Rabu, 14 September 2011

FUNGSI MASJID DAN ADAB DI DALAMNYA


FUNGSI MASJID DAN ADAB DI DALAMNYA
Oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Penyuluh Agama Kecamatan Depok

Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau tidak membangun rumah mewah sebagai tempat peristirahatan, juga tidak membangun gedung pemerintahan. Akan tetapi, didahulukan dibangun adalah masjid sebagai tempat kaum muslimin rukuk dan sujud memasrahkan dirinya kepada Allah swt., tempat beliau menyusun strategi, menyatukan umat, memupuk keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. menyebarkan ilmu pengetahuan dan sekaligus tempat pembinaan umat.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw. merupakan isyarat bagi pengikutnya bahwa masjid bukan hanya berupa sebuah bangunan, melainkan juga merupakan tempat memancarnya sinar ilahi yang ditransfer kapada daya kekuatan nalar dan perilaku manusia sehingga mempunyai semangat hidup dan jiwa perjuangan. Masjid dan kaum muslimin laksana ikan dengan air, ikan tidak bisa hidup bila keluar dari air. Masalahnya sekarang, bagaimana sikap seorang muslim terhadap masjid? penuh perhatian dan menjadi pemakmurnya? ataukah menjauhi masjid bahkan menghancurkan fungsinya?
Banyak persoalan yang dihadapi umat Islam, baik masalah keterbelakangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, masih rawannya ukhuwah islamiyah, maupun menggejalanya (bahkan nyata-nyata) tidak punya rasa takut berbuat dosa. Pembunuhan sadis, perzinahan, perkosaan, pencurian dan perampokan yang dilakukan oleh orang dari berbagai jenis dan tingkatan usia. Korupsi dan manipulasi hampir ada di setiap lapisan birokrasi.
Untuk menghadapi berbagai persoalan itu, sebagai alternatif masjidlah tempatnya. Masjid harus dijadikan bengkel rohani bagi masyarakat banyak, pejabat, pelaku bisnis maupun ibu rumah tangga, terutama bagi generasi muda, pelajar dan mahasiswa. Setiap orang tua jangan dulu merasa cukup dan puas hanya mengandalkan sekolah dan kampus saja, akan tetapi harus ada pembinaan intensif rumah, sekolah, lingkungan masyarakat dan juga masjid. Masjid dalam arti luas tidak hanya dipergunakan untuk shalat, melainkan lebih daripada itu, bisa difungsikan sebagai pusat kegiatan positif dalam rangka membangun manusia seutuhnya, sebab pada zaman Nabi saw. pun masjid berfungsi ganda yaitu sebagai tempat membicarakan urusan agama (akhirat) dan juga urusan kesejahteraan umat (dunia).
Secara garis besar fungsi masjid dapat difahami sebagai berikut :
1.Tempat Membina Ketakwaan kepada Allah swt.
Sudah difahami bersama bahwa fungsi utama masjid adalah tempat ibadah, tempat bersujud berserah diri secara total kepada Allah swt. karena itu masjid harus dibangun atas taqwa sebagaimana firman Allah swt.
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُوْمَ فِيْهِ, فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ أَنْ يَّتَطَهَّرُوْا وَاللهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ
“……. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu mendirikan shalat di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri, dan Allah menukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah; 108)
2.Tempat Membina Ukhuwah Islamiyah
Usaha kedua setelah Rasulullah saw. membangun masjid adalah mempersatukan dan mengakrabkan dua kelompok muhajirin dan anshar. Kedua kelompok ini merupakan dua kekuatan raksasa yang sanggup menumbangkan kebatilan, kamaksiatan dan kekufuran. Karena itu, tidak sepantasnya jika sesama muslim tidak cinta damai, saling bermusuhan dengan saudara seiman dan seagama. Dalam rangka takwa itulah, masjid digunakan sebagai alat untuk mempererat hubungan kekeluargaan di antara sesama muslim, dapat mewujudkan ukhuwah islamiyah dan ummatan waahidatan yang kaljasadil waahid
Jika diamati, saat ini sebagian besar kaum muslimin masih berdiri dan berada di sisi masing-masing. Banyak orang yang merasa dirinya paling benar, paling sah dan orang lain pasti salah, dan pada akhirnya orang yang saling berbeda faham tidak bisa duduk berdampingan sebagai orang yang bersaudara. Alangkah naif dan nyata-nyata keliru jika diantara sesama muslim mempunyai pendirian semacam itu, dan itu bertentangan dengan pernyataan Allah swt. sebagaimana firman-Nya
ِإنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, leh karena itu damaikanlah di antara kedua saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat (Allah).” (QS. Al-Hujurat; 10)
3.Tempat untuk Meningkatkan Rasa Kebersamaan dan Persamaan Kedudukan
Agama Islam adalah agama yang mengajarkan kebersamaan dan persamaan kedudukan. Di masjid inilah ajaran kebersamaan dan persamaan kedudukan dipraktekkan dan di dalamnya sudah tidak lagi dipersoalkan atribut kebanggaan, pangkat dan jabatan. Tidak memandang apakah dia seorang hartawan, bangsawan ataukah seorang rakyat jelata, semua sama. Semua rukuk dan sujud di hadapan Allah swt. Yang Maha Agung. Demikian pula status sosial seseorang di masjid, semua sama. Seorang pejabat atau rakyat, hartawan atau gelandangan, ia tetap duduk paling depan apabila datang lebih awal. Sebaliknya, siapapun orangnya, tetap duduk di paling belakang jika ia datang paling akhir. Di dalam masjid tidak ada yang super atau istimewa, semua diperlakukan sama, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt.
4.Tempat Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Jika kita simak perkembangan Islam dari masa ke masa, Islam tidak hanya berada di daratan Arab saja, tetapi telah menyebar ke daratan Eropa. Saat Islam mencapai zaman keemasannya, saat itu pula popularitas Islam dikenal bukan hanya karena jumlah pemeluknya yang semakin bertambah, melainkan pula karena perkembangan ilmu dan filsafatnya yang maju pesat. Di Cordoba Spanyol, ada pusat ilmu pengetahuan yang begitu lengkap, menjadi pusat rujukan para ilmuwan dan cendekiawan dari penjuru dunia, semua berpusat dan bertumpu pada masjid.
Oleh karena itu, sudah saatnya masjid difungsikan kembali sebagai tempat untuk mencari, mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Disadari atau tidak, dalam hal ilmu dan teknologi umat Islam masih jauh tertinggal dari umat lain, sedangkan manusia akan diangkat nilai dan derajatnya, serta dimuliakan dalam pergaulannya karena iman dan ilmunya, sebagaimana firman Allah swt.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah; 11)
5.Tempat Pembinaan Umat
Yang terakhir, sebagian fungsi masjid adalah tempat pembinaan umat khususnya remaja dan pemuda. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi disamping berdampak positif bagi kemajuan suatu bangsa, tetapi juga berdampak negatif sehingga menimbulkan terjadi kenakalan remaja yang cendrung melakukan hal-hal yang bertentangan bukan saja dengan etika moral tetapi juga dengan agama, misalnya pencurian, perzinaan, perampokan, penodongan taupun terlibat dengan pemakaian obat-obat terlarang.
Banyak orang tua kehabisan akal menghadapi kenakalan putera puterinya. Berbagai upaya telah diusahakan untuk kesembuhannya tetapi masalah tersebut belum dapat teratasi. Untuk membatasi perkembangan dan menanggulangi kenakalan remaja adalah dengan mengenalkan mereka kepada tempat pembinaan yang tepat yakni masjid dan membimbing mereka agar menjadi pemakmurnya. Jarang dijumpai aktifis masjid yang terlibat perbuatan kriminal, kalaupun ada maka perlu dipertanyakan apa motivasi dirinya menjadi aktifis masjid.
Ada beberapa manfaat bagi orang yang memakmurkan masjid dinataranya, meningkatnya keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt., memiliki keyakinan akan adanya pembalasan di hari akhir, semakin tekun dan istiqamah dalam menegakkan shalat, timbulnya kesadaran untuk membayar zakat serta munculnya rasa takut dan hormat kepada Allah swt. sebagaimana firman Allah swt.
إِنَمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, membayar zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah; 18)
Dengan mengetahui fungsi masjid maka diharapkan setiap muslim ikut ambil bagian sebagai pemakmur masjid dengan cara memakmurkan fisik, kegiatan di dalamnya dan ikut memelihara kebersihan dan keindahannya, sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan nyaman bagi siapa saja yang datang ke masjid tersebut untuk beribadah. Rasa nyaman akan didapatkan apabila semua jama’ah di dalamnya mengenal adab terhadap masjid.

Adapun adab terhadap masjid dibagi menjadi dua bagian yakni:
  • Adab yang berupa perintah
  1. Menjaga kebersihan
  2. Berdoa ketika akan masuk
  3. Melaksanakan shalat sunnah tahiyyatul masjid
  4. Mengambil shaf yang paling depan ketika shalat berjama’ah
  5. Banyak berdzikir ketika sedang menunggu waktu shalat
  6. Ikut menjaga keamanan terhadap barang-barang milik masjid
  7. Membawa infaq setiap datang ke masjid
  8. Berdoa ketika meninggalkan masjid
  • Adab yang berupa larangan di dalam masjid
  1. Tidak meludah di dalam masjid
  2. Tidak lewat di depan jama’ah yang sedang shalat
  3. Tidak membuat kegaduhan
  4. Tidak bermain-main atau melakukan permainan
  5. Tidak bersengketa dan bertengkar
  6. Tidak mengadakan teransaksi apapun
  7. Tidak mencari barang yang hilang
  8. Tidak melaksanakan shalat sendirian pada saat orang lain sedang melaksanakan shalat
  9. Tidak menjadikan masjid hanya sebagai tempat istirahat dan membuang hajad tanpa beribadah di dalamnya

0 komentar:

Posting Komentar