mencegah-Nya. Siapa yang mempunyai kekuasaan menunda ajal seseorang jika Sang Pencipta Kehidupan sudah menetapkan saat tibanya.
Firman Allah SWT.
أَفَغَيْرَ دِيْنِ اللهِ يَبْغُوْنَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يَرْجَعُوْنَ
“Apakah mereka (orang kafir) itu tidak mau tunduk kepada Allah? Sementara siapa saja yang ada di langit dan di bumi telah tunduk (kepada Allah) suka ataupun terpaksa, bahkan (mereka) hendak mencari agama selain agama Allah. Dan kepada Allah-lah mereka akan kembali”~ (QS. Ali Imran:83)
Jika gerhana telah tiba, lalu semua orang menengadahkan wajahnya ke atas ke bentangan langit yang luas, yang di tengah-tengahnya sedang terjadi peristiwa yang menakjubkan. Tiga benda utama yakni bumi yang dihuni oleh manusia, matahari yang merupakan bola api yang tidak pernah padam mamancarkan cahayanya, dan bulan yang dengan daya tarik gravitasinya dapat menetukan pasang surutnya lautan, sedang memenuhi kewajiban kepada Sang Khalik yang telah mengaturnya. Dan pada saatnya nanti mereka semua akan tunduk dan patuh ketika Sang Pencipta telah menetapkan kehancurannya saat digulung bersama dengan jagat raya lainnya, sebagaimana firman Allah SWT. yang berbunyi:
يَوْمَ نَطْوِى السَّمَآءِ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيْدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِيْنَ
“pada hari Kami gulung langit seperti gulungan lembaran kertas. Sebagaimana (ketika) Kami mulai menciptakan(nya), Kami akan mengulangi (penciptaan)nya. Sungguh, Kami akan melakukannya”~ (QS Anbiya’:104)
Jika semua manusia memiliki kesadaran tentang semuanya itu, maka tentunya akan memberikan pengaruh bagi peneguhan aqidah kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta ini. Menyembah hanya kepada-Nya, dan melepaskan semua bentuk ketundukan dan kepatuhan kepada selain Dia. Betapapun mempesona dan bermanfaat makhluk ciptaan Allah bagi kehidupan manusia, tetap saja yang wajib disembah hanyalah Allah SWT. semata.
Selanjutnya untuk menyikapi terjadinya gerhana tersebut maka yang harus dilakukan adalah:
  1. Melaksanakan shalat khusuful-qamar (gerhana bulan). Tata caranya disajikan di halaman lain dari tulisan ini.
  2. Memperbanyak istighfar dan bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan kesalahan.
  3. Memperbaharui semangat untuk mengerjakan kebajikan, menertibkan ibadah wajib dan menggemarkan ibadah sunnah, memenuhi kewajiban zakat dan memperbanyak infaq serta shadaqah, dan istiqamah dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya.
  4. Lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam berdoa setiap saat, dan tidak menyimpan doa-doa hanya untuk ditumpahkan saat terjadi bencana atau musibah.
  5. Meningkatkan cintanya kepada Allah dan tidak terpedaya oleh godaan syetan melalui tipuan gemerlapnya kemegahan dan kemewahan dunia.
Wallaahu a’lam bishshawaab.